BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan adalah salah satu hal terpenting dari hidup manusia, karena tanpa kesehatan, manusia sulit untuk menjalankan aktivitasnya. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan promotif, pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Di masa kini, pelayanan kesehatan menjadi begitu berkembang seiring dengan kemajuan teknologi, namun perkembangan tersebut tidak muncul dengan murah, sehingga biaya pelayanan kesehatan menjadi terus meningkat.
Namun, sebagian besar dari masyarakat tidak mampu untuk mengantisipasi peningkatan biaya pelayanan kesehatan tersebut meskipun mereka memiliki penghasilan, sehingga mereka terpaksa untuk berobat ketika penyakitnya telah parah atau menghabiskan penghasilan & harta untuk berobat.
Di sisi lain, dengan semakin banyaknya fakultas kedokteran didirikan dengan menghasilkan banyak dokter membuat profesi dokter yang dahulu sangat mudah untuk bekerja dan praktik tetapi sekarang telah terjadi persaingan ketat untuk bekerja dan praktik, sehingga tidak sedikit dokter yang menganggur, beralih profesi, atau bersedia bekerja dengan imbalan rendah, sehingga profesi dokter bukan lagi menjadi profesi yang 'terkemuka' di masyarakat.
BAB II
KONSEP DASAR DOKTER KELUARGA
2.1. Batasan dan Ruang Lingkup
Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.
2..2. Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan Dokter Keluarga
Pelayanan Dokter Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK) sebagai penyaring di tingkat primer, dokter Spesialis (DSp) di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yang kesemuanya bekerja sama dibawah naungan peraturan dan perundangan. Pelayanan diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif, holistik,koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.
Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besarnya ialah :
1. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga
2. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluarga
3. Menguasai ketrampilan berkomunikasi
Dan diharapkan dapat menyelenggarakan hubungan profesional dokter-pasien untuk :
1. Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga
2. Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga
3. Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
2.3. Karakteristik Dokter Keluarga
1. Lynn P. Carmichael (1973)
a. Mencegah penyakit dan memelihara kesehatan
b. Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat
c. Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganya
d. Andal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakit
e. Tanggap saling-aruh faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai kemiripan penyakit.
2. Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards (1973)
a. Pelayanan responsif dan bertanggung jawab
b. Pelayanan primer dan lanjut
c. Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggi
d. Memandang pasien dan keluarga
e. Melayani secara maksimal
3. IDI (1982)
a. Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat
b. Pelayanan menyeluruh dan maksimal
c. Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan
d. Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya
e. Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya
2I.4. Tugas Dokter Keluarga, meliputi :
1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan,
2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,
3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit,
4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya,
5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi,
6. Menangani penyakit akut dan kronik,
7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit,
8. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS,
9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan,
10. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,
11. Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,
12. Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,
13. Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.
2.5. Wewenang Dokter Keluarga
1. Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar,
2. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,
3. Melaksanakan tindak pencegahan penyakit,
4. Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer,
5. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal,
6. Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer,
7. Melakukan perawatan sementara,
8. Menerbitkan surat keterangan medis,
9. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap,
10. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.
2.6. Kompetensi Dokter Keluarga
Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu dilatihkan melalui program perlatihan ini. Yang dicantumkan disini hanyalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besar. Rincian memgenai kompetensi ini, yang dijabarkan dalam bentuk tujuan pelatihan,
1. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga,
2. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluarga,
3. Menguasai ketrampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan profesional dokter- pasien untuk :
a) Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga,
b) Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga,
c) Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
Gambar 1. Skema Interaksi Dokter-Pasien
2.7. Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga
Skala kecil:
a) Mewujudkan keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga
b) Mewujudkan keluarga sehat sejahtera
Skala besar:
Pemerataan pelayanan yang manusiawi, bermutu, efektif, efisien, dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia .
2.8. Klinik dokter Keluarga ( KDK )
a) Merupakan klinik yang menyelenggarakan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK),
b) Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan umum. (terletak di tempat strategis),
c) Mempunyai bangunan yang memadai,
d) Dilengkapi dengan saraba komunikasi,
e) Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK,
f) Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus perlatihan khusus pembantu KDK,
g) Dapat berbentuk praktek mandiri (solo) atau berkelompok.
h) Mempunyai izin yang berorientasi wilayah,
i) Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu, dan berkesinambungan,
j) Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur,
k) Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik yang bersangkutan.
2.9. Sistem Pelayanan Dokter Keluarga ( SPDK )
Untuk menunjang tugas dan wewenang nya diperlukan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga yang terdiri atas komponen :
1. Dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan primer di klinik Dokter Keluarga (KDK),
2. Dokter Spesialis yang menyelenggarakan pelayanan sekunder di klinik Dokter Spesialis (KDSp),
3. Rumah sakit rujukan,
4. Asuransi kesehatan/ Sistem Pembiayaan,
5. Seperangkat peraturan penunjang.
Dalam sistem ini kontak pertama pasien dengan dokter akan terjadi di KDK yang selanjutnya akan menentukan dan mengkoordinasikan keperluan pelayanan sekunder jika dipandang perlu sesuai dengan SOP standar yang disepakati. Pasca pelayanan sekunder, pasien segera dirujuk balik ke KDK untuk pemantauan lebih lanjut. Tata penyelenggara pelayanan seperti ini akan diperkuat oleh ketentuan yang diberlakukan dalam skema JPKM/asuransi.
2.10. Dokter Keluarga di Indonesia
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1981 yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada Tahun 1990 melalui kongres yang kedua di Bogor, nama organisasi dirubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI). Sekalipun organisasi ini sejak tahun 1988 telah menjadi anggota IDI, tapi pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat pengakuan baik dari profesi kedokteran ataupun dari pemerintah.
Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional, maka pada tahun 1972 didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga yang dikenal dengan nama World of National College and Academic Association of General Practitioners / Family Physicians (WONCA). Indonesia adalah anggota dari WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga Indonesia.
Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran keluarga tidak hanya untuk mengendalikan biaya dan atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, akan tetapi juga dalam rangka turut mengatasi paling tidak 3 (tiga) masalah pokok pelayanan kesehatan lain yakni:
1. Pendayagunaan dokter pasca PTT
2. Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
3. Menghadapi era globalisasi
2.11. Pengembangan Dokter Keluarga di Indonesia
Di Indonesia kebijaksanaan pengembangan pelayanan kedokteran keluarga dilakukan melalui berbagai cara. Dalam beberapa tahun terakhir pada beberapa fakultas kedokteran dari beberapa universitas terkemuka telah dilakukan upaya-upaya untuk mengintegrasikan pelayanan kedokteran keluarga dalam kurikulum pendidikan dokter yakni sesuai dengan anjuran WHO bahwa "family medicine" selayaknya diintegrasikan dalam pendidikan "community medicine" karena kedekatannya. Akan masih diperlukan waktu untuk mendapatkan tetapi produk dari sistem pendidikan kedokteran ini yakni dokter umum lulusan fakultas kedokteran yang mempunya wawasan kedokteran keluarga karena kebijakan ini baru dikembangkan.
Sementara itu bagi dokter umum lulusan fakultas kedokteran sebelumnya yang saat ini ada di masyarakat, untuk mendapatkan kompetensi khusus selaku dokter keluarga harus dilakukan dengan cara mengikuti pelatihan secara terprogram dan bekesinambungan. Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak dilakukan program dan upaya konversi dari dokter umum menjadi dokter keluarga yang bersertifikat dan diakui melalui pelatihan-pelatihan. Kurikulum yang telah disepakati dari hasil rumusan kerjasama tripartid pengembangan dokter keluarga (IDI / KDKI-FK-Depkes) meliputi empat paket, yaitu :
Paket A : pengenalan konsep kedokteran keluarga,
Paket B : manajemen pelayanan kedokteran keluarga,
Paket C : ketrampilan klinik praktis,
Paket D : pengetahuan klinik mutakhir yang disusun berdasarkan golongan usia.
2.12. Peranan Dokter Keluarga dalam JPKM
Dokter keluarga mempunyai peran yang strategis dalam penatalaksanaan pelayanan kesehatan. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan individu dan keluarga serta masyarakat yang bermutu namun terkendali biayanya dimana hal ini tercermin dari tata laksana pelayanan kesehatan yang diberikannya.
Keberhasilan penatalaksanaan pelayanan kesehatan yang dikenal sebagai JPKM itu, pada dasarnya dipengaruhi oleh sejauh mana masalah pembangunan kesehatan itu dapat diatasi dan ditata. Masalah dalam sistem kesehatan nasional pada dasarnya terdiri dari masalah pada sub sitem pelayanan kesehatan dan masalah pada sub sistem pembiayaan kesehatan. Termasuk dalam masalah pada sub sistem pelayanan kesehatan adalah; komersialisasi pelayanan kesehatan, menurunnya etos profesional serta pelanggaran atas norma dan etika kedokteran. Sedangkan hal-hal yang termasuk dalam masalah pembiayaan kesehatan adalah; tingginya tingkat inflasi kesehatan, perubahan pola penyakit mengarah ke degeneratif dan kronis, pola pelayanan yang fragmentatif, pola hubungan dokter-pasien yang melonggar, dan mekanisme pembiayaan yang masih tunai, perseorangan dan "out of pocket"
Dari konteks ini pelayanan dokter keluarga mempunyai posisi yang strategis dalam keberhasilan penatalaksanaan pembangunan kesehatan karena perannya dalam penatalaksanaan sub sistem pelayanan kesehatan dari orientasi kuratif ke orientasi komprehensif dengan mengedepankan aspek promotif-preventif seimbang dengan kuratif-rehabilitatif, pelayanan yang fragmentatif ke pelayanan yang integratif berjenjang, dengan tingkat primer sebagai ujung tombak, serta perannya dalam penatalaksanaan sub sistem pembiayaan kesehatan yakni kesediaannya untuk menerima pembayaran secara prospektif yang juga bermakna pengendalian biaya pelayanan kesehatan. Konsep ini meletakkan peran dokter keluarga yang sangat penting sebagai PPK JPKM yang sadar mutu dan sadar biaya pelayanan kesehatan.
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT IBNU SINA
3.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Ibnu Sina
Rumah Sakit Ibnu Sina adalah rumah sakit swasta milik Yayasan Wakaf UMI. Sebelumnya bernama Rumah Sakit 45 milik Yayasan Andi Sose yang didirikan berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan No. 6783/DK-I/SK/TV.1/X/88, tanggal 5 Oktober 1988, dan pada hari Senin tanggal 16 Juni 2003 telah dilakukan penyerahan kepemilikan dari Yayasan Andi Sose kepada Yayasan Badan Wakaf UMI, yang ditandatangani oleh Ketua Yayasan Andi Sose yaitu Dr. H. Andi Sose dan Ketua Yayasan Badan Wakaf UMI Bapak Prof. Dr. H. Abdurahman A. Basalamah, SE, Msi. Berdasarkan atas hak kepemilikan tersebut, maka Rumah Sakit Ibnu Sina kemudian direnovasi dan dioperasionalkan.
Berdasarkan surat permohonan dari Ketua Yayasan Wakaf UMI, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan menerbitkan Surat Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit No. 6703A/DK-IV/PTS-TK/2/IX/2003 tanggal 23 September 2003, tentang pemberian Izin Uji Coba Penyelenggaraan Rumah Sakit Ibnu Sina yang terletak di Jalan Letnan Jenderal Urip Sumoharjo Km 5 No.264 Makassar.
Berhubung karena Surat Izin Uji Coba Penyelenggaraan Rumah Sakit dari Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan hanya berlaku 1 tahun, maka berdasarkan surat permohonan YW UMI, Menteri Kesehatan RI menerbitkan Surat Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit tanggal 26 September 2006 No. YM.02.04.3.5.4187 tentang pemberian izin penyelenggaraan kepada Yayasan Wakaf UMI No. 27 Makassar untuk menyelenggarakan Rumah Sakit Ibnu Sina dengan alamat Jalan Urip Sumoharjo Km 5 Makassar, berlaku selama 5 (lima) tahun, terhitung tanggal 26 September 2005 s/d 26 September 2010.
Gambar 2. RS. Ibnu Sina Makassar
a) Visi, Misi, Nilai Dan Motto Rumah Sakit Ibnu Sina
1. Visi :
” Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dengan Pelayanan Kesehatan yang Islami Ekselen dan Terkemuka di Indonesia ”
2. Misi :
1. Melaksanakan dan mengembangkan pelayanan kesehatan unggul yang menjunjung tinggi moral dan etika (Misi Pelayanan Kesehatan)
2. Melaksanakan dan mengembangkan pendidikan kedokteran dan profesional kesehatan lainnya (Misi Pendidikan)
3. Melangsungkan pelayanan dakwah dan bimbingan spiritual kepada penderita dan pengelola rumah sakit (Misi Dakwah)
4. Mengupayakan perolehan finansial dari berbagai kegiatan rumah sakit (Misi Finansial)
5. Meningkatkan kesejahteraan pegawai (Misi Kesejahteraan)
3. Nilai :
1. Amanah (Jujur, Berdedikasi, dan Bertanggungjawab)
2. Profesional (Kompetensi dan Etika)
3. Akhlaqulqarimah (Menjaga silaturahim, Saling Menghargai dan Kepedulian yang Tinggi)
4. Motto : Hati Tulus Melayani
b) Instalasi Rawat Jalan
Instalasi rawat jalan adalah unit pelayanan yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat jalan dan terdiri dari poliklinik umum, poliklinik PT Inco dan beberapa poliklinik spesialis dalam berbagai bidang disiplin ilmu kedokteran klinis.
Poliklinik yang tersedia adalah :
1. Poliklinik Penyakit Dalam
Pelayanan pada poliklinik penyakit dalam meliputi pelayanan rujukan penyakit dalam baik dari poliklinik umum, gawat darurat maupun rujukan dari luar Rumah Sakit Ibnu Sina. Termasuk penyakit kardiologi, penyakit paru-paru dan lain-lain.
2. Poliklinik Bedah
Poliklinik bedah memberikan pelayanan berbagai bedah yang meliputi bedah umum, bedah digestive, bedah tumor, bedah saraf, bedah orthopedi, bedah urologi, bedah plastik.
3. Poliklinik Penyakit Anak
4. Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Poliklinik kebidanan dan penyakit kandungan memberikan pelayanan ibu hamil, keluarga berencana dan penyakit kandungan lainnya.
5. Poliklinik Penyakit Saraf
6. Poliklinik Penyakit THT
7. Poliklinik Penyakit Mata
8. Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelaminn serta Pelayanan Kosmetik
9. Poliklinik Penyakit Gigi dan Mulut
10. Poliklinik Konsultasi Gizi
11. Poliklinik umum
Poliklinik umum memberikan pelayanan rawat jalan kepada pasien umum, pegawai UMI, pegawai Rumah Sakit Ibnu Sina, pasien ASKES, pasien JPS, dan pasien mitra kerja.
12. Poliklinik PT Inco
Poliklinik PT Inco merupakan kerjasama antara Rumah Sakit Ibnu Sina dengan PT Inco untuk memberikan pelayanan rawat jalan kepada pegawai PT Inco dan keluarganya.
3.2. Gambaran Poliklinik Umum RS Ibnu Sina
Gambar 3. Poliklinik di RS. Ibnu Sina
Poliklinik umum adalah bentuk pelayanan kesehatan rawat jalan yang bertujuan untuk penyembuhan penyakit dan pemeliharaan kesehatan, baik secara perorangan atau berkelompok (masyarakat). Hal ini sesuai dengan usaha pelayanan kesehatan Puskesmas, yaitu kuratif dan rehabilitatif.
Kegiatan poliklinik umum berlangsung setiap Senin-Sabtu pukul 10.00-13.00 WITA, kecuali pada hari Jumat dari 08.00-11.00 WITA. Kegiatan yang dilakukan selama di poliklinik umum, yaitu anamnesis pasien, pemeriksaan fisik, diagnosis penyakit, peresepan dan pemberian obat.
Adapun struktur organisasi poliklinik umum Ibnu Sina yaitu :
Gambar 4. Struktur organisasi poliklinik umum Rumah Sakit Ibnu Sina
1) Penanggung jawab poliklinik umum RS Ibnu Sina adalah dr. Hj. Hermiaty Nasruddin, M. Kes.
2) Dokter yang bertugas di poliklinik umum yaitu :
• dr. Hj. Hermiaty Nasruddin, M. Kes.
• dr. Moch. Erwin Rahman
• dr. Hj. Aryanti
• dr. Syamsu Rijal
• dr. Hj. Shulhana M.
3) Kegiatan di poliklinik umum juga dibantu oleh 1 orang perawat dan 1 orang pegawai.
Poliklinik umum memberikan pelayanan rawat jalan kepada pasien umum, pegawai UMI, pegawai Rumah Sakit Ibnu Sina, pasien ASKES, pasien JPS, dan pasien mitra kerja.
Adapun alat-alat klinik yang digunakan sebagai sarana dan prasarana klinik, yang menunjang pelayanan kesehatan maupun administrasi demi kelangsungan operasional poliklinik dan obat-obatan yang terdapat di poliklinik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Gambar 4. Poliklinik Umum di RS. Ibnu Sina
Tabel 1. Daftar Barang di Ruang Periksa
di Poliklinik RS Ibnu Sina
No. Nama alat Jumlah Kondisi alat
1 Tempat tidur 1 Baik
2 Kasur 1 Baik
3 Seprai 1 Baik
4 Sarung bantal 1 Baik
5 Bantal 1 Baik
6 Timbangan 2 Baik
7 Tempat tissue 1 Baik
8 Tempat pensil 3 Baik
9 Cutter 4 Baik
10 Gunting 1 Baik
11 Mistar 1 Baik
12 Thermometer axilla 1 Baik
13 Thermometer anak 1 Baik
14 Tinta stempel 1 Baik
15 Sphigmometer raksa 1 Baik
16 Sphigmometer android 1 Baik
17 Nier baeken 1 Baik
18 Stetoskop 1 Baik
19 Senter 1 Baik
20 Perban strip 1 Baik
21 Plester 1 Baik
22 Stempel 1 Baik
23 Bak stempel 1 Baik
24 Meja tulis 3 Baik
25 Meja alat 1 Baik
26 Spatel lidah besi 2 Baik
27 Minor set (kotak) 1 Baik
28 Pinset jaringan 1 Baik
29 Pinset anatomi 1 Baik
30 Klem 2 Baik
31 Needle holder 1 Baik
32 Meteran 1 Baik
33 Tutup minor set 2 Baik
34 Map arsip 1 Baik
35 Lemari kaca obat 2 Baik
36 Buku register pasien 1 Baik
37 Buku pemakaian obat 1 Baik
38 Buku inventaris 1 Baik
39 Buku pembayaran 1 Baik
40 AC 2 1 Rusak
41 Kursi kayu 10 Baik
42 Dispenser 1 Baik
43 Galon 1 Baik
44 Kulkas 1 Baik
45 Komputer 1 unit Baik
46 Printer Hp 1 Baik
47 Lemari loker 2 buah Baik
Tabel 2. Daftar barang di ruang IKM-IKK RS Ibnu Sina
No. Nama alat Jumlah Keterangan
1 Lemari loker 9 Baik
2 Meja oval 1 Baik
3 Kursi 9 Baik
4 AC 1 Baik
Tabel 3. Daftar Obat-Obatan di Poliklinik umum RS Ibnu Sina
No. Nama Obat No Nama Obat
1 Amoxicillin 500mg 23 Vit.C
2 Amoxicillin 250mg 24 DMP tab
3 Ampicillin inj 25 OBH sirup
4 Ampicillin 500mg 26 GG 100 mg
5 Eritromicin 500mg 27 Antasida DOEN (bungkus)
6 Cotrimoxazol 480mg 28 New diatabs
7 Tetrasiklin kapsul 29 Oralit
8 Kalium permanganate 30 Omeprazole 40mg inj
9 Alkohol 70% 31 CTM
10 Rivanol 100ml 32 Captopril 25 mg
11 Betadine 33 Propanolol 40 mg
12 Pirantel pamoat 125mg 34 Salbutamol
13 Antalgin 500mg 35 Aminofillin
14 Metamol 500mg 36 Prednisone 5 mg
15 Paracetamol 500mg 37 Diazepam 2 mg
16 Asam mefenamat 500mg 38 Aquadest
17 Novamidon inj 39 Kasa steril
18 Vit.A 20.000 40 Salep oxytetracyclin 1%
19 Vit.B1 25 mg 41 Salep Salicil
20 Vit. B6 10 mg 42 Rohto tetes mata steril
21 Vit.B12 10 mg 43 NaCl 0.9%
22 Vit B com
Daftar obat-obatan di poliklinik umum RS.Ibnu Sina, di atas menunjukkan bahwa sebagai poliklinik umum yang merupakan penunjang dari poliklinik spesialis, hanya berfungsi untuk menangani kasus-kasus akut yang termasuk dalam kategori ringan, yang tidak membutuhkan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis, selain itu juga berperan dalam merujuk pasien ke poliklinik spesialis jika memang ada indikasi. Jenis obat yang ada adalah jenis obat generik yang disesuaikan dengan jenis pasien yaitu yang terbanyak adalah pasien ASKES/Dosen/karyawan UMI. Jenis Penyakit yang sering terjadi yaitu kasus-kasus infeksi seperti ISPA.
Jenis obat tersebut diantaranya :
A. Amoxicillin
Amoxicillin merupakan antimikroba golongan penicillin yang merupakan suatu kelompok antibiotic beta laktam.
Farmakokinetik :
Absorbsi amoxicillin dalam saluran cerna jauh lebih baik daripada ampicillin. Dengan dosis oral yang sama obat ini mencapai kadar dalam darah yang tingginya kira kira dua kali lebih tinggi dari pada yang dicapai oleh ampicillin dan penyerapan amoxicillin tidak terhambat oleh adanya makanan dilambung. Distribusi amoxicillin sama dengan ampicillin.
B. Ampicillin
Ampicillin merupakan antimikroba golongan penicillin yang merupakan suatu kelompok antibiotic beta laktam. Jumlah ampicillin dan senyawa sejenisnya yang diabsorbsi pada pemberian oral dipengaruhi oleh besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam saluran cerna. Dengan dosis lebih kecil presentasi yang diabsorbsi relatif lebih besar.
Farmakokinetik :
Ampicillin didistribusi luas didalam tubuh dan pengikatannya oleh protein plasma hanya 20 persen. Ampicillin umumnya diekskresi melalui proses sekresi. Sekresi ditubuli ginjal yang dapat dihambat oleh progenesid. Frekwensi kejadian efek samping bervariasi tergantung dari keadaan dan cara pemberian. Pada umumnya pemberian oral lebih jarang menimbulkan efek samping.
C. Analgesik, anti-inflamasi dan anti-piretik
Paracetamol
Parasetamol (Asetaminofen) memiliki efek sebagai anti-piretik tetapi juga memiliki efek analgesik dan efek anti-inflamasinya kurang bermakna. Parasetamol relatif lebih aman dibanding obat-obat lainnya yang terdapat dalam golongan ini. Tidak merangsang asam lambung sehingga dapat diminum saat perut kosong. Efek sampingnya sangat jarang terjadi (anemia hemolitik, methemoglobinemia) dan baru muncul pada dosis yang sangat besar (> 10 g sehari). Kematian karena parasetamol disebabkan oleh kerusakan hati akibat memakan parasetamol dalam dosis yang sangat besar sekaligus.
Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik, efek anti-inflamasinya lebih kecil dibanding asetosal. Sering timbul efek samping di saluran cerna seperti dyspepsia.
D. Cotrimoxazol
Citrimoxazol terdiri dari trimetropin dan sulfametoksazol. Keduanya menghambat reaksi enzimatik obligat pada dua tahap berurutan pada mikroba, sehingga kombinasi kedua obat memberikan efek sinergis.
Farmakokinetik :
Rasio kadar sulfametoksazol dan trimetropin yang ingin dicapai dalam darah ialajh sekitar 20 :1 karna sifatnya yang lipofilik, trimetropin mempunyai volume distribusi yang lebih besar dari pada sulfametoksazol. Trimetropin cepat didistribusi ke dalam jaringan dan kira kira 40% terikat pada protein plasma dengan adanya sulfametoksazol. Volume distribusi trimetropin hampir 9 kali lebih besar dari pada sulfametoksazol. Obat masuk ke CSS dan saliva dengan mudah. Masing masing komponen juga ditemukan dalam kadar tinggi didalam empedu. Kira kira 65 % sulfametoksazol terikat pada protein plasma. Sampai 60 % trimetropin dan 20-25% sulfametoksazol diekresi melalui urin dalam 24 jam setelah pemberian. Dua-pertiga dari sulfonamid tidak mengalami konjugasi. Metabolit trimetropin ditemukan juga dalam urin.
E. Eritromicin
Eritromicin merupakan antiboitika golongan makrolid yang dihasilkan oleh suatu stain streptomyces erythreus. Antibiotic ini tidak stabil dalam suasana asam. Aktivitas antimikroba ini menghambat sintesis protein kuman dengan jalan berikatan secara reversible dengan ribosomsub unit gabung 50S, dan bersifat bakteriopstatik atau bakterisid tergantung dari jenis kuman dan kadarnya.
Farmakokinetik:
Basa eritromisin diserap balik oleh usus kecil bagian atas, aktivitasnya hilang oleh cairan lambung dan absorbsi diperlambat oleh adanya makanan pada lambung. Untuk mencegah pengrusakan oleh asam lambung basa eritromisin diberi selaput yang tahan asam atau digunakan dalam bentuk etilsuksinat. Masa paruh eritromisin adalah 1,6 jam. Antimikroba ini berdifusi dengan baik keberbagai jaringan tubuh kecuali otak dan cairan cerebrospinalis dan diekskresi terutama melalui hati. Efek samping yang berat akibat pemakaian eritromicin jarang terjadi. Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eusinofilia, dan eksantem yang cepat hilang bila terapi diberhentikan.
F. Antasida
Antasida berguna untuk menetralisir asam lambung. Antasida yang banyak beredar dipasaran mengandung kombinasi aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida. Indikasinya adalah hiperasiditas karena gastritis, tukak lambung, refluks esofagitis dan hernia hiatus diafragma. Efek sampingnya adalah diare, flatus, dan konstipasi.
BAB IV
LAPORAN HASIL KEGIATAN
KEPANITERAAN DOKTER KELUARGA
Kegiatan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga di Poliklinik Umum RS. Ibnu Sina terdiri atas :
4.1. Anamnesis dan Pemeriksaan Pasien
a) Tujuan
Tujuan dilakukannya anamnesis dan pemeriksaan fisis ialah untuk memberikan pelayanan kesehatan pada pasien rawat jalan yang datang ke Poliklinik Umum RS. Ibnu Sina
b) Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis pada pasien yang datang ke Poliklinik Umum RS. Ibnu Sina, kemudian diserahkan kepada dokter yang bertugas untuk menetapkan diagnosis dan memberikan terapi, baik terapi farmakologi maupun nonfarmakologi.
Anamnesis dan pemeriksaan pasien di Poliklinik Umum RS. Ibnu Sina dimulai dari hari senin-jumat pada pukul 09.00 – 13.00. Semua Co-Ass wajib berada di klinik pada jam tersebut.
c) Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini adalah belajar berkomunikasi dengan pasien-pasien dari berbagai latar belakang umur, jenis kelamin, suku, status sosial dan keluhan yang berbeda-beda melalui anamnesis dan pemeriksaan fisis. Selain itu, belajar mendiagnosis penyakit-penyakit yang diderita oleh pasien dan belajar memberikan terapi sesuai dengan jenis penyakitnya melalui bimbingan yang diberikan oleh dokter yang bertugas.
Jumlah pasien yang berobat ke Poliklinik Umum RS. Ibnu Sina pada tanggal 16 - 20 Maret 2009 sebanyak 20 orang pasien. Sedangkan penyakit yang ditemukan selama bertugas di poliklinik RS Ibnu Sina adalah Susp. TB paru, common cold, Bells palsy, ISPA, Hipertensi, Hipotensi, Anemia, Dispepsia, Susp. DBD, demam proevaluasi, konjungtivitis, Neurodermatitis, Tinea korporis, ISK, Myalgia. Daftar kunjungan pasien dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Distribusi Jumlah Kunjungan Pasien di Poliklinik Umum
RS. Ibnu Sina, 16 – 20 Maret 2009
NO HARI/TANGGAL JUMLAH
KUNJUNGAN DIAGNOSA JENIS UMUR
KELAMIN
1 Senin, 16-3-2009 1 Susp. TB Paru Perempuan 17 tahun
2 Selasa, 17-3-2009 5 Susp. TB Paru Perempuan 17 tahun
Bells Palsy Laki-laki 20 tahun
Dispepsia Perempuan 54 tahun
ISPA Perempuan 47 tahun
Susp. DBD Laki-laki 20 tahun
3 Rabu, 18-3-2009 4 Common Cold Laki-laki 23 tahun
ISPA + HT ringan Laki-laki 60 tahun
ISK Perempuan 47 tahun
Febris Proevaluasi Perempuan 10 tahun
4 Kamis, 19-3-2009 4 Myalgia Perempuan 21 tahun
Konjungtivitis + HT Laki-laki 40 tahun
Anemia Perempuan 37 tahun
ISPA Perempuan 23 tahun
5 Jumat, 20-3-2009 6 Tine Corporis Laki-laki 23 tahun
Myalgia Laki-laki 44 tahun
Hipotensi + Anemia Laki-laki 34 tahun
Neurodermatitis Perempuan 18 tahun
Myalgia Perempuan 44 tahun
ISPA Perempuan 9 tahun
Total Kunjungan 20
Grafik 1. Distribusi Penyakit di Poliklinik Umum
RS. Ibnu Sina, 16 – 20 Maret 2009
Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa penyakit yang paling banyak diderita pasien yang berkunjung di poliklinik umum Ibnu Sina periode 16 - 20 Maret 2009 adalah ISPA dengan jumlah 4 kasus.
Berikut adalah beberapa kegiatan yang dilakukan di Poliklinik Umum Ibnu Sina periode 16 Maret– 20 Maret 2009 :
1. Senin, 16 Maret 2009
Dinas dimulai jam 09.00 - 13.00. Semua Co-Ass wajib berada di klinik pada jam tersebut. Adapun kegiatan awal yang kami lakukan pada hari itu adalah melapor dan perkenalan dengan dokter beserta pegawai poliklinik lainnya. Kegiatan lainnya yaitu melakukan anamnesis dan pemeriksaan pasien.
Anamnesis dan pemeriksaan pasien dilakukan dengan bantuan dokter poliklinik yang bertugas pada saat itu dan mendiskusikan penyakit pasien. Jumlah pasien yang datang ke poliklinik umum pada hari Senin sebanyak 1 pasien. Adapun laporan pemeriksaan pasien, sebagai berikut :
Nama Pemeriksa : Pajriani
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. B
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Makassar
Agama : Islam
Alamat : Jl. Borong Indah Komp Pondok Asri Blok B1
Tanggal Pemeriksaan : 16 Maret 2009
ANAMNESIS
Keluhan utama : Batuk darah
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak ± 1 minggu yang lalu, lendir (+) berwarna putih bercampur darah segar dengan volume ± 2cc, sesak (-), demam (+) sejak 1 minggu yang lalu, meningkat pada malam hari, menggigil (-), mual muntah (-), nyeri uluhati (-).
BAB : biasa.
BAK : lancar
Riw. Penyakit Sebelumnya :
Riwayat batuk lama (+) sejak ± 1 bulan yang lalu.
Riw. Penyakit Keluarga :
Riw. Keluhan yang sama (-)
PEMERIKSAAN FISIS
Tanda Vital :
Tekanan Darah: 110/80 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Pernapasan : 26 x/menit
Suhu : 37,9 oC
Pemeriksaan Fisis
Kepala : anemis (-), sianosis (-), ikterus (-)
Leher : tidak ada kelainan
Thorax : vesikuler, Rh +/-, Wh -/-
Cor : SI/II reguler, murni
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
DIAGNOSIS
Susp. TB Paru
PENATALAKSANAAN
1. PCT 3 x 1
2. Levoplen 500mg 2x 1
3. Neurodex 1 x 1
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto thoraks posisi PA
2. Sputum BTA 3x
3. LED
2. Selasa, 17 Maret 2009
Dinas dimulai jam 09.00 - 13.00. Semua Co-Ass wajib berada di klinik pada jam tersebut. Adapun kegiatan awal yang kami lakukan pada hari itu adalah melapor dan perkenalan dengan dokter beserta pegawai poliklinik lainnya. Kegiatan lainnya yaitu melakukan anamnesis dan pemeriksaan pasien.
Anamnesis dan pemeriksaan pasien dilakukan dengan bantuan dokter poliklinik yang bertugas pada saat itu dan mendiskusikan penyakit pasien. Jumlah pasien yang datang ke poliklinik umum pada hari Selasa sebanyak 5 pasien. Adapun salah satu laporan pemeriksaan pasien, sebagai berikut :
Nama Pemeriksa : Syukri
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. L
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Makassar
Agama : Islam
Alamat : Jl. Langgau lr.8
Tanggal Pemeriksaan : 17 Maret 2009
ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri Uluhati
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak 1 minggu yang lalu, mual (+), Muntah(+) 2x tadi malam isi sisa makanan.
Demam (-), menggigil (-), batuk (-), sesak (-). BAB : biasa, BAK : lancar.
Riw. Penyakit Sebelumnya :
Riwayat sakit yang sama (-)
Riw. Penyakit Keluarga :
Riw. Keluhan yang sama (-)
PEMERIKSAAN FISIS
Tanda Vital :
Tekanan Darah: 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6 oC
Kepala : anemis (-), sianosis (-), ikterus (-)
Leher : tidak ada kelainan
Thorax : vesikuler, Rh +/-, Wh -/-
Cor : SI/II reguler, murni
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
DIAGNOSIS
Dyspepsia
PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi:
a. Antasida Syr. 3 x 1 sdm
b. Ranitidin tab 150mg 2x1
2. Non Farmakologi
Makan teratur, menghindari makanan yang pedas, asam, dan mengandung gas. Istirahat cukup, dan mengkonsumsi makanan bergizi.
3. Rabu, 18 Maret 2008
Dinas dimulai jam 09.00 - 13.00. Semua Co-Ass wajib berada di klinik pada jam tersebut. Adapun kegiatan awal yang kami lakukan pada hari itu adalah melapor dan perkenalan dengan dokter beserta pegawai poliklinik lainnya. Kegiatan lainnya yaitu melakukan anamnesis dan pemeriksaan pasien.
Anamnesis dan pemeriksaan pasien dilakukan dengan bantuan dokter poliklinik yang bertugas pada saat itu dan mendiskusikan penyakit pasien. Jumlah pasien yang datang ke poliklinik umum pada hari Rabu sebanyak 4 pasien. Adapun salah satu laporan pemeriksaan pasien, sebagai berikut :
Nama Pemeriksa : Nursyamsiar
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Bangsa/suku : Makassar
Agama : Islam
Alamat : Antang samping kampus UVRI
Tanggal Pemeriksaan : 18 Maret 2009
ANAMNESIS
Keluhan utama : Demam
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak 3 hari yang lalu dirasakan naik turun sepanjang hari dan lebih tinggi pada malam hari. Demam disertai Sakit kepala dirasakan terus menerus, terasa seperti tertusuk-tusuk, batuk (+) lendir (+) berwarna putih. Sesak (-), Beringus (+). Menggigil (-), mual (-), muntah (-). Pasien cepat lelah dan nafsu makan menurun sejak demam, BAB/BAK: Lancar.
Penyakit ini baru pertama kali dialami oleh penderita. Tidak ada keluhan yang sama dalam keluarga serta tidak ada penderita yang sama disekitar rumah pasien.
Riw. Penyakit Sebelumnya :
• Riw. DBD (-)
• Riw.Tifoid (+)
• Riw. Penyakit yang sama sebelumnya (-)
• Riw. Sering batuk (-)
• Riw. Penyakit Keluarga :
• Riwayat keluarga DBD (+)
• Riwayat tetangga dengan DBD (-)
• Riw. Hipertensi (-)
• Riwayat ISPA (+), adik penderita.
Faktor-faktor Risiko lainnya :
1. Pasien tinggal sekamar dengan adik pasien yang belum lama menderita flu.
2. Pasien kurang istirahat karena mengerjakan tugas kuliah
PEMERIKSAAN FISIS
Tekanan Darah : 110/ 70mmHg
Nadi : 86 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 37, 9 oC
Kepala : Anemis (-), Sianosis (-), Ikterus (-), Lidah kotor (-)
Faring : Hiperemis (-).
Thorax : Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Cor : Bunyi Jantung I/II murni, reguler
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas : Rumple Leede (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Darah rutin
DIAGNOSIS SEMENTARA
Commond cold
PENATALAKSANAAN
• Farmakologi:
Paracetamol 500 mg 3x1
Vitamin C 500 mg 1x1
• Non Farmakologi
Istirahat cukup, banyak minum dan mengkonsumsi makanan bergizi.
4. Kamis, 19 Maret 2009
Dinas dimulai jam 09.00 - 13.00. Semua Co-Ass wajib berada di klinik pada jam tersebut. Adapun kegiatan awal yang kami lakukan pada hari itu adalah melapor dan perkenalan dengan dokter beserta pegawai poliklinik lainnya. Kegiatan lainnya yaitu melakukan anamnesis dan pemeriksaan pasien.
Anamnesis dan pemeriksaan pasien dilakukan dengan bantuan dokter poliklinik yang bertugas pada saat itu dan mendiskusikan penyakit pasien. Jumlah pasien yang datang ke poliklinik umum pada hari Kamis sebanyak 4 pasien. Adapun salah satu laporan pemeriksaan pasien, sebagai berikut :
Nama Pemeriksa : Jumarni
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Bangsa/suku : Makassar
Agama : Islam
Alamat : Jl.Toa Daeng 3
Tanggal Pemeriksaan : 19 Maret 2009
ANAMNESIS
Keluhan utama : Sakit kepala
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak 3 hari yang lalu, dirasakan terus menerus, terasa seperti tertusuk-tusuk, rasa tegang di leher (+), mual (-), muntah (-). Mata kiri merah (+) sejak 3 hari yang lalu.
Riw. Penyakit Sebelumnya
Riw. Hipertensi (+), 1 tahun yang lalu. Pasien sempat mengkonsumsi obat hipertensi, tetapi dihentikan setelah tekanan darah normal kembali.
Riw. Diabetes Melitus (-)
Riw. Hiperkolesterol/ Hiperlipidemia (-)
Riw. Penyakit Jantung (-)
Riw. Penyakit Ginjal (-).
Riw. Penyakit Keluarga
Riw. Hipertensi (-)
Riw. Hiperkolesterol/ Hiperlipidemia (-)
Riw. Diabetes Melitus (-)
Riw. Penyakit Jantung (-)
Riw. Penyakit Ginjal (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 120 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,8 oC
Kepala : anemis (-), sianosis (-), ikterus (-)
Leher : tidak ada kelainan
Thorax : vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Cor : SI/II reguler, murni
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : tidak ada kelainan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
DIAGNOSIS
- Hipertensi Grade 1
- Konjungtivitis
PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan Farmakologi:
- Captopril 25 mg 2x1/2
- HCT 0-0-1
- Cendo xitrol 3 x 1 tts
2. Pengobatan Nonfarmakologi, berupa saran-saran kepada pasien antara lain:
a. Asupan garam dibatasi pada setiap makanan.
b. Berolahraga secara teratur.
c. Bersikap tenang dan berpikir positif dalam menghadapi berbagai masalah.
d. Mengontrol tekanan darah secara teratur di poliklinik
5. Jumat, 20 maret 2009
Dinas dimulai jam 09.00 - 13.00. Semua Co-Ass wajib berada di klinik pada jam tersebut. Adapun kegiatan awal yang kami lakukan pada hari itu adalah melapor dan perkenalan dengan dokter beserta pegawai poliklinik lainnya. Kegiatan lainnya yaitu melakukan anamnesis dan pemeriksaan pasien.
Anamnesis dan pemeriksaan pasien dilakukan dengan bantuan dokter poliklinik yang bertugas pada saat itu dan mendiskusikan penyakit pasien. Jumlah pasien yang datang ke poliklinik umum pada hari Jumat sebanyak 6 pasien. Adapun salah satu laporan pemeriksaan pasien, sebagai berikut :
Nama Pemeriksa : Airinisti
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Bangsa/suku : Makassar
Agama : Islam
Alamat : paccinang raya III
Tanggal Pemeriksaan : 20 Maret 2009
ANAMNESIS
Keluhan utama : Gatal
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak ± 1 bulan yang lalu, pada daerah punggung disekitar perut dan lipatan paha. Gatal dirasakan meningkat terutama pada saat berkeringat.
Riw. Penyakit Sebelumnya :
Riwayat sakit yang sama (-)
Riw. Penyakit Keluarga :
Riw. Keluhan yang sama (-)
PEMERIKSAAN FISIS
Tanda Vital :
Tekanan Darah: 110/80 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6 oC
Kepala : anemis (-), sianosis (-), ikterus (-)
Leher : tidak ada kelainan
Thorax : vesikuler, Rh +/-, Wh -/-
Cor : SI/II reguler, murni
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
DIAGNOSIS
Tinea korporis
PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan Farmakologi:
Flukonazol 3 x 1
2. Pengobatan Nonfarmakologi, berupa saran-saran kepada pasien antara lain:
- Menjaga kebersihan tubuh dengan, mandi 2x sehari dan mengganti pakaian yang basah karena berkeringat.
- Menyetrika pakaian sebelum dipakai.
- Tidak saling bertukar barang pribadi dengan orang lain seperti handuk dan pakaian.
PEMBAHASAN PENYAKIT
DISPEPSIA
Defenisi
Dispepsia adalah penyakit gastrointestinal yang memiliki gejala berupa rasa tidak nyaman atau nyeri di bagian epigastrium dan dapat disertai oleh rasa penuh pada lambung, cepat kenyang, mual, dan muntah.1
Etiologi
Penyebab dispepsia antara lain adalah :
1. Obat-obatan, seperti aspirin, NSAID, erythromycin, tetrasiklin, alkohol, dan suplemen kalium.
2. Dispepsia tanpa ulkus, merupakan gangguan yang ditemukan pada 30 – 50 % pasien dispepsia. Gangguan ini lebih banyak dialami pada usia di bawah 40 tahun. Tidak ada hubungannya dengan infeksi Helicobacter pylori.
3. Penyakit tukak peptik, ditemukan pada 20 – 30 % pasien dispepsia.
4. Gastroesophageal reflux disease (GERD), ditemukan pada 5 – 10 % pasien dispepsia.
5. Kanker lambung atau pankreas, kurang dari 1 % pasien dispepsia menderita kanker tersebut.
6. Kolesistitis dan kolelitiasis.
7. Penyebab lainnya, seperti Zollinger-Ellison syndrome, pankreatitis kronik, angina abdominal, dan penyakit jantung koroner merupakan penyebab yang jarang. 1, 2, 3
Gejala dan Tanda
Gejala dispepsia antara lain adalah :
1. Rasa seperti terbakar pada epigastrium.
2. Gejala-gejala ”alarm”, yaitu berusia > 45 tahun, penurunan berat badan yang signifikan, muntah yang persisten, melena, hematemesis, atau disfagi, merupakan gejala-gejala yang membutuhkan penanganan segera, biasanya dengan endoskopi.
3. Gejala-gejala yang tidak spesifik, seperti keluhan teratasi dengan antasida atau makanan, nyeri pada malam hari, intoleransi makanan, nyeri yang timbul 1 jam setelah makan, dan anoreksia.
4. Gejala-gejala apabila telah muncul komplikasi tukak peptik, yaitu hematemesis, melena, pusing saat berdiri atau duduk, muntah persisten, nyeri yang tembus ke punggung, dan nyeri yang menyebar ke bahu.1,2
Pada umumnya, pemeriksaan fisis tidak begitu membantu dalam menemukan penyebab dispepsia. Tanda-tanda berikut mungkin membantu untuk mengidentifikasi pasien dispepsia dengan komplikasi tukak peptik atau penyakit sistemik yang serius :
1. Takikardi yang tidak diketahui penyebabnya (denyut > 120 x/mnt) atau hipotensi postural dapat mengindikasikan adanya perdarahan gastrointestinal.
2. Kaku di abdomen, mengindikasikan adanya iritasi peritoneum.
3. Darah pada kotoran mengindikasikan adanya perdarahan saluran cerna atas.
4. Ikterus mengindikasikan adanya obstruksi saluran empedu pada kanker pankreas atau kolelitiasis.1
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara konvensional antara lain :
1. Pada pasien berusia < 45 tahun dan tanpa komplikasi, dapat diberikan obat-obatan penyekat H2 atau penghambat pompa proton (PPI). Helidac (bismuth subsalisilat-metronidaole-tetrasiklin) ditambah dengan PPI atau Provpac (amoxicillin-clarithromycin-lansoprazole) merupakan regimen yang efektif pada dispepsia akibat H. Pylori.
2. Pada pasien berusia > 45 tahun, penatalaksanaan farmakologis sebaiknya diikuti dengan penegakan diagnosis yang definitif melalui endoskopi saluran cerna atas.
3. Apabila penyebab dispepsia diketahui, maka pengobatannya disesuaikan dengan penyebabnya.1, 3
Penatalaksanaan secara holistik antara lain :
1. Mengurangi dan mengontrol dosis obat-obatan yang dapat memicu dispepsia.
2. Menghentikan kebiasaan merokok atau konsumsi alkohol.
3. Mengonsumsi makanan atau suplemen yang mengandung vitamin A 10.000 – 25.000 IU, seng 30 mg dikombinasikan dengan tembaga 2 mg, vitamin C 1 – 3 g, Lactobacillus acidophilus, vitamin E 400 – 800 IU, vitamin B kompleks 50 mg untuk tiap elemen, serat tinggi, minyak omega-3, dan pisang.
4. Psikoterapi untuk menghambat pemicu berupa stres, sifat sensitif, dan rasa rendah diri.
5. Akupuntur dapat mengatasi mual dan mengurangi kadar asam lambung.3
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Dengan melihat laporan dari hasil survey kami diatas, dalam menjalani kepaniteraan klinik di bagian IKM-IKK khususnya kedokteran keluarga di Poliklinik Umum UNHAS Tamalanrea selama 5 hari (16 – 20 Maret 2009), maka kami menyimpulkan bahwa :
1. Poliklinik umum RS.Ibnu Sina telah menjalankan fungsinya dengan baik, seperti dalam hal pelayanan, dan profesionalisme dari para dokter, suster, maupun karyawan.
2. Sarana dan prasarana dari poliklinik umum pada umumnya berfungsi dengan baik sehingga dapat menunjang pelayanan kesehatan maupun administrasi dari kelangsungan operasional poliklinik.
3. Obat-obatan yang digunakan pada poliklinik umum RS.Ibnu Sina merupakan jenis obat generik dan beberapa obat paten yang disesuaikan dengan distribusi penyakit pada setiap kunjungan pasien.
5.2. SARAN
1. Diharapkan agar pencatatan pasien yang berobat di poliklinik umum RS. Ibnu Sina senantiasa dilengkapi sehingga memudahkan untuk mengetahui data penyakit pada periode tertentu.
2. Status pasien supaya dilengkapi data-data yang penting mengenai pasien dan keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar