BEDAH ANAK : SUATU MANAJEMEN TERPADU MULTIDISIPLIN
Darmawan Kartono
Divisi Bedah Anak
Departemen Ilmu Bedah FKUI-RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta
Abstrak
Dalam penanganan kasus bedah anak terdapat ketentuan-ketentuan yang berlaku pula pada ketentuan-ketentuan penanganan kasus bedah pada umumnya. Dalam identikasi kasus yang dijumpai, pertama kali harus ditentukan, apakah kasus yang dihadapi merupakan kasus bedah atau kasus medik dan harus dapat menerangkan alasannya. Bila telah ditentukan bahwa kasus tersebut adalah kasus bedah maka berlaku ketentuan kedua yaitu apakah kasus tersebut merupakan kasus bedah emergensi atau kasus bedah elektif. Baik kasus bedah elektif maupun kasus bedah emergensi memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk : Identifikasi masalah (problem identification), alternatif-alternatif pemecahan masalah (alternative problem solvings), penentuan keputusan (decision making) serta problems solving alternatif yang dipilih. Kemudian diperhitungkan pula penentukan saat operasi (timing operation), prosedur bedah terbaik yang harus dilakukan, perhitungan penyulit yang dapat terjadi (calculated complications) serta pengamatan pascabedah (follow up).
Di dalam perkembangan kondisi pasien yang telah ditargetkan, bila dijumpai kondisi-kondisi yang menyimpang atau komplikasi-komplikasi baik yang telah diperhitungkan atau yang tidak diperhitungkan semula, maka berlaku atau berulang ketentuan-ketentuan identifikasi masalah, penyusunan alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan memilih alternatif pemecahan masalah terbaik dan seterusnya. Untuk dapat melakukan ketentuan-ketentuan di atas, seorang spesialis bedah lebih-lebih spesialis bedah anak harus mempunyai pengetahuan ilmu bedah umum dan ilmu bedah anak yang luas serta ketrampilan analisis dari data gejala dan tanda-tanda yang terkumpul. Untuk itu semua, bisa diperlukan keikutsertaan spesialis dari disiplin ilmu yang lain (multidisiplin) yang menguasai permasalahan bayi dan anak, khususnya dalam identifikasi masalah (diagnosis), persiapan bedah dan perawatan pascabedah.
Kata Kunci : Bedah Anak, Multidisiplin
Pelayanan bedah anak sebagai subspesialisasi telah berkembang pesat sejak lebih dari 50 tahun yang lalu. Di Indonesia pelayanan bedah anak diperkenalkan pada tahun 1963 oleh Dr. Adang Zainal Kosim setelah beliau pulang dari training bedah anak di Montreal, Kanada. Selanjutnya pelayanan bedah anak berkembang walaupun terhitung lambat tapi pasti.
Banyak kendala yang dihadapi oleh spesialis bedah anak di Indonesia untuk berkembang. Kendala-kendala tersebut di antaranya kurangnya spesialis dari cabang ilmu yang lain yang menguasai dengan baik permasalahan bedah anak di bidang ilmu yang dikuasai, misalnya pediatric radiologist, pediatric anaesthetist, spesialis anak yang menguasai surgical pediatrics dan lain-lainnya.
Untuk mencapai keberhasilan penanganan bedah anak, spesialis bedah anak harus pula menguasai pengetahuan yang termasuk sebagai kendala-kendala di atas. Di samping itu terdapat pula ketentuan-ketentuan baku yang harus diketahui dan dikuasai serta dikerjakan dalam manajemen pasien bedah. Di samping pengetahuan yang luas yang harus dikuasai, ketrampilan teknik operatif mutlak harus dimiliki spesialis bedah anak.
Manajemen Umum Bedah :
1. Menentukan kasus yang dihadapi merupakan kasus medik atau benar kasus bedah. Kasus demam dengue dapat menampilkan gejala dan tanda-tanda peritonitis yang mirip dengan apendisitis akuta, akibat sekuestrasi cairan ke dalam rongga peritoneal. Spesialis bedah anak harus pula mengerti gejala dan tanda-tanda demam dengue.
2. Bila telah diketahui bahwa kasus adalah kasus bedah, maka tentukanlah bahwa kasus tersebut adalah kasus bedah emergensi atau kasus bedah elektif.
3. Kasus bedah elektif atau kasus bedah emergensi memerlukan pemeriksaan lebih lanjut yang meliputi:
• Identifikasi masalah ( Problem identification)
• Alternatif-alternatif pemecahan masalah (alternative problem solvings)
• Membuat keputusan (Decision making)
• Tindakan yang sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang dipilih
Sebelum melakukan tindakan bedah atau tindakan konservatif, perlu ditentukan :
1. Saat operasi (timing operation)
2. Persiapan prabedah sehingga pasien laik untuk tindakan bedah
3. Memilih prosedur bedah yang terbaik sesuai dengan masalah kasus yang ditangani
4. Memperkirakan penyulit berdasarnya diagnosis kasus dan prosedur bedah yang dilakukan (calculated complication)
5. Pengamatan pascabedah. Diamati perkembangan kondisi pasien yang telah ditargetkan, kondisi-kondisi pasien yang menyimpang; adanya komplikasi yang diperhitungkan atau yang tidak diperhitungkan.
6. Selanjutnya dari butir 5, berlaku kembali atau berulang ketentuan-ketentuan identifikasi masalah, alternatif pemecahan masalah dan seterusnya.
Untuk dapat melakukan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, seorang spesialis bedah, lebih-lebih spesialis bedah anak harus menguasai pengetahuan yang luas, dan trampil memanfaatkan pengetahuan yang dikuasai tersebut dalam penerapannya untuk penyelesaian kasus-kasus bedah anak. Ketrampilan teknik operatif dalam mengerjakan prosedur bedah yang telah dipilih mutlak diperlukan. Dengan penguasaan pengetahuan luas mengenai bedah anak dan ketrampilan teknik operatif, maka pada seorang spesialis bedah akan tercermin sikap (attitude) yang tidak pernah ragu.. Seseorang akan menjadi ragu-ragu bila orang tersebut tidak menguasai pengetahuan dan ketrampilan teknik operatif untuk permasalahan yang dihadapi. Sebaliknya, bagi spesialis bedah yang menguasai pengetahuan bedah yang luas dan ketrampilan teknik operatif (sesuai dengan spesialisasinya), maka tidak ada pembedahan yang sulit baginya. Hal ini sesuai dengan sebuah tulisan di dinding kamar operasi Dr Robert E Gross yang yang berbunyi “IF AN OPERATION IS DIFFICULT, THEN YOU ARE NOT DOING IT PROPERLY” (Robert E.Gross, 1970).
Secara garis besar, manajemen pasien bedah anak memerlukan kontribusi kerja sama dengan spesialis dari berbagai disiplin karena pemecahan masalah dari kasus bedah anak tidak hanya diselesaikan dengan pembedahan semata. Penanganan telah dimulai dari sejak seorang penderita di diagnosis, persiapan operasi yang meliputi keadaan umum, gizi dan lainnya, serta dilanjutkan dengan perawatan peri operatif dan pasca bedah sehingga anestesi anak, intensivis anak, spesialis anak dan juga radiologist anak serta pathologist anak memiliki peran yang sangat penting di sini untuk menunjang keberhasilan bedah anak. Karena masih sangat terbatasnya para spesialis yang diperlukan diatas, maka merupakan suatu keharusan bagi seorang spesialis bedah anak untuk mendalami pengetahuan cabang ilmu lain yang khususnya berkaitan dengan bedah anak, misalnya : surgical pediatrics, pediatric radiology dan lain-lain . Permasalahan akan menjadi semakin sulit bila fasilitas yang diperlukan kurang atau tidak tersedia. Maka dari itu sangatlah penting untuk menyamakan visi tentang manajeman kasus bedah anak dari sudut pandang berbagai disiplin ilmu agar tercapai penanganan bedah anak yang optimal.
Daftar Pustaka
1. Gross RE. An Atlas of Children’s Surgery. Toronto: WB Saunders Company, 1970: iii
2. Kartono D. Spesialis Bedah dan Kerja Efektif. Editorial. Ropanasuri 1998; vol XXVI; 3-4 Juli-Desember : vii
3. Kartono D. Usaha Terhindar dari Tuduhan Malpraktek. Editorial. Ropanasuri 2003; vol XXXI; 4 Oktober – Desember : vii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar