Kamis, 28 Mei 2009

Pemasangan Pipa Intratorakal (WSD)

Introduksi
a. Definisi

Tindakan invasif dengan cara memasukkan selang atau tube kedalam rongga toraks dengan menembus muskulus intercostalis
b. Ruang Lingkup

Menyalurkan zat baik berupa zat padat,cairan, udara atau gas dari rongga dada
c. Indikasi Operasi

- Pneumothoraks lebih dari 30%.

- Pneumothoraks residif

- Pneumothoraks bilateral

- Hematothoraks lebih dari 300cc

- Hematothoraks bilateral

- Hemato-pneumothoraks

- Flail-chest

- Fluidothoraks yang hebat,dengan sesak

- Chylothoraks

- Empyema thoracis setelah dipungsi tidak berhasil atau pus sangat kental

- Pasca thoracotomi
d. Kontra Indikasi :

- Umum

- Khusus ( tidak ada )
e. Diagnosis Banding

Tidak ada
f. Pemeriksaan Penunjang

- Foto toraks
Tehnik operasi

Pemasangan WSD

1. Pasien dalam keadaan posisi ½ duduk (+ 45 °).

2. Dilakukan desinfeksi dan penutupan lapangan operasi dengan doek steril.

3. Dilakukan anestesi setempat dengan lidocain 2% secara infiltrasi pada daerah kulit sampai pleura.

4. Tempat yang akan dipasang drain adalah :

- Linea axillaris depan, pada ICS IX-X (Buelau).

Dapat lebih proximal, bila perlu. Terutama pada anak- anak karena letak diafragma

tinggi.

- linea medio-clavicularis (MCL) pada ICS II-III (Monaldi)

5. Dibuat sayatan kulit sepanjang 2 cm sampai jaringan bawah kulit.

6. Dipasang jahitan penahan secara matras vertikal miring dengan side 0.1.

7. Dengan gunting berujung lengkung atau klem tumpul lengkung, jaringan bawah kulit dibebaskan sampai pleura, dengan secara pelan pleura ditembus hingga terdengar suara hisapan, berarti pleura parietalis sudah terbuka.

Catatan : pada hematothoraks akan segera menyemprot darah keluar, pada pneumothoraks, udara yang keluar .

1. Drain dengan trocarnya dimasukkan melalui lobang kulit tersebut kearah cranial lateral. Bila memakai drain tanpa trocar, maka ujung drain dijepit dengan klem tumpul, untuk memudahkan mengarahkan drain.

2. Harus diperiksa terlebih dahulu, apakah pada drain sudah cukup dibuat atau terdapat lobang-lobang samping yang panjangnya kira-kira dari jarak apex sampai lobang kulit, duapertinganya.

3. Drain kemudian didorong masuk sambil diputar sedikit kearah lateral sampai ujungnya kira-kira ada dibawah apex paru (Bulleau).

4. Setelah drain pada posisi, maka diikat dengan benang pengikat berputar ganda, diakhiri dengan simpul hidup

5. Bila dipakai drainage menurut Monaldi, maka drain didorong ke bawah dan lateral sampai ujungnya kira-kira dipertengahan ronga toraks.

6. Sebelum pipa drainage dihubungkan dengan sistem botol penampung, maka harus diklem dahulu.

7. Pipa drainage ini kemudian dihubungkan dengan sistem botol penampung, yang akan menjamin terjadinya kembali tekanan negatif pada rongga intrapleural, di samping juga akan menampung sekrit yang keluar dari rongga toraks.
Komplikasi

Bila dilakukan secara benar, komplikasi dapat dihindari. Tetapi dapat juga terjadi emfisema kutis, False route mengenai hepar bila memasang terlalu rendah disebelah kanan terutama pada anak-anak karena letak diafragma masih tinggi
Mortalitas

Morbiditas sangat rendah, mortalitas 0%
Perawatan Pasca Pemasangan WSD

1. Penderita diletakkan pada posisi setengah duduk (+ 30°)
2. Seluruh sistem drainage : pipa-pipa, botol, harus dalam keadaan rapi, tidak terdapat kericuhan susunan, dan dapat segera dilihat.
3. pipa yang keluar dari rongga thoraks harus difiksasi ke tubuh dengan plester lebar, jingga mencegah goyangan.
4. Dengan memakai pipa yang transparan, maka dapat dilihat keluarnya sekret. Harus dijaga bahwa sekret keluar lancar. Bila terlihat gumpalan darah atau lainnya, harus segera diperah hingga lancar kembali.
5. Setiap hari harus dilakukan kontrol foto torak AP untuk melihat :

- keadaan paru

- posisi drain

- lain kelainan (emphyema, bayangan mediastonim)

1. Jumlah sekrit pada botol penampungan harus dihitung :

- banyaknya sekrit yang keluar (tiap jam – tiap hari)

- macamnya sekrit yang keluar (pus,darah dan sebagainya)

7. Pada penderita selalu dilakukan fisioterapi napas

8. Setiap kelainan pada drain harus segera dikoreksi.
Perawatan Pasca Pemasangan WSD

1. Penderita diletakkan pada posisi setengah duduk (+ 30°)
2. Seluruh sistem drainage : pipa-pipa, botol, harus dalam keadaan rapi, tidak terdapat kericuhan susunan, dan dapat segera dilihat.
3. pipa yang keluar dari rongga thoraks harus difiksasi ke tubuh dengan plester lebar, jingga mencegah goyangan.
4. Dengan memakai pipa yang transparan, maka dapat dilihat keluarnya sekret. Harus dijaga bahwa sekret keluar lancar. Bila terlihat gumpalan darah atau lainnya, harus segera diperah hingga lancar kembali.
5. Setiap hari harus dilakukan kontrol foto torak AP untuk melihat :

- keadaan paru

- posisi drain

- lain kelainan (emphyema, bayangan mediastonim)

1. Jumlah sekrit pada botol penampungan harus dihitung :

- banyaknya sekrit yang keluar (tiap jam – tiap hari)

- macamnya sekrit yang keluar (pus,darah dan sebagainya)

1. Pada penderita selalu dilakukan fisioterapi napas

2. Setiap kelainan pada drain harus segera dikoreksi.

Pedoman pencabutan

1. Kriteria pencabutan

- Sekrit serous, tidak hemorage

Dewasa : jumlah kurang dari 100cc/24jam

Anak – anak : jumlah kurang 25-50cc/24jam

- Paru mengembang

Klinis ; suara paru mengembang kanan = kiri

Evaluasi foto toraks

1. Kondisi :

- Pada trauma

Hemato/pneumothorak yang sudah memenuhi kedua kriteria, langsung dicabut dengan cara air-tight (kedap udara).

- Pada thoracotomi

a. Infeksi : klem dahulu 24jam untuk mencegah resufflasi, bila baik cabut.

b. Post operatif : bila memenuhi kedua kriteria, langsug dicabut (air-tight)

c. Post pneumonektomi : hari ke-3 bila mediastinum stabil (tak perlu air-tight

1. Alternatif
1. Paru tetap kolaps, hisap sampai 25 cmH20 :

- bila kedua krieria dipenuhi, klem dahulu 24jam, tetap baikà cabut.

- Bila tidak berhasil, tunggu sampai 2minggu à dekortikasi

1.
1. Sekrit lebih dari 200cc/24jam : curiga adanya Chylo toraks (pastikan dengan pemeriksaan laboratorium), pertahankan sampai dengan 4minggu.

- bila tidak berhasil à Toracotomi

- bila sekrit kurang dari 100cc/24jam, klem, kemudian dicabut.
Follow – Up

Ditujukan pada timbulnya komplikasi lanjut seperti empiema, schwarte, gangguan fungsi pernapasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Komentar