C O L L I F A C I A L I S
bahan kuliah
asrul mappiwali
A. C O L L U M
1. REGIONES COLLI
Collum merupakan bagian dari tubuh manusia yang terletak diantara thorax dan caput, dengan batas-batasnya di sebelah cranial adalah basis mandibulae dan suatu garis yang ditarik dari aungulus mandibulae menuju ke processus mastoideus, linea cuchea suprema sampai ke protiberantia occipitalis externa.
Batas caudal dari ventral ke dorsal dibentuk oleh incisura jugularis sterni, clavicula, acromion dan suatu garis lurus yang menghubungkan kedua acromia.
Bentuk umum dari collum adalah sebagia conus dengan basis menghadap ke caudal. Bentuk collum ditentukan oleh processus spinosi, otot-otot, panniculus adiposus, os hyoideum, trachea dan glandula thyreoidea. Bentuk collum ini tergantung juga dari posisi kepala dan columna vertebralis.
Pada posisi anteflexi kepala dan leher maka processus spinosus dari vertebra prominens sangat menonjol, kulit di sebelah ventral melipat-lipat. Pada posisi retroflexi kepala dan leher maka kulit di sebelah dorsal melipat-lipat, sedangkan di sebelah ventral akan kelihatan jelas larynx, trachea dan glandula thyreodea (terutama pada wanita).
Dilihat dari lateral pada collum dapat dibedakan trigonum colli anterius, trigonum colli laterale (= trigonum colli posterius) dan regio nuchea.
Trigonum colli anterius dibatasi di sebelah cranial oleh basis mandibulae dan suatu garis yang menghubungkan angulus mandibulae dengan processus mastoideus; di sebelah ventral dibatasi oleh linea mediana dan batas di sebelah posterior dibentuk oleh tepi anterior m.sternocleidomastoideus. trigonum ini dibagi oleh os hyoideum menjadi regio suprahyoidea dan regio infrahyoidea.
Trigonum colli anterius di silangi oleh m.digastricus, m.stylohyoideus dan m.omohyoideus venter superior sehingga membaginya menjadi empat buah segitiga yang lebih kecil, yaitu :
1. trigonum digastricum (= trig.submadibulare ) yang dibentuk oleh m.digastricus venter anterior et posterior dan basis mandibulae.
2. trigonum submentale (= trig.suprahyideum yang dibentuk oleh os hyoideum dan kedua m.digastricus venter anterior kir dan kanan.
3. trigonum caroticum yang dibatasi oleh m.digastricus venter posterior ( cranial ! ), m.omohyoideus venter superior (caudal ! ), tepi anterior m.sternocleidomastoideus ( dorsal ! ).
4. trigonum musculare yang dibentuk oleh m.omohyoideus venter superior ( cranial ! ), tepi anterior m.sternocleidomastoideus ( inferior ! ) dan linea mediana anterior.
Trigonum colli anterius ditutupi oleh platysma myoides dan fascia colli. Lantai atau dasar trig.submandibulare dibentuk oleh m.mylohyoideus dan m.hyoglossus. dan isi daripada trigonum ini adalah glandula submandibularis, a.fascialis dan vena fascialis; di sebelah posrerior, yaitu di dalam regio parotis terdapat sebagian dari kelenjar parotis dan a.carotis externa. Lebih ke sebelah profunda terdapat a.carotis interna, vena jugularis interna, N.IX dan N.X.
Lantai dari trigonum caroticum dibentuk oleh m.thyreohyoideus, m.hyoglossus, m.constrictor pharyngis inferior et medius. Didalam trigonum ini terdapat a.carotis communis, a.carotis externa, a.carotis interna dan vena jugularis interna. Di sini terdapat juga a.thyreoidea superior, a.lingualis dan a.facialis (cabang-cabang dari a.carotis externa), vena jugularis interna dan sebagian N.X, N.XI dan N.XII. struktur yang terletak lebih profunda adalah larynx, pharynx, nervus laryngeus inernus et externus.
Trigonum colli posterius dibatasi di sebelah inferior oleh permukaan superior sepertiga bagian medial clavicula, di sebelah dorsal dibatasi oleh tepi anterior m.trapezius dan di sebelah anterior dibatasi oleh tepi posterior m.sternoclidomastoideus. oleh m.omohyideus venter inferior trigonum colli laterale dibagi menjadi trigonum occipitale yang berada di sebelah cranialis dan trigonum supraclavicularis yang berada di sebelah inferior (trigonum ini disebut juga trigonum subclavius).
Atap dari trig.colli posterius dibentuk oleh fascia colli dan platysma myoides. Lembaran fascia ini ditembusi oleh vena jugularis externa dan nn.supraclaviculares.
Di dalam trig.colli posterius (isinya) terdapat N.XI, lymphonodus plexus brachialis dan bagian ketiga dari a.subclavia. N.XI (- Nervus accessorius) menyilang trig.colli posterius di bagian medial an berada /terletak pada m.levator scapulae. Di bagian profunda terletak plexus brachialis. Yang membentuk lantai trig.colli posterius adalah m.splenius capitis, m.levator scapulae, m.scalenus medius et posterior dan bagian cranialis m.serratus anterior. Otot-otot tersebut ini ditutupi oleh fascia prevertebralis.
Regio nuchae adalah daerah yang ditempati oleh m.trapezius daerah yang ditempati oleh m.sternocleidomastoideus disebut regio sternocleidomastoideus.
2. LAPISAN OTOT
Lapisan otot pada collum terdiri atas otot-otot somatik, yang berada di sebelah ventral dan dorsal columna vertebralis dan dikenal sebagai otot-otot prevertebralis dan otot postvertebralis, termasuk juga otot-otot infrahyoideus, dan otot-otot branchialis, yang membentuk otot pharynx otot larynx; Plastysma myodes termasuk juga otot branchialis, ada kemungkinan m.sternocleidomastoideus dan m.trapezius berasal juga dari arcus branchialis.
M.infrahyoideus yang berada di sebelah ventral gld.thyreoidea merupakan lanjutan kearah cranial dari m.rectus abdominis, dan otot tersebut tadi melanjutkan ke cranialis sebagai m.geniohyoideus. otot infrahyoideus dan m.genihyoideus mendapatkan innervasi somato-motoris (seperti halnya m.rectus abdominis).
Di sebelah superficial dari otot-otot tersebut tadi terdapat m.sternocleidomastoideus.
Dilihat dari segi perkembangannya maka asal dari m.sternocleidomastoideus dan m.trapezius adalah tidak jelas, tetapi kalau dipandang dari segi innervasinya, yaitu innervasi oleh N.XII, maka dapat diduga bahwa asal kedua otot tersebut adalah dari arcus branchialis.
2.1. Plastysma myoides ( GK = a.plate )
Otot ini berbentuk suatu lembaran segiempat yang berada di sebelah superficila fascia colli superficialis dan di sebelah profunda kulit, meluas dari regio pectoralis ( setinggi Costa 2 ) sampai ke wajah. Otot ini dapat dipersamakan dengan anniculus carnosus pada mamlia yang apat menggerakkan kulit leher secara periodik.
Origo otot ini berada pada jaringan subcutaneus regio pectoralis, mengadakan insertio pada basis mandibulae (serabut-serabut bagian anterior), sebagian melanjutkan diri pada otot wajah (m.risorius) dan serabut-serabut yang paling anterior mengadakan persilangan dengan pihak lainnya. Tepi lateral platysma myodes menyilang kelenjar parotis. Innervasi diperoleh dari ramus cervicalis nervi facialis (N.VII). bila platysma bearkontraksi sudut mulut dapat tertarik ke caudal dan pada kulit leher dapat terjadi lipatan-lipatan longitudinal dan menekan vena-vena yang terletak di sebelah profundanya. Pada usia lanjut dimana panniculus adiposus sudah berkurang maka tepi medial platysma membentuk lipatan longitudinal pada kulit.
2.2. M.sternocleidomastoideus
Istilah clei memberi pengertian clavicula dan otot ini dapat disebut m.sternomastoideus. otot ini meluas dari articulatio sternoclavicularis sampai pada processus mastoidus, terletak oblique pada collum dan memisahkan regio colli anterius daripada regio colli laterale.
Perlekatan di bagian inferior (origo) dengan perantaraan dua buah caput, yaitu :
• caput sternalis yang berupa tendo bulat, kecil dan melekat pada bagian lateral permukaan ventral manubrium sterni
• caput clavicularis yang berbentuk lebar dan terdiri dari serabut-serabut otot dan melekat pada sisi cranialis sepertiga bagian medila clavicula.
Di antara kedua caput ini terbentuk suatu celah berbentuk segitiga dan disitu tampak ujung terminal vena jugularis interna. Perlekatan di bagian superior atau insertio berada pada processus mastoideus dan pada 2/3 bagian lateral linea nuchae superior.
Innervasi motoris diperoleh dari N.XI dan sensibel berasal dari n.spinalis segmental Cervical 2 – 3.
Peranan: kontraksi m.sternocleidomastoideus pada satu pihak menyebabkan processus mastoideus atau telinga pada pihak bersangkutan turun ke caudal, sedangkan mentum (chin) terangkat ke sisi yang berlawanan; keadaan ini dapat terjadi karena spasme oleh berbagai causa dan posisi ini disebut torticollis atau wryneck. Bilamana disertai dengan kontraksi otot-otot abductor dari pihak yang berlawanan (konstraksi synergistis dari m.semispinalis, m.scalaneus medius, etc. ), maka hanya terjadi gerakan rotasi pada articulatio atlanto epistrophei (= articulatio atlanto-axialis).
Kontraksi m.sternocleidomastoideus secara bersamaan pada kedua pihak dapat mengakibatkan gerakan flexi kepala, namun bilamana posisi kepala sedemikian rupa sehingga gaya beratnya berada di sebelah dorsal articulatio atlanto-occipitalis maka yang terjadi adalah gerakan extensi. Bilamana terjadi kontraksi yang sinergistik dari otot-otot kelompok erector spinae maka kontraksi kedua m.sternocleidomastoideus dapat menimbulkan gerakan protraksi dari kepala (misalnya melihat melalui pundak seseorang).
Dengan memindahkan punctum mobile menjadi punctum fixum m.sternocleidomastoideus dapat berperan pada “forced inspiration” dengan mengangkat ke cranialis bagian superior dinding ventral thorax.
Tepi anterior m.sternocleidomastoideus menutupi carotid sheath sampai setinggi tepi cranialis cartilago thyreoidea, dan lebih ke cranialis lagi akan menutupi a.carotis externa et interna; bagian lateral gld.thyreoidea turut juga ditutupinya.
Sepanjang tepi posterior otot ini terdapat lymphonodus cervicalis, dan kira-kira pada pertengahannya terdapat punctum nervosum yang merupakan tempat keluarnya cabang-cabang plexus cervicalis, seperti n.auricularis magnus, n.occipitalis minor, nn.supraclaviculares dan n.cutaneus transversus colli.
Di sebelah cranialis dari punctum nervosum tampak N.XI menyilang trigonum occipitale.
Ujung caudal vena jugularis externa berjalan sepanjang tepi posterior m.sternocledomastoideus.
Struktur-struktur yang terletak lebih profunda adalah :
• pada sepertiga bagian caudal terdapat m.scalenus anterior, di bagian superficialis otot ini berjalan n.phrenicus, a.transversa cervicalis dan a.suprascapularis; sedangkan plexus brachialis berada di sebelah profunda m.scalenus anterior. Lebih ke bagian anterior terdapat otot-otot infrahyoideus, bersama dengan vena jugularis anterior yang menyilangnya sebelah cranialis clavicula, dan lebih ke profunda lagi terdapat a.subclavia dan carotid sheath
• pada sepertiga bagian medial terdapat vena jugularis interna, vena facialis dan vena lingualis, a.carotis externa et interna, dan N.X berada lebih ke posterior lagi; lebih ke arah profunda terdapat ramus superior et inferior dari ansa cervicalis, plexus cervicalis dan lymphonodus cervicalis profundus
• pada sepertiga bagian cranial terdapat m.scalenus medius, m.levator scapulae dan m.digastricus venter posterior; lebih ke cranialis terdapat m.splenius capitis dan m.longissimus capitis beserta dengan vasa occipitalis.
2.3. M.trapezius
M.trapezius pada satu sisi berbentuk segitiga dan bersama-sama dengan sisi yang lain berbentuk trapezius, letak superficial di leher (regio nuchae) dan pada dinding dorsal thorax. Terdiri atas tiga bagian, yaitu pars superior (= pars descendens), pars medialis (= pars transversa) dan pars inferior (= pars ascendens). Otot ini berperan pada kepala dan scapula.
Pars superior mengadakan perlekatan (origo) pada sepertiga bagian medial linea nuchae superior, protuberantia occipitalis externa, secara indirect (dengan perantaraan ligamentum nuchae) melekat pada vertebra cervicalis I – IV dan secara direct mengadakan perlekatan pada processus spinosus vertebra cervicalis ke VII (selanjutnya pars medialis dan pars inferior mengadakan perlekatan pada processus spinosus vertebra thoracalis I – XII). Insertionya berada pada permukaan dorsal sepertiga bagian lateral clavicula dengan arah serabut dari craniomedial ke caudolateral.
Serabut otot pars superior ini menutupi m.semispinalis capitis, sebagian dari m.splenius capitis dan m.levator scapulae.
Innervasi : komponen motoris dari N.XI dan komponen proprioceptive dibawa oleh n.spinalis C.3 – 4.
Peranan : mengangkat gelang bahu (shoulder girdle) dan dengan sendirinya mengangkat scapula. Kontraksi pada satu pihak mengakibatkan kepala berputar ke arah pihak berlawanan, dan kontraksi pada kedua pihak secara bersamaan menghasilkan gerakan extensi kepala.
2.4. M.levator scapulae
Mempunyai origo pada processus transversus vertebrae cervicalis C 1 – 4 dan mengadakan insertio pada angulus superior scapulae. Di sebelah cranialis ditutupi oleh m.sternocleidomastoideus dan di sebelah caudal ditutupi oleh m.trapezius. Otot ini turut membentuk lantai dari trig.colli pasterius. Bersama-sama dengan m.trapezius pars cranialis otot tersebut tadi berfungsi mengangkat scapula. Dipersarafi oleh N.spinalis C 3 – 5.
2.5. Otot-otot prevertebralis
2.5.1. M.scalenus anterior
Otot ini berada di sebelah profunda dari m.sternocleidomastoideus, mempunyai origo pada tuberculum anterius proceassus transversus vertebra cervicalis 3 – 6 dan mengadakan insertio pada tuberculum scaleni costa prima.
Di sebelah ventralnya terdapat n.phrenicus, vena subclavia, a.transversa carvicalis dan a.suprascapularis, sisi lateral carotid sheath, m.omohyoideus, m.sternocleidomastoideus, m.subclavius dan clavicula.
Di sebelah posteriornya terdapat arteria subclavia, plexus brachialis dan m.scalenus medius.
Di sebelah medial berbatasan dengan m.longus colli membentuk suatu celah berbentuk segitiga yang dilalui oleh vasa vertebralis, a.thyreoidea inferior dan ductus thoracicus (di bagian kiri).
2.5.2. M.scalenus medius
Berasal dari tuberculum posterius processus transversus V.C. 1 – 7, mengadakan insersi pada permukaan superior costa I di sebelah dorsal sulcus arteria subclaviae.
Otot ini lebih besar dan lebih kuat daripada m.scalenus anterior. Arteria subclavia berjalan diantara otot ini dan m.scalenus anterior.
2.5.3. M.scalenus posterior
Merupakan otot yang paling kecil bila dibandingkan dengan kedua mm.scaleni lainnya, mengadakan origo pada tuberculum posterius processus transversus V.C.5 – 7 dan berinsertio pada costa II di sebelah dorsal perlekatan m.serratus anterior.
Innervasi : m.scalenus anterior dipersarafi oleh n.spinalis (ramus anterior) segmental Cervicalis 5 – 6; m.scalenus medius oleh n.spinalis C 3 – 8 dan m.scalenus posterior oleh n.spinalis C.4 – 8 (r.anterior).
Peranan mm.scalenis : mengangkat costa I dan II sehingga merupakan otot inspirasi, selain itu dapat melakukan rotasi dan flexi leher.
2.5.4. M.longus cervicis (= m.longus colli)
Meluas dari vertebra thoracalis III sampai ke atlas, terdiri atas 3 bagian, yaitu pars medialis (vertikal) yang berada di sebelah ventral corpus vertebrae cervicalis, pars superior (oblique) yang berada diantara ventral atlas dan processus transversus vertebrae cervicalis bagian cranialis, dan pars inferior (oblique) yang terletak diantara corpus vertebrae thoracales bagian cranialis dan processus transversus vertebra cervicalis V – VI. Dipersarafi oleh ramus ventralis n.spinalis C.2 – 6.
2.5.5. M.longus capitis
Berorigo pada tuberculum anterius proc.transversus vertebra cervicalis 3 – 6, mengadakan insertio pada permukaan inferior pars basilaris ossis occipitalis. Mendapatkan innervasi dari ramus ventralis nervus spinalis segmental cranialis.
2.5.6. M.rectus capitis anterior et lateralis
Dua buah otot yang kecil, meluas diantara atlas dan bagian anterior dan lateral condylus occipitalis. Diantara otot-otot ini tampak n.spin. C.1 (ramus anterior). Dipersarafi oleh nervus tersebut.
2.6. Otot-otot post vertebralis
Merupakan kelompok m.erector spinae. Otot-otot ini membentuk bangunan vertikal di bagian dorsal columna vertebralis, berada di kiri-kanan linea mediana. Dipersarafi oleh ramus dorsalis nervi spinales.
Serabut-serabut otot ini berjalan dari caudal ke cranial, terbagi dalam 3 lapisan dari superficial ke profunda. Setipa lapisan otot ini terbagi lagi ke dalam kelompok medialis, intermedia dan lateral.
2.6.1. M.semispinalis capitis
Berasal dari ujung processus transversus vertebra thoracalis 1 – 7 dan V.Cervicalis 7, mengadakan insersi pada os cocipitalis diantara linea nuchae superior dan inferior. Fungsi extensi kepala dan rotasi ke arah yang berlawanan.
2.6.2. M.longissimus capitis
Adalah lanjutan dari otot kelompok intermedia dan berinsersi pada processus mastoideus di bagian profunda m.splenius capitis. Fungsi extensi kepala, lateroflexi dan rotasi ke arah pihak yang sama.
2.6.3. M.splenius capitis
Berasal dari processus spinosus V.Th.1 – 4 dan V.C. 7, mengadakan insersi pada os occipitale dan pada processus mastoideus di sebelah profunda insersi m.sternocleidomastoideus. Fungsi extensi kepala dan leher.
2.6.4. M.rectus capitis posterior major
Yang mengadakan perlekatan pada processus spinosus V.C.2 dan m.rectus capitis posteior minor yang berorigo pada tuberculum posterius atlantis, kedua otot ini mengadakan insersi pada bagian caudal linea nuchae inferior (yang “major” berada di lateral). Fungsi extensi kepala dan rotasi ke arah sisi yang sama.
2.6.5. M.obliquus capitis inferior
Mempunyai origo pada processus spinosus epistrophei dan insersinya berada pada processus transversus atlantis. Arah serabut otot adalah ke cranial dan lateral. Fungsi otot ini adalah memutar atlas sehingga menghadapkan muka ke arah sisi yang sama.
2.6.6. M.obliquus capitis superior
Berasal dari permukaan superior processus transversus atlantiss dengan serabut-serabutnya mengarah ke cranio medial dan mengadakan insersi di daerah antara linea nuchae superior dan linea nuchae inferior, di sebelah lateral m.semispinalis capitis. Fungsi extensi kepala.
Semua otot-otot tersebut di atas dipersarafi oleh n.sub occipitalis, yang merupakan ramus dorsalis n.spinalis C.1. di sebelah profunda m.semispinalis capitis dan m.splenius capitis terdapat trigonum suboccipitalie, yang di bentuk oleh m.rectus capitis posterior major sebagai dinding medial, m.obliquus capitis inferior sebagai batas caudolateral dan m.obliquus capitis superior sebagai batas cranoilateral. Di dalam trigonum ini terdapat plexus venosus vertebralis, a.vertebralis dan n.suboccipitalis. nervus occipitalis major menyilang di sebelah superficial trigonum ini dari caudal (tepi caudal m.obliquus capitis inferior) ke cranial.
2.7. Otot-otot infrahyoidea
2.7.1. M.sternohyoideus
Berasal dari permukaan dorsal incisura jugularis sterni dan permukaan dorsal ujung medial clavicula, berjalan ke arah cranio-medial dan mengadakan insersi pada tepi inferior corpus ossis hyiodei. Dapat menarik os hyoideum ke caudal.
2.7.2. M.sternothreoideus
Berada di sebelah profunda m.sternohyoideus, mengadakan origo pada permukaan dorsal incisura jugularis sterni (di sebelah caudal origo m.sterno hyoideus), arahnya cranio-lateral dan berinsersi pada linea obliqua laminae cartilaginis thyreodeae. Dapat menarik cartilago thyreoidea ke caudal.
2.7.3. M.thyreohyoideus
Otot ini terbentang antara linea obliqua laminae cartilaginis thyreoidea dan corpus ossis hyoidei. Bilamana os hyoideum di fiksasi maka m.thyreohyoideus dapat menarik cartilago thyreoidea ke cranial.
2.7.4. M.omohyoideus
Terdiri atas ventaer superior dan venter inferior dengan suatu tendo perantara diantaranya. Venter inferior mengadakan perlekatan pada bagian medial incisura superior scapulae, letaknya miring menyilang leher di sebelah cranialis clavicula; venter superior mengadakan perlekatan pada corpus ossis hyoidei. Tendo perantara yang menghubungkan venter inferior dan venter superior difiksasi pada ujung medialis clavicula. Otot ini dapat menarik corpus ossis hyoidei ke caudal. Gerakan os hyoideum dan cartilago thyreoidea dilakukan pada waktu berbicara pada waktu menelan. Otot-otot tersebut tadi dapat menfiksasi os hyoideum sehingga memungkinkan otot-otot suprahyoidea berperan aktif.
Innervasi : otot-otot infrahyoideus ini, terkecuali m.thyreohyoideus, mendapat persarafan dari ansa cervicalis (= ansa hypoglossi), yang dibentuk oleh n.spinalis C.1 – 3. M.thyreoyoideus mendapatkan innervasi khusus dari n.spinalis C.1 melalui nervus hypoglossus.
2.8. Otot-otot suprahyoidea
2.8.1. M.digastricus
Mempunyai venter anterior dan venter posterior.venter anterior melekat pada fossa digastrica mandibulae, venter posterior mengadakan perlekatan pada incisura mastoidea. Kedua venter tersebut dihubungkan satu sama lian oleh suatu tendo perantara yang difiksasi pada perbatasancorpus ossis hyoidei cornu majus ossis hyoidea oleh suatu jerat jaringan fibrous (= fascial loop).
Di sebelah superficial dari venter posterior terdapat processus mastoideus dengan otot-otot yang melekat padanya, vena jugularis externa dan vena facialis,kelenjar parotis dan submandibularis.
Di sebelah superficial dari venter anterior terlatak platysma myoides dan ramus cervicalis N.VII.
Di sebelah profunda dari venter posterior terdapat a.carotis externa dan a.carotis interna, a.lingualis dan a.fascialis, vena jugularis interna, Nn.IX – XII, processus transversus atlantis dan m.rectus capitis lateralis. M.mylohyoideus berada di sebelah profunda dari venter anterior.
Di sebelah cranialis venter posterior terdapat m.stylohyoideus dan a.auricularis posterior. Arteria occipitalis dalam perjalanannya menuju ke regio occipitalis berada sepanjang tepi inferior venter posterior.
Innervasi : venter anterior yang berasal dari arcus branchialis I dipersarafi oleh n.mandibularis (melalui r.mylohyoideus yang dipercabangkan oleh n.alveolaris inferior). Venter posterior yang berasal dari arcus branchialis II mendapatkan innervasi dari N.VII.
2.8.2. M.stylohyoideus
Berasal dari processus styloideus menuju (insersi) pada perbatasan corpus ossis hyoidei dan cornu majus ossis hyoidei, dimana pada tempat ini dilalui oleh tendo perantara m.digastricus (membentuk fascial loop). Mendapatkan innervasi dari N.VII.
2.8.3. M.mylohyoideus
Turut membentuk diaphragma oris dan otot ini memisahkan leher daripada dasar/lantai cavum oris. Origonya berada pada linea mylohyoidea mandibulae, serabut-serabut otot ini berjalan ke arah caudo dorsal dan berinsertio pada raphe medianum, yang meluas dari corpus ossis hyoidei sampai pada symphsis menti. Serabut yang paling dorsal melekat pada corpus ossis hyoidei. Linea mylohyoidea berahir di sebelah caudal gigi molar III, tepi posterior otot ini berbentuk oblique dan berakhir bebas. Dipersarafi oleh ramus mylohyoideus yang adalah cabang dari n.alveolaris inferior.
Di sebelah superficial dari m.mylohyoideus terdapat platysma myodes dan venter anterior m.digastricus, juga glandula submandibularis. Di sebelah profunda dari otot ini terdapat m.hyoglossus, di apit oleh m.mylohyoideus dan m.hyoglossus terletaklah n.lingualis, ganglion submandibulare, bagian profunda glandula submandibularis, ductus submandibularis dan nervus hypoglossus.
2.8.4. M.geniohyoideus
Merupakan lanjutan ke cranial dari otot-otot infrahyoidea, sehingga bukan merupakan otot lingua maupun branchialis. Berasal dari spina mentalis dan mengadakan insertio pada corpus ossis hyoidei di sebelah superior insertio m.mylohyoideus.
3. FASCIA COLLI
Fascia colli mempunyai fungsi untuk membungkus/melindungi otot dan memudahkan gerakan suatu organ terhadap struktur disekitarnya (menghindari gesekan dan memberi kesempatan suatu organ bergerak dengan bebas). Fascia ini berada pada seluruh lingkaran leher.
Menurut bentuknya fascia colli dapat dibagi menjadi :
a fascia berbentuk lembaran, dapat dilihat, dapat dipotong atau digunting dan dapat dirobek, yang membentuk the investing layar, fascia prevertebralis, fascia pretrachealis dan carotid sheath.
b Berbentuk jaringan ikat longgar yang berada pada permukaan otot, tidak berbentuk lembaran dan tidak mempunyai nama yang khusus, misalnya pipi dapat menonjol karena makanan di dalam cavum oris atau dinding pharynx yang berdeletasi karena dilewati oleh bolus yang besar, hal mana dimungkinkan oleh sebab m.buccinator dan m.constrictor pharyngis dibungkus oleh jaringan ikat longgar tersebut.
Seperti halnya pada extremitas maka pada collum diantara sesama otot berbentuk celah yang memungkinkan otot-otot tersebut bebas bergerak. Menurut letaknya fascia colli dapat dibagi menjadi fascia colli superficialis, fascia colli media dan fascia colli profunda.
Fascia Colli Posterior di sebelah caudal melekat pada tepi ventral incisura jugularis sterni, clavicula, acromion dan spina scapulae, selanjutnya berhubungan dengan fascia superficialis dorsi. Di sebelah dorsal linea mediana fascia ini melekat pada ligamentum supraspinale yang melekat pada ujung-ujung processus spinosi dan di daerah leher menjadi septum nuchae. Di sebelah cranial ia melekat pada basis mandibulae, melanjutkan diri sebagai fascia parotidei-masseterica untuk kemudian melekat pada linea nuchae supreme dan protuberantia occipitalis externa.
Fascia ini melekat pada dataran ventral corpus ossis hyoidei. Pada linea mediana fascia superficialis melekat (bersatu) pada fascia colli media.
Di sebelah ventrolateral fascia ini menjadi dua lembar (lamina profunda dan lamina superficialis) dan membungkus m.sternocleidomastoideus dan ke arah lateral dorsal terbelah dua lagi untuk membungkus m.trapezius. fascia ini berada di sebelah superficialis dari otot-otot infrahyoidea.
Fascia Colli Media melekat pada corpus ossis hyoidei dan di sebelah caudal melekat pada permukaan dorsal incisura jugularis sterni dan clavicula sampai perlekatan m.omohyoideus pada margo superior scapulae. Dengan demikian di cranialis incisura jugularis sterni terbentuk suatu sterni terbentuk celah yang dinamakan spatium suprasternale yang berisikan corpus adiposum in jugulo (jaringan lemak), arcus venosum in jugulo (pembuluh vena), kelenjar lymphe dan caput sternale m.sternocleidomastoideus. pada tepi lateral fascia colli media terbelah dua dan membungkus m.omohyoideus, selanjutnya berjalan di sebelah dorsal m.sternohyoideus, di sebelah ventral dari m.sternothyreoideus dan m.thyrohyoideus.
Fascia colli media membentuk carotid sheath yang membungkus a.carotis communis dan a.carotis internus, vena jugularis interna dan N.X.
Carotid sheath berbentuk lembaran pada sisi arteri, tetapi menjadi tipis (merupakan jaringan ikat longgar) pada sisi vena jugularis interna dan keadaan ini memungkinkan vena tersebut berdelatasi bilamana terjadi peningkatan aliran darah. Carotid sheath mengadakan perlekatan pada tepi foramen caroticum, meluas ke caudal mencapai arcus aortae. Di sebelah ventral bagian caudal carotid sheath melekat pada lamina profunda fascia superficialis yang membungkus m.sternocleidomastoideus, dan pada tempat ini terkait fascia pretrachealis. Diantara carotid sheath dan fascia prevertebralis yang terdapat di sebelah dorsalnya terdapat jaringan ikat longgar.
Selain itu fascia colli media membentuk pula fascia pretrachealis, yang melindungi permukaan-permukaan yang saling bergesekan. Struktur ini berada di bagian profunda otot-otot infrahyoidea, melekat pada os hyoideum di linea mediana dan pada linea obliqua cartilaginis thyreoidei di sebelah lateral. Pada tepi glandula thyreoidea fascia ini terbelah dua dan membungkus glandula ini, tetapi tidak melekat pada glandula thyreoidea kecuali pada bagian di antara isthmus dan cincin trachea 2 – 3 – 4.
Ke arah lateral ia bergabung dengan sisi ventral carotid sheath di bagian profunda m.sternocleidomastoideus, dan ke arah caudal melekat/terkait pada tunica adventitia arcus aortae. Tidak ada struktur apapun yang terletak diantara trachea dan fascia pretrachealis sehingga gerakan naik turun dari trachea selama menelan dan gerakan leher, dapat berlangsung dengan bebas.
Fascia Colli Profunda disebut juga fascia prevertebralis yang berbentuk suatu lembaran dan berada di sebelah ventral otot-otot prevertebralis. Meluas dari basis cranii di sebelah ventral m.longus capitis dan m.rectus capitis lateralis sampai pada tepi caudal (ujung inferior) m.longus colli, yaitu setinggi corpus V.Th,3, ke arah lateral menyilang m.scalenus anterior, scalenus medius dan m.levator scapulae, selanjutnya makin menipis dan mencapai permukaan dorsal tepi anterior m.trapezius. fascia ini di satu pihak melekat pada tuberculum anterius dari processus transversi vertebrae cervicales dan di pihak lain melekat pada corpora vertebralia.
Pada trigonum colli posterius fascia prevertebralis menutupi otot-otot yang membentuk lantai trigonum ini.
Salah satu peranan dari fascia prevertebralis adalah membuat suatu dasar yang tetap (suatu basis yang fixed) dimana di atasnya pharynx, oesophagus dan carotid sheath dapat bergerak selama proses menelan tanpa mendapat halangan dari kontraksi otot-otot prevertebralis.
Di sebelah dorsal fascia prevertebralis terdapat suatu celah yang tertutup rapi dan meluas sampai setinggi corpus V.Th.3. di sebelah ventral dari fascia prevertebralis terbentuk suatu celah yang meluas mulai dari basis cranii sampai mencapai diaphragma thoracis, bagian di sebelah cranial disebut spatium retropharyngealis yang makin ke caudal berada di sebelah dorsal oesophagus, masuk ke dalam mediastinum superior selanjutnya menuju ke mediastinum posterior.
Di daerah leher celah ini berada bebas di sebelah dorsal carotid sheath, meluas ke regio colli posterior.
Celah yang berada di sebelah ventral fascia prevertebralis di batasi di bagian cranial dan lateral oleh perlekatan fascia bersangkutan, tetapi bebas meluas ke arah caudal menuju mediastinum superius dan mediatinum anterius.
4. ARTICULATIONES
Tulang atlas dan epistropheus (axis) mempunyai bentuk (struktur) dan fungsi yang berbeda dengan vertebra lainnya. Gaya berat (weight bearing) dari cranium turun tidak melalui corpus vertebrae dari kedua tulang tersebut (corpus vertebrae telah mengalami perubahan bentuk), dan persendian yang terbentuk di antara tulang-tulang tersebut mempunyai gerakan yang lebih luas daripada persendian pada tulang vertebra lainnya.
Corpus vertebrae dari atlas mengalami medifikasi dan bersatu dengan corpus vertebrae dari axis (epistropheus) membentuk dens epistrophei (= processus odontoideus).
Arcus vertebrae juga mengalami perubahan menjadi massa lateralis yang sangat kuat. Berbeda dengan vertebra lainnya, di sini ramus anterior nervus spinalis C.1 dan 2 keluar atau berada di bagian dorsal dari processus artucularis.
Facies articularis superior atlantis berbentuk ginjal dan konkaf (cekungan yang dalam), membentuk persendian dengan condylus occipitalis; facies inferiornya berbentuk bulat dan mendatar.
Epistropheus (axis) mempunyai tiga ciri yang khusus, yaitu adanya dens, massa lateralis yang kasar dan processus spinosus yang besar.
Gaya berat cranium turun tidak melalui dens epistrophei, melainkan melalui massa lateralis atlantis dan massa lateralis epistrophei.
Facies articularis inferior epistrophei membentuk persendian dengan vertebra cervicalis ke-3 denganmengikuti pola umum articulationes vertebrae lainnya sehingga gaya berat selanjutnya diteruskan melalui corpus vertebrae C.3 dan seterusnya ke caudal.
Processus spinosus epistrophei berbentuk besar oleh karena disini melekat otot-otot yang kuat.
Kepala dapat digerakkan melalui articulatio atlanto-occipitalis dan articulatio atlanto-epistrophei (= artic.atlanto-axialis) yang berupa gerakan flexi/extensi (anteflexi-retroflexi), gerakan latero-flexi (abduksi) dan gerakan rotasi
1.1. Articulatio atlanto-occipitalis
Dibentuk oleh condylus occipitalis yang berbentuk convex dan facies articularis superior yang berbentuk concave (sebadan cavitas articularis), dan diperkuat oleh membrana atlanto-occipitalis anterior et posterior; membrana ini melekat pada tepi cranialis arcus anterior dan arcus posterior atlantis pada satu pihak dan di pihak lain melekat pada tepi luar foramen occipitale magnum.
Membrana atlanto-occipitalis anterior berbentuk luas dan meluas dari massa lateralis yang satu menuju ke pihak lainnya, sedangkan membrana atlanto occipitalis posterior agak lemah di bagianlateral, yaitu tempat dimana akan dilalui oleh arteria vertebralis dan nervus spinalis segmental cervicalis I. Secara morfologis articulus ini adalah articulus ellipsoidea. Gerakan yang terjadi pada articulus ini adalah gerakan flexi/extensi dan gerakan latero-flexi, sedangkan gerakan rotasi sama sekali tidak mungkin.
1.2. Articulatio atlanto-epistrophei (= artculatio atlanto- axialis)
Persendian antara atlas dan epistropheus terjadi pada tiga tempat; dua buah persendian di bagian lateral terbentuk diantara kedua massa lateralis dari V.C.1 dan V.C.2 dan sebuah persendian lagi yang berada pada lionea mediana, yang dibentuk oleh permukaan dorsal dari arcus anterior atlantis dengan dens epistrophei (articulatio atlanto-dentalis anterior). Facies articularis pada persendian diantara kedua massa lateralis tadi mempunyai bentuk circular dan datar; gerakan yang mungkin terjadi disini adalah gerakan menggelincir (gli ding).
Ligamentum accesoria yang terdapat pada persendian-persendian tersebut adalah membrana tectoria, ligamentum cruciatum atlantis (cruciform ligament), ligamentum apicis dentis, ligamentum alare dan ligamentum atlanto-axialis acceroria.
Membrana tectoria meluas dari permukaan dorsal corpus epistrophei sampai pada permukaan dalam (inner surface) basis occiput melewati sedikit tepi anterior foramen occipitale magnum. Membrana ini adalah lanjutan ke cranialis dari ligamentum alare dan ligamentum longitudinale posterius.
Ligamentum cruciatum atlantis terdiri atas :
a. Serabut-serabut yang menyilang di bagian dorsal dens epistrophei yang menghubungkan massa lateralis atlantis kiri kanan, struktur ini disebut ligamentum transversum atlantis.
b. serabut-serabut yang arahnya vertikal, meluas dari corpus epistrophei sampai pada os occipitalis dan ditutupi oleh membrana tectoria.
Ligamentum apicis dentis (= apical ligament) berada di sebelah anterior dari ligamentum cruciatum, meluas dari puncak dens epistrophei sampai pada tepi anterior foramen occipitale magnum. Ligementum ini adalah sisa dari notochord.
Ligamentum alare berada di lateral dari ligamentum apicis dentis, meluas dari sisi dens epistrophei, berjalan ke arah cranial-lateral dan melekat pada tepi medial condylus occipitalis. Ligamentum ini sangat kuat.
Ligamentum atlanto-axialis accesoria melekat mulai dari permukaan dorsal corpus epistrophei sampai pada massa lateralis atlantis pada sisi yang sama.
Gerakan yang terjadi pada articulatio atlanto-epistrophei adalah rotasi terhadap axis vertikal yang berjalan melalui odontoid process.
Atlas dengan membawa cranium diatasnya bergerak berpputar dengan perantaraan arcus anterior bersama dengan ligamentum transversum atlantis mengelilingi dens epistrophei (articulatio atlanto-dentalis posterior).
Stabilitas dari arculatio atlanto-occipitalis tergantung dari liamentum alare dan ligamentum apicis dentis, membrana tectoria dan serabut-serabut vertikal/longitudinal dari ligamentum cruciatum. Semua ligamenta ini mengikat (fiksasi) cranium pada epistropheus.
Ligamentum atlanto-axialis accesoria membantu membatasi gerakan rotasi atlas terhadap epistropheus. Ligamentum alare memfiksasi cranium pada epistropheus dan menjadi tegang bilamana atlas berputar terhadap dens epistrophei. Jadi ligamnetum tersebut tadi membatasi gerakan.
Articulatio atlanto-axialis diperkuat oleh semua ligament yang mengikat kedua vertebra tersebut oleh ligamenta yang mengikat epistropheus pada cranium. Dens epistrophei di pertahankan pada posisinya oleh arcus anterior atlantis dan ligamnetum transversum atlantis (berada di bagian dorsal). Ligamentum transversum atlantis sangat kuat sehingga adalah lebih mudah dens epistrophei mengalami fraktur daripada robeknya ligamentum tersebut; pada suatu kecelakaan atau mati digantung maka bagian yang patah dari dens epistrophei dapat menusuk medulla oblongata dan mengakibatkan kematian.
Otot-otot yang berperan pada articulatio atlantor-occipitalis dan articulatio atlanto-axialis adalah m.longus capitis dan m.sternocleidomastoideus.
Pada posisi berdiri normal gaya berat kepala berada di sebelah ventral articulatio atlanto-occipitalis, sehingga kedudukan tegak dari kepala disebabkan oleh tonus otot-otot extensor, khususnya m.semispinalis capitis.
Flexi kepala dapat terjadi bilamana otot-otot extensor berrelaksasi (flexi oleh adanya gaya berat) dan secara aktif oleh kontraksi m.longus capitis dan m.sternocleidomastoideus yang berlangsung bersama-sama.
Gerakan latero flexi dapat berlangsung karena kontraksi sepihak dari m.sternocleidomastoideus, m.longissimus capitis dan sebagainya, dan gerakan rotasi disebabkan oleh m.sternocleidomastoideus, m.splenius capitis dan m.obliquus capitis inferior.
5. GLANDULA THYREOIDEA
adalah suatu kelenjar endokrin yang terdiri atas dua buah lobus yang simetris, berbentuk konus dengan ujung di sebelah cranial kecil dan ujung di sebelah caudal besar. Antara kedua lobus tersebut dihubungkan oleh isthmus. Dari tepi superior isthimus berkembang ke arah cranial lobus pyramidalis, yang dapat mencapai os hyoideum dan pada umumnya berada di sebelah kiri linea mediana (berasal dari ujung caudal ductus thyreo-glossus). Setiap lobus berukuran kira-kira 5 cm dibungkus oleh fascia propria yang disebut true capsula dan di sebelah luarnya lagi dibungkus oleh fascia pretrachoalis membentuk false capsula.
Glandula thyreoidea berada di bagian anterior leher, di sebelah ventral bagian caudal larynx dan bagian cranial trachea, terletak berhadapan dengan vertebra cervicalis 5 – 7 dan vertebra thoracalis 1.
Kedua lobus bersama dengan isthmus glandulae thyreoideus memberi bentuk seperti huruf “U:.
Ditutupi oleh m.sterno-hyoideus dan m.sterno-thyreoideus. Ujung cranial lobus glandula thyreoidea mencapai linea obliqua cartilaginis thyreoidei, ujung inferior meluas sampai cincin trachea yang ke 5 – 6.
Isthmus glandulae thyreoidea difiksasi pada cincin trachea 2 – 3 dan 4. Selain itu glandula thyreoidea difiksasi juga pada trachea dan pada tepi caudal cartilago cricoidea oleh penebalan fascia pretrachealis yang disebut ligament of Berry. Fiksasi-fiksasi tersebt tadi menyebabkan glandula thyreoidea turut bergerak pada waktu proses menelan berlangsung.
Lobus pyramidalisdifiksasi pada tepi caudal os hyoideum oleh suatu jaringan fibro-muscular yang dinamakan levator glandulae thyreoideae. Setiap lobus mempunyai permukaan antero-lateral, medial dan postero-lateral.
Topografi dari glandula thyreoidea adalah sebagai berikut :
• di sebelah superficial terdapat otot-otot infrahyoideus, khususnya m.sternothyreoideus yang akan membatasi pembesaran kelenjar ini ke arah cranial
• di sebelah medial terdapat larynx, pharynx, trachea dan oesophagus, lebih ke bagian profunda terdapat n.laryngeus externus; diantara oesophagus dan trachea berjalan n.recurrens
• di sebelah postero-lateral terletak carotid sheath.
Vascularisasi
Diperoleh dari a.thyreoidea superior, a.thyreoidea inferior dan kadang-kadang ada a.thyreoidea ima (kira-kira 3 %).
Arteria thyreoidea superior
Adalah cabang pertama dari a.carotis externa, setelah tembus fascia pretrachealis, kemudian menuju ke ujung cranial lobus dan mempercabangkan ramus anterior dan ramus posterior; ramus anterior menuju ke isthimus dan ramus posterior berjalan sepanjang permukaan dorsal lobus dan mengadakan anastomose dengan ramus ascendens yang dipercabangkan oleh a.thyreoidea inferior.
Arteria thyreoidea inferior
Adalah cabang dari truncus thyreocervicalis yang berjalan menuju ke ujung inferior lobus gldd.thyreoidea, mempercabangkan 4 sampai 5 buah cabang di sebelah superficial fascia pretrachealis, lalu percabangan tersebut menembusi fascia bersangkutan dan memberi suplai darah kepada sebagian besar dari kelenjar ini.
Arteria thyreoidea ima
Biaanya dipercabangkan oleh truncus brachiocephalis atau langsung dipercabangkan dari arcus aortae; pembuluh darah ini perlu mendapat perhatian pada waktu melakukan suatu tracheotomy.
Aliran darah venous dibawa oleh vena thyreoidea superior, vena thyreoidea media dan vena thyreoidea inferior. Vena thyreoidea superior et media bermuara kedalam vena jugularis interna, sedangkan v.thyreoidea inferior akan bermuara kedalam vena brachiocephalica. Vena thyreoidea inferior pada anal perlu mendapat perhatian pada suatu tracheotomy.
Aliran lymphe
Yang berasal dari bagian cranial lobus thyreoideus mengalir mengikuti a.thyreoidea superior untuk bermuara kedalam lymphonodus cervicalis profundus.
Dari isthmus lymphe dialirkan kepada lymphonodus cervicalis profundus bagian cranialis. Pembuluh lymphe dari ujung caudal glandula thyreoidea berjalan mengikuti a.thyreoidea infeior menuju lymphonodus paratrachealis dan selanjutnya menuju ke lymphonodus cervicalis profundus bagian inferior.
INNERVASI
Sympathis diperoleh dari ganglion cervicale superius dan ganglion cervicale medius yang mencapai kelenjar thyreoidea dengan mengikuti a.thyreoidea superior dan a.thyreoidea inferior atau mengikuti perjalanannya nervus laryngeus externus dan nervus recurrens.
APLIKASI
Pembesaran kelenjar thyreoidea (struma = goitres) dapat terjadi karena kekurangan intake yodium, hal mana bisa memberi gangguan berupa kelainan fungsi dan atau kelainan fisik, seperti tekanan pada trachea, tekanan pada n.laryngeus externus atau n.recurrens (suara menjadi monoton dan serak). Karena capsula thyreoidea dibagian anterior adalah tebal dan kuat, maka pembesaran kelenjar ini lebih mudah terjadi ke dorsal; demikian pula halnya pembesaran akan lebih mudah meluas ke caudal, masuk kedalam cavum thoracis, daripada meluas ke arah cranialis.
Glandula parathyreoidea merupakan empat buah benjolan kecil yang terletak pada permukaan dorsal ujung-ujung glandula thyreoidea; ukuran kira-kira 7 mm panjang, 4 mm lebar dan 2 mm tebal sehingga kadang-kadang sukar dilihat. Mempunyai kapsulnya sendiri dan berada di dalam capsula thyreoidea.
6. PEMBULUH DARAH
6.1. Arteria Carotis Communis
Arteria carotis communis dextra dipercabangkan oleh truncus brachiocephalicus (a.anonyma = innominate artery) setinggi articulatio sternoclavicularis dexter (cabang yang lain dari a.anonyma adalah a.subclavia dextra).
A.carotid communis sinistra adalah cabang kedua dari arcus aortae yang masuk regio colli dan berada di sebelah dorsal articulatio sternoclavicula sinister.
A.carotid communis berjalan vertikal masuk ke dalam trigonum caroticum dan setinggi tepi atau cartilago thyreoidea bercabang membentuk bifurcatio menjadi a.carotis interna dan a.carotis externus.
Bersama dengan vena jugularis interna dan nervus vagus arteria carotid communis dibungkus oleh carotid sheath. Didalam carotid sheath a.carotis communis berada di sebelah medial, vena jugularis interna berada di sebelah lateral dan N.X berada di bagian posterior diantara arteria dan vena tersebut tadi. Truncus sympathis berada di sebelah dorsal arteri, tetapi diluar carotid sheath.
Ujung terminal a.carotis communis atau pangkal a.carotis interna membentuk suatu pelebaran yang disebut sinus caroticus. Di sini terdapat juga suatu kumpulan sel yang membentuk carotid body.
TOPOGRAFI : di sebelah dorsal dari a.carotis communis terdapat truncus sympathicus, fascia prevertebralis, mm.scaleni dan m.lomgus colli, dan processus transversus vertebrae cervicalis, khususnya V.C.6 yang mempunyai processus transversus yang besar (Chassaignac’s tubercle) ke arah mana arteri dapat ditekan.
Di sebelah ventral pada sepertiga bagian distal a.carotis communis terdapat vena jugularis anterior, fascia pretrachealis, m.sternohyoideus, m.sternothyreoideus dan m.omohyoideus; pada sepertiga bagian medial terdapat m.sternocleidomastoideus dan pada sepertiga bagian proximal terdapat jaringan ikat longgar, platysma myoides dan tepi anterior m.sternocleidomastoideus.
Di sebelah medial terletak trachea, oesophagus dan nervus recurrens, lobus gld.thyreoidea bersama dengan a.thyreoidea inferior. Di sebelah lateral terletak vena jugularis interna dan N.vagus (di postero lateral).
6.2. A.Carotis Externa
Sekalipun namanya externa namun letaknya adalah di sebelah medio-anterior dari a.carotis interna. Fungsi utama arteri ini memberi suplai darah pada struktur extra cranial. Arteri ini berjalan ke arah cranio-dorsal-lateral dan masuk ke dalam kelenjar parotis, setinggi collum mandibulae mempercabangkan dua cabang terminalis, yaitu a.temporalis superficialis dan a.maxillaris.
TOPOGRAFI : di sebelah antero-lateral terletak platysma myoides, m.sternocleidomastoideus, vena lingualis dan vena facialis bersama nervus hypoglossus (di dalam trig.caroticum). lebih ke cranialis terdapat venter posterior m.digastricus, m.stylohyoideus dan glandula parotis.
Di sebelah postero-medial terletak m.stylopharyngeus, os hyoideum (cornu majus) serta bagian profunda dari gld.parotis.
A.carotis externus mempercabangkan cabang ascendens, seperti a.pharyngea ascendens; cabang anterior, seperti a.thyreoidea superior, a.lingualis dan a.facialis; cabang posterior, seperti a.occipitalis dan a.auricularis posterior; cabang terminal seperti a.temporalis superficialis dan a.maxillaris.
6.2.1. A.pharyngea ascendens
Merupakan cabang pertama yang berada di sebelah medial, berjalan ascendens pada sisi pharynx menuju ke bagian cranii.
6.2.2. A.thyreoidea superior
dipercabangkan setinggi cabang yang pertama tadi, berjalan turun secara oblique dan ke arah ventral, berada di sebelah profunda m.infrahyoideus dan mencapai puncak glandula thyreoidea.
6.2.3. A.lingualis
dipercabangkan setinggi corpus ossis hyoidei, berjalan ke cranio-ventral, berada di sebelah profunda m.hyoglossus dan glandula submandibularis, dan berakhir di lingua.
6.3. A.carotis interna
berjalan vertikal ke cranial melewati canalis caroticum masuk ke dalam cavum cranii. Arteri ini tidak memberi percabangan di regio colli.
TOPOGRAFI : di sebelah anterior terdapat platysma myoides, venterposterior m.digastricus, m.stylohyoideus dan nervus hypoglossus, m.stylopharyngeus, nervus glossopharyngeus.
Di sebelah posterior terletak m.longus colli, ganglion cervicale superior dan nervus laryngeus superior.
Di sebelah lateral berjalan v.jugularis interna dan nervus vagus (di dalam carotid sheath).
Di sebelah medial berjalan a.pharyngea ascendens, m.constrictor pharyngeus uperior et medius, m.levator veli palatini dan n.laryngeus superior.
A.carotid interna di dalam perjalanannya dapat dibagi menjadi pars cervicalis, pars petrosa, pars cavernosa dan pars cerebralis; ujung terminalnya berakhir sebagai a.cerebri media, a.cerebri anterior dan ramus communicans posterior.
6.4. Vena jugularis externa
mulai pada tepi caudal kelenjar parotis, dibentuk oleh ramus posterior vena retromandibularis dan vena auricularis posterior. Berjalan di sebelah superficial dari m.sternocleidomastoidreus dan bermuara ke dalam v.subclavia; menerima darah juga dari v.supraclavicularis, v.transversa cervicalis dan vena jugularis anterior.
6.5. Vena jugularis anterior
mulai dari dagu dan berjalan turun membentuk arcus venosus in jugulo di dalam spatium suprasternale dengan vena dari pihak lainnya. Berjalan di sebelah profunda m.sternocleidomastoideus dan selanjutnya bermuara pada v.jugularis externa.
6.6. Vena jugularis interna
Adalah lanjutan dari sinus sigmoideus setelah meninggalkan foramen jugulare. Pangkalnya membentuk pelebaran yang dinamakan bulbus superior dan ujung terminalnya membentuk pelebaran yang disebut bulbus inferior, bermuara ke dalam vena brachiocephalica (= vena anonyma).
Vena ini berjalan turun di dalam carotid sheath dan berakhir di sebelah dorsal pars sternalis claviculae, yaitu bersama dengan vena subclavia membentuk vena anonyma. Pada awalnya vena jugularis interna berada di sebelah dorsal a.carotis interna, lalu berjalan di lateralnya dan di lateral a.carotis communis, dan ketika dekat pada muaranya vena terletak di ventral arteri. Bulbus inferior terletak diantara caput sternalis dan caput clavicularis m.sternocleidomastoideus.
TOPOGRAFI : di sebelah ventral v.jugularis interna terdapat glandula parotis, processus styloideus, ujung terminal a.carotis interna, nervus accesorius, a.auricularis posterior dan a.occipitalis.
Di sebelah dorsal terletak m.rectus capitis lateralis, proc.transversus atlantis, m.levator scapulae dan nervus hypoglossus sesaat ketika meninggalkan canalis nervi hypoglossi.
Di sebelah medial berjalan a.carotis communis dan nervus vagus berada di sebelah medio-dorsal.
Ketika vena jugularis interna berada di sebelah caudal m.omohyoedeus, maka di sebelah ventralnya terdapat m.infrahyoideus, v.jugularis anterior dan caput sternalis m.sternocleidomastoideus; di sebelah posteriornya terdapat m.scalenus madius dan scalenus anterior, n.phrenicus, truncus thyreocervicalis, bagian pertama a.subclavia dan di sebelah kiri ductus thoracicus. Di sini vena berada di sebelah ventral dari arteri, dan N.X. tetap berada di dorso-medial.
Menerima aliran darah dari v.facialis communis, vv.pharyngeales, vv.linguales dan v.thyreoidea superior.
SINUS CAROTICUS adalah suatu barocereptor, dipersarafi oleh cabang dari N.IX dan N.X. Stimulus dari sinus caroticus menimbulkan reflex yang mengurangi denyut jantung dan penurunan tekanan darah. ( Istilah carotid berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ tidur yang nyenyak ”).
Carotid Body adalah suatu struktur neurovascular yang kecil, berada dekat pada bifurcatior a.carotis communis, di sebelah proximal dari sinus caroticus. Mendapat persarafan dari cabang n.glossopharyngeus. sensitif terhadap perubahan oksigen dan karbon dioksida dalam darah. Stimulus dari struktur ini dapat menimbulkan reflex yang meningkatkan tekanan darah, denyut jantung dan irama respirasi.
7. SERABUT SARAF
7.1. Ramus ventralis n.spinalis segmen Cervical
Ramus ventralis n.spinalis C.1 – 4 membentuk plexus cervicalis, sedangkan C.5 – 8 (+ Th.1) membentuk plexus brachialis. Plexus cervicalis terletak di sebelah ventral m.levator scapulae dan m.scalenus medius, ditutupi oleh v.jugularis interna dan m.sternocleidomastoideus.
Cabang-cabang dari plexus ini mempersarafi kulit pada daerah kepala bagian dorsal, leher, bahu, otot-otot leher dan diaphragma. Kulit yang dipersarafi tersebut berada diantara wilayah N.V, dan n.spin.Th.2.
Pada pertengahan tepi dorsal m.sternocleidomastoideus rami cutensi menampakkan diri (= “punctum nervosum”) dan terdiri dari : (7.1.1.)
7.1.1.1. N.Occipitalis minor (C.2) yang berjalan ascendens mengikuti tepi dorsal m.sternocleidomastoideus menuju kulit kepala bagian dorsal.
7.1.1.2. N.auricularis magnus (C.2, - 3) yang berjalan vertikal menyilang m.sternocleidomastoideus di sebelah superficialis, berada di sebelah profunda platysma myoides bersama-sama dengan v.jugularis externa. Dekat pada glandula parotis saraf ini membentuk ramus anterior, yang mensuplai kulit didaerah kelenjar parotis, dan ramus posterior yang mensuplai kulit di dorsal telinga dan pada proc.mastoideus.
7.1.1.3. N.Cutaneus colli anterior (C.2 – 3) yang setelah keluar dari punctum nervosum segera berjalan transversal menyilang m.sternocleidomastoideus di sebelah superficial dan berada di bagian profunda v.jugularis externa, mensuplai kulit diantara mandibula dan sternum.
7.1.1.4. Nn.supraclaviculares (C.3 – 4) yang terbagi menjadi nn.supraclaviculares anteriores yang brjalan turun mengikuti tepi dorsal m.sternocleidomastoideus menuju clavicula, membelok ke ventral dan menembusi platysma myoides, nn.supraclaviculares posteriores yang berjalan sejajar dengan n.accessorius dan berada di sebelah caudalnya, menyilang m.trapezius di sebelah superficial. Daerah innervasinya adalah sejauh costa 2.
7.1.2. Ansa cervicalis (= ansa hypoglossi) dibentuk oleh radix superior yang terdiri atas ramus descendens nervi hypoglossi bersama dengan n.spinalis C.1. dan radix inferior yang terdiri atas n.spinalis C.2 – 3. Terletak dekat tendo perantara m.omohyoideus, di sebelah lateral (kadang-kadang di sebelah medial) v.jugularis interna berrada di bagian superficial carotid sheath. Melayani otot-otot infrahyoideus, kecuali m.thyrohyoideus dan m.geniohyoideus.
7.1.3. N.phrenicus (C 3 – 4 – 5)
Terutama berasal dari segmen cervical 4. Merupakan saraf yang terpenting dari plexus cervicalis mengingat bahwa saraf ini bersifat motoris dan sensibel untuk diaphragma thoracis. Berjalan vertikal di sebelah superficialis m.scalenus medius, berjalan dari lateral ke medial, berada di sebelah superficial a.subclavia, di sebelah dorsal carotid sheath dan v.subclavia. suatu cabang ari n.spin.C.5 seringkali dengan perantaraan n.subclavius bergabung dengan n.phrenicus ketika berada di sebelah dorsal costa 1. Saraf inilah yang dinamakan n.phrenicus accesorius.
7.2. Ramus dorsalis n.spinalis segmen Cervicalis
Sifat umum dari ramus dorsalis n.spinalis adalah ia tidak melayani otot-otot pada extremitas dan tidak membentuk plexus. Setiap ramus dorsalis terbagi dua membentuk ramus medialis dan ramus lateralis, kecuali n.spin.C.1. ramus medialis dan ramus lateralis bersifat motoris dan salah satu dari kedua ramus dapat membawa komponen sensibel (dari kulit), kecuali nervus spinalis C.1, C.6 – 8 (di sebelah cranialis dari segmen midthoracis ramus medialis menjadi n.cutaneus/sensibel dan pada segmen di sebelah caudalnya ramus lateralisnya yang menjadi n.cutaneus/sensibel).
N.spinalis C.1 dan C.2 mempunyai kedudukan topografi yang khas sehubungan dengan bentuk processus articularis articulatio atlanto-occipitalis dan articulatio atlanto-axialis.
7.2.1. N.sub occipitalis
Adalah ramus dorsalis n.spin.C.1 yang berjalan melalui trigonum sub occipitale dan bersifat motoris untuk m.rectus capitis posterior major et minor dan m.obliquus capitis superior et inferior; saraf ini tidak mempunyai ramus cutaneus.
7.2.2. Ramus dorsalis n.spinalis C.2
Berjalan mel;ingkari tepi caudal m.obliquus capitis inferior dan mengirim ramus medialisnya, sebagai n.occipitalis major, menyilang trigonum sub occipitalie dan melalui m.semispinalis capitis serta m.trapezius menuju ke puncak kepala. Ramus lateralisnya bersifat motoris.
7.2.3. N.occipitalis tertius
Yang dibentuk oleh r.dorsalis n.spinalis C.3 melayani kulit di daerah yang sempit pada bagian belakang kepala dekat linea mediana. Adapun ramus medialis dari segmen cervicalis lainnya berjalan ke arah medial dan berada di antara m.semispinalis capitis dan m.semispinalis cervicis.
7.3. Nn.craniales
7.3.1. N.glossopharyngeus (N.IX)
Meninggalkan cavum cranii melalui foramen jugularis pars nervosa bersama-sama dengan N.X dan N.XI, dan terletak paling anterior; berjalan turun di sebelah medial dari processus styloideus diantara v.jugularis interna dan a.carotis externa sampai pada tepi posterior m.stylopharyngeus, lalu melanjutkan diri pada permukaan superficial otot ini ke arah ventral diantara a.carotis interna dan a.carotos externa, berada diantara m.constictor pharyngeus superior dan m.constrictor pharyngeus medius, membentuk plexus pharyngeus pada m.constrictor pharyngeus medius. Plexus pharyngeus dibentuk juga oleh serabut-serabut dari nervus vagus (terutama) dan dari trundus sympathicus.
Saraf ini mempunyai ganglion superior, bentuknya kecil dan merupakan cell body dari serabut-serabut somato afferent, dan ganglion inferior yang bentuknya besar dan adalah cell body dari serabut-serabut viscero afferent. Memberi percabangan sebagai berikut : n.tympanicus, r.pharyngealis, r.tonsillaris, r.lingualis, r.muscularis untuk m.stylopharyngeus dan cabang-cabang yang mensuplai sinus caroticus serta carotid body (sensibel).
7.3.2. N.vagus (N.X)
Dalam bahasa latin vagus berarti mengembara. Setelah meninggalkan foramen jugulare pars nervosa saraf ini berjalan turun di dalam carotid sheath, berada di bagian dorsal dari v.jugularis interna dan a.carotis interna (di antara v.jugularis interna dan a.carotis interna).
Di bagian caudal leher N.vagus dexter berjalan di sebelah ventral a.subclavia sinistra untuk selanjutnya masuk ke dalam mediastinum superior.
Pada regio colli N.vagus mempercabangkan r.meningealis, r.auricularis, r.phatyngealis, n.laryngeus superior, r.cardicus superior et inferior, n.recurrens dan cabang untuk sinus caroticus dan carotid body. Ramus cardiacus superior et inferior dexter berjalan turun di sebelah dorsal a.subclavia dextra menuju ke plexus cardiacus profundus. Pada sisi kiri ramus cardiacus superior berjalan sepanjang trachea menuju ke plexus cardiacus profundus, ramus cardiacus inferior menyilang arcus aortae menuju ke plexus cardiacus superficialis. Mempunyai ganglion superior (= ganglion jugulare) dan ganglion inferior (= ganglion nodosum).
7.3.3. N.accesorius (N.XI
Disebut acessoria oleh karena membantu N.X dan ada anggapan bahwa radix cranialis dari N.XI adalah bagian dari N.X.
Pada umumnya dikatakan bahwa radix cranialis dan radix spinalis adalah bagian dari nervus acessorius; radix cranialis berasal dari medulla oblongata dan radix spinalis berasal dari medulla spinalis segmen cervical 1 – 6.
Radix spinalis berjalan ascendens melalui foramen occipitalis magnum masuk ke dalam cavum cranii, lalu bergabung dengan radix cranialis dan keluar bersama-sama dari cavum cranii melalui foramen jugulare pars nervosum.
Selanjutnya radix cranialis bergabung dengan nervus vagus dan melayani palatum molle, pharynx, larynx. Radix spinalis memisahkan diri dari radix cranialis dan disebut n.accessorius spinalis.
Saraf ini berjalan di sebelah anterior v.jugularis interna, di sebelah profunda venter posterior m.digastricus dan mencapai permukaan profunda m.sternocleidomastoideus, memberi ramus muscularis kepada otot ini, selanjutnya menyilang tepi posterior m.sternocleidomastoideus di sebelah cranialis punctum nervosum. Melanjutkan diri ke arah caudo-dorsal pada trigonum colli posterior dan mencapai tepi anterior m.trapezius kira-kira 5 cm di cranialis dari clavicula, berjalan di bagian profunda m.trapezius, bersifat motoris untuk otot ini.
7.3.4. N.hypoglossus (= N.XII)
Mensuplai otot-otot yang berasal dari myotome occipitalis, seperti otot-otot intrinsic dan extrinsic lingua, kecuali m.palatoglossus. Saraf ini meninggalkan cavum cranii melalui canalis nervi hypoglossi dan berada di dorsalis dari N.XI, X dan XI. Berjalan ke ventro-lateral melingkari nervus vagus, lalu turun dan berada di sebelah dorsal a.carotis interna, di sebelah ventral v.jugularis interna.
Selanjutnya berjalan di sebelah superficial a.carotis interna dan a.carotis externa, di sebelah profunda venter posterior m.digastricus di bagian cranialis dan kemudian masuk kembali ke dalam trigonum digastricum.
7.4. Truncus Sympathicus
Adalah lanjutan dari truncus sympathicus pada regio thoracalis, yang berada di sebelah dorsal a.carotis communis dan a.carotis internus, di luar dari carotid sheath. Berjalan di sebelah medial dari nervus vagus. Mempunyai 3 pasang ganglia, yaitu ganglion cervicale superius, ganglion cervicale medium dan ganglion cervicale inferius.
Masuk ke dalam cavum cranii sebagai n.caroticus internus bersama-sama dengan a.carotis interna.
Serabut-serabut preganglionic dari ganglion cervicale ini berasal dari segmen thoracal 1 dan 2.
Ganglion cervicale superius mempunyai ukuran 2,5 – 3 cm, terletak setinggi vertebra cervicalis 1 – 2, mempercabangkan :
• ramus communicans griceus yang menuju ke n.spinalis C.1 – 4, N.X dan N.XII
• n.cardiacus cervicalis superior
• cabang yang menuju ke a.carotis dan percabangannya.
Ganglion cervicale medium berbentuk kecil dan terlaetak setinggi vertebra cervicalis 6 dekat pada a.thyreoidea inferior, mempercabangkan :
• ramus communicans griceus yang menuju ke n.spinalis C. 5 – 6
• nervus cardiacus cervicale medius
• cabang ke gld.thyreoidea yang berjalan bersama-sama dengan a.thyreoidea inferior.
Ganglion cervicale inferius terletak setinggi vertebra cervicalis 7, banyak kali bergabung dengan ganglion paravertebrale thoracalis 1 membentuk ganglion stellatum dengan ukuran kira-kira 0,5 – 1 cm. Dari ganglion ini dipercabangkan :
• ramus communicans griceus yang menuju ke n.spinalis C. 7 – 8
• n.cardiacus cervicalis inferior
• cabang ke a.subclavia
• cabang yang menghubungkan ganglion cervicale inferius dengan ganglion cervicale medium, dan berada di sebelah ventral a.subclavia membentuk ansa subclavia Vieussenii.
B. F A C I E S
1. OTOT MIMIK
Secara embryologis otot-otot ini berasal dari jaringan mesodermal arcus brachialis ke II dan dipersarafi oleh nervus facialis.
Secara morfologis merupakan bagian dari panniculus carnosus yang berbentuk khusus; yang terpenting dari panniculus carnosus adalah perlekatannya pada kulit sehingga menimbulkan lipatan-lipatan kulit pada dahi dan leher.
Secara fungsional otot-otot ini membentuk kelompok (group) disekitar lubang-lubang yang terdapat pada wajah, seperti mata, hidung dan mulut.
Ada yang membentuk sphincter dan ada yang membentuk dilator. Peranan otot-otot ini adalah mengontrol lubang-lubang tersebut tadi dan ekspresi pada wajah adalah manifestasi dari emosi/perasaan. Salah satu dari otot-otot ini, yaitu m.buccinator, berperan pula sebagai otot mastikasi.
1.1. Otot palpebra
Meliputi serabut-serabut otot yang berbentuk sphincter, yang disebut m.orbicularis oculi, dan otot yang berfungsi dilator yang terdiri atas m.levator palpebrae superior dan m.occipitofrontalis.
1.1.1. M.orbicularis oculi
Terdiri atas pars orbitalis yang tebal, pars palpebralis yang tipiis dan pars lacrimalis. Pars orbitalis berasal dari ligamentum palpebrale mediale. Serabut-serabutnya melingkar dan kembali mengadakan insersi pada tempat origonya. Pars palpebralis berasal dari (origo) ligamentum palpebrale mediale dan mengadakan insertio pada raphe palpebrale laterale. pArs orbitalis dan pars palpebralis berkontraksi secara bersama-sama menutup mata dengan ketat, keadaan ini dapat dipakai untuk membedakan kelumpuhan n.facialis yang upper motor neuron dari pada yang lower motor neuron. Pars palpebralis yang berkontraksi sendiri menyebabkan palpebra menutupi mata dengan lemah. Kontraksi pars orbitalis menyebabkan palpebrasuperior turun, seperti pada waktu mengedipkan palpebra. Pars lacrimalis berasal dari tepi posterior sulcus lacrimalis, berjalan di sebelah dorsal saccus lacrimalis dan berinsersi pada raphe palpebrale laterale.
1.1.2. M.levator palpebrae superioris
Berfungsi mengangkat palpebra superior. Otot ini dibicarakan bersama-sama dengan otot-otot lainnya.
1.1.3. M.occipitofrontalis
Merupakan lapisan otot pada permukaan cranium yang terdiri atas venter occipitalis, berasal dari sisi lateral linea nuchae suprema, dan venter frontalis, yang berasal dari kulit di cranialis margo supra orbitalis.
Di antara kedua venter ini terdapat suatu aponeurose epicranialis (= galea aponeurotica) yang menghubungkan kedua venter itu satu sama lain. Ke arah lateral aponeurose ini melekat pada linea temporalis superior dan melanjutkan diri pada fascia temporalis, yang menutupi m.temporalis. pars frontalis melanjutkan diri menjadi m.procerus. Otot ini berperan untuk mengangkat alis mata dan membentuk lipatan-lipatan dahi sebagai dari ekspresi wajah.
Di sebelah profunda m.occipitofrontalis terdapat jaringan ikat longgar dan ini merupakan area berbahaya (dangerous area) dari “kepala”, oleh karena ditempat ini dapat tertimbun darah atau pus tanpa memberi gejala sakit (innervasi yang kurang). Selain daripada itu vena-vena disini berkomunikasi dengan vena emisari yang bermuara ke dalam sinus venosus. Sehingga setiap infeksi di daerah ini dapat menyebar ke dalam cavum cranii.
Lapisan cutis, m.occipitofrontalis dan jaringan ikat longgar tersebut taddi membentuk suatu kesatuan yang dapat bergerak bersama-sama, dan berada di sebelah luar pericranium; pada suatu kecelakaan (di pabrik misalnya) rambut dan seluruh lapisan-lapisan tadi dapat tercabik.
Pericranium adalah periosteum (tabula externa) yang mempunyai hubungan dengan tabula interna dengan perantaraan jaringan ikat pada sutura.
1.1.4. M.corrugator supercilii
Berasal dari ujung medial arcus superciliaris, berjalan ke arah cranio-lateral dan mengadakan insersi pada kulit di atas alis mata. Kontraksi otot ini menimbulkan lipatan kulit yang vertikal pada pangkal hidung (mengerutkan dahi).
1.2. Otot hidung
Yang ada kaitannya dengan ekspresi wajah adalah m.procarus, yang mengadakan origo pada os nasale dan cartilago nasalis dan berinsersi pada m.occipitofrontalis. kontruksi otot ini menyebabkan terbentuknya lipatan kulit yang transversal pada pangkal hidung.
1.3. Otot-otot bibir dan pipi
1.3.1. M.orbicularis oris
Terdiri atas pars extrinsic dan pars intrinsic. Pars extrinsic atau pars superficialis dibentuk oleh serabut-serabut otot yang berasal dari m.levator labil superioris alaeque nasi, m.levator labii superioris, m.zygomaticus minor et major, m.risorius, platysma myoides, m..depressor anguli oris dan m.depsressos labii inferioris. Pars intrinsic terdiri atas serabut-serabut yang berjalan oblique di antara kulit dan membrana mucosa.
1.3.2. M.buccinator (Latin, bucina = terompet)
Berorigo pada maxilla dan mandibula (berhadapan dengan gigi molar) dan pada raphe pterygomandibulare, yang terbentang dari hamulus pterygoideus sampai pada tepi dorsal mylohyoidea mandibulae.
Serabut-serabut otot ini di bagian cranialis dan caudalis melanjutkan diri ke dalam labium majus dan labium inferius, sedangkan serabut-serabut di bagian medial mengadakan persilangan membentuk modiolus, yaitu suatu penebalan yang dapat di raba pada sudut laterale mulut. Berperan dalam mengisap, meniup, bersiul dan membersihkan makanan dari vestibulum oris selama proses mastikasi berlangsung.
Pada kelumpuhan n.facialis maka makanan akan tertimbun pada vestibulum oris.
1.3.3. Otot-otot yang bekerja pada labium superius
1.3.3.1. M.levator labii superioris alaeque nasi (= m.quadratus labii superioris caput angulare) yang mengadakan origo pada processus frontalis ossis maxillae, berinsersi pada cartilago alare dan lapisan superficial m.orbicularis oris dan juga pada kulit. Berperan membuka nares dan mengangkat labium superius.
1.3.3.2. M.levator labii superioris (= m.quadratus labii superioris caput infraorbitale ) yang berorigo pada margo infraorbitalis di sebelah cranialis foramen infraorbitale, mengadakan insersi pada lapisan superficial m.obcularis oris dan pada kulit. Berfungsi mengangkat labium superius.
1.3.3.3. M.zygomaticus minir (= m.quadratus labii superioris caput zygomaticum) berasal dari sutura zygomatico-maxillare.
1.3.3.4. M.zygomaticus-major (= m.zygomaticus) berasal dari os zygomaticum. Kedua otot tersebut terakhir ini berjalan menuju ke modiolus dan berinsersi pada m.orbicularis oris lapisan superficialis.
1.3.3.5. M.levator anguli oris (= m.caninus) berasal dari fossa canina, berada di bagian profunda dari m.levator labii superioris, menuju ke modiolus untuk mengadakan insersi pada m.orbicularis oris lapisan superficialis. Otot ini membentuk sulcus nasolabialis yang akan menghilang pada suatu facialis parese.
1.3.4. Otot-otot yang bekerja pada labium inferius
1.3.4.1. M.depressor anguli oris (= m.triangularis) berasal dari linea oblique mandibulae, terletak superficial, menuju ke modiolus dan mengadakan perlekatan pada m.levator anguli oris.
1.3.4.2. M.depressor labii inferioris (= m.quadratus labii inferioris) berbentuk segiempat, berasal dari linea obliqua mandibulae (bagian medial), terletak profunda dan mengadakan insersi pada m.orbicularis oris dekat pada linea mediana.
1.3.4.3. M.risorius adalah bagian dari platysma myoides (melekat pada fascia parotis) yang mengadakan perlekatan pada kulit di sudut mulut. Otot ini dapat menarik sudut mulut ke arah cranio-lateral sehingga memberi bentuk yang khas pada wajah, yaitu risus sardonicus pada penderita tetanus.
1.3.4.4. M.mentalis berasal dari mandibula di sebelah caudal dari gigi incisivus, berjalan ke caudal melalui m.depressor labii inferioris, mengadakan insersio pada kulit dagu; dapat menarik kulit dagu ke atas.
2. M A N D I B U L A
2.1. Articulatio tempora-mandibularis
Adalah suatu persendiaan yang merupakan kombinasi antara hinge joint dan plane joint. Dibentuk oleh pars anterior fossa mandibularis dan processus condyloideus (capitulum mandibulae) mandibulae. Capsula articularisnya longgar dan lemah, melekat pada bagian anterior, medial dan posteior. Di sebelah lateral diperkuat oleh ligamentum temporomandibulare, ligamentum ini melekat di bagian cranialis pada tuberculum articulare dan di bagian caudalis melekat pada processus condyloideus dan pada permukaan postero-lateral collum medibulae. Arah dari ligamentum ini adalah dari cranial menuju ke postero-caudal. Pada persendian ini terdapat suatu discus articularis yang membagi cavum articulare menjadi dua bagian.
Permukaan superior dari discus berbentuk concave-concave dengan arah antero-posterior, yang adalah sesuai dengan bentuk permukaan eminentia articularis (tuberculum articulare) yang berbentuk convex dan permukaan fossa mandibularis yang berbentuk concave. Sebaliknya permukaan inferior dari discus berbentuk concave dan ini sesuai dengan permukaan processus condyloideus mandibulae (capitulum mandibulae). Discus articularis mengadakan perlekatan pada capsularis dan sebagian dari serabut-serabut m.pterygoideus lateralis melekat pada tepi anterior dari discus.
Ligamentum accesorius yang terdapat di sini adalah :
• ligamentum sphenomandibulare yang meluas mulai dari spina sphenoidalis sampai kepada lingua dan tepi inferior foramen mandibulare
• ligamentum stylomandibulare yang melekat pada tepi lateral processus styloideus dan menuju ke tepi dorsalis ramus mandibulae di cranialis dari angulus mandibulae
• raphe pterygomandibulare yang meluas mulai dari hamulus pterygoideus sampai ke ujung posterior linea mylohyoidea.
2.2. Otot-otot mastikasi
Otot-otot mastikasi (= pengunyah) terletak pada regio temporalis dan pada regio infratemporalis, terdiri atas m.temporalis, m.masseter, m.ptrygoideus lateralis et medialis. Otot-otot ini mempunyai insersi pada mandibula dan mampu menggerakannya. Berasal dari arcus branchialis pertama dan dipersarafi oleh n.mandibularis. M.temporalis dan m.masseter mempunyai asal yang sama, sehingga seringkali sukar dipisahkan antara bagian profunda m.masseter daripada bagian superficialis m.temporalis.
2.2.1. M.temporalis
Melekat pada fossa temporalis di sebelah caudal linea temporalis inferior. Serabut-serabut otot di bagian anterior berjalan vertikal, sedangkan serabut-serabut di bagian posterior berjalan horizontal ke ventral menuju ke tempat insersinya pada processus coronoideus. Fascia temporalis yang menutupi otot ini melekat pada linea temporalis superior dan di sebelah caudal melekat pada arcus zygomaticus.
Peranan : serabut-serabutt anterior mengangkat (elevate) mandibula, sedangkan serabut-serabut posterior menarik mandibula (retract).
2.2.2. M.masseter
Melekat mulai dari tepi caudal dan permukaan medial arcus zygomaticus dan mengadakan insersi pada permukaan lateral ramus mandibulae dan processus coronoideus. Sebagian besar daripada serabut-serabut otot ini berjalan ke arah caudo-dorsal. Terletak superficial dan di bagian dorsal ditutupi oleh kelenjar parotis. Ductus parotideus (stononis) berjalan ke anterior di sebelah superficial dari otot ini dan membelok ke medial ketika tiba pada tepi anterior m.masseter. di antara otot ini dan m.buccinator yang berada di sebelah profundanya terdapat jaringan lemak (buccinator pad of fat) yang terdapat di sebelah ventral ramus mandibulae.
Peranan : mengangkat dan mendorong mandibulae (protract).
2.2.3. M.pterygoideus lateralis (= m.pterygoideus externus)
Mempunyai dua buah caput, yaitu caput superior yang melekat pada fossa infratemporalis, dan caput inferior yang mengadakan perlekatan pada facies lateralis lamina lateralis processus pterygoidei. Insersi dari otot ini berada pada fovea pterygoidea collum mandibulae, pada capsula articularis dan pada discus articularis dari articulatio mandibularis. Pada kontraksi otot ini dapat terjadi gerakan protraksi (gerakan ke depan) dari mandibula dimana discus articularis turut terrtarik bersamanya. Di sebelah superficial terdapat ramus mandibulae, m.masseter dan m.temporalis.
Di sebelah profunda dari otot ini berjalan n.lingualis dan n.alveolaris inferior, m.pterygoideus medialis, a.maxillaris dan ligamentum sphenomandibulare.
2.2.4. M.pterygoideus medialis (= m.pterygoideus internus)
Mempunyai dua buah caput, yaitu caput profundus yang melekat pada permukaan medial lamina processus pterygoidei dan caput superficialis yang melekat pada processus pyramidalis ossis palatini, megadakan insersi pada permukaan medial angulus mandibulae. Serabut-serabutnya berjalan ke caudo-postero-lateral. Di antara kedua caput tersebut terdapat caput inferior dari m.pterygoideus lateralis.
Peranannya adalah mengangkat dan protraksi mandibula serta menggerakkan mandibula ke arah sisi yang berlawanan. Kedua mm.pterygoidei berperan dalam gerakan “side to side” dan mandibula dan menutup mulut. M.temporalis dan m.masseter berperan dalam menutup mulut. Serabut-serabut bagian posterior m.temporalis menarik mandibula (retract) setelah m.pterygoideus lateralis melakukan gerakan protraksi.
2.3. Gerakan mandibula
Articulatio temporamandibukaris sinister et dexter bekerja sebagai satu kesatuan. Pada setiap sendi dapat terjadi dua jenis gerakan.
Articulatio ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian superior dan bagian inferior. Gerakan yang terjadi pada bagian superior articulus adalah gerakan menggelincir (glinding) dimana discus articularis bersama dengan processus condyloideus mandibulae bergerak terhadap fossa mandibularis, disini terjadi gerakan protraksi dan retraksi.
Pada bagian inferior dari articulus dimana processus condyloideus mandibulae bergerak terhadap discus articularis bersama dengan fossa mandibularis sebagai satu kesatuan dapat menghasilkan gerakan membuka mulut (hinge movement).
Dalam keadaan istirahat terdapat jarak beberapa milimeter antara gigi pada rahang atas dan rahang bawah. Bilamana akan mengunyah maka mandibula diangkat, mula-mula oleh m.masseter lalu diikuti oleh serabut-serabut vertikal m.temporalis dan m.pterygoideus medialis.
Gerakan selanjutnya yang merupakan rangkaian gerakan mengunyah adalah gerakan mandibula ke samping, protraksi, gerakan kesamping pada sisi yang lain, retraksi, gerakan mandibula ke caudal (depression), lalu diikuti rangkaian gerakan seperti semula lagi, dan seterusnya.
Jadi gerakan elevasi mandibula dilakukan oleh m.masseter, serabut-serabut vertikalis m.temporalis dan kedua mm.pterygoidei.
Gerakan protraksi dilakukan oleh m.pterygoideus lateralis, serabut-serabut superficial m.masseter dan m.pterygoideus medialis.
Gerakan retraksi dihasilkan oleh serabut-serabut horizontalis m.temporalis dan serabut-serabut profunda m.masseter.
Gerakan depressi biasanya disebabkan oleh gaya gravitasi dan relaksasi dari otot-otot elevator, dan kontraksi aktif dari m.ptrygoideus lateralis, platysma myoides, venter anterior m.digastricus serta m.geniohyoideus.
Selama gerakan mengunyah berlangsung maka posisi lingua menempatkan makanan tetap berada di dalam mulut dan dibantu oleh m. buccinator.
Otot-otot suprahyoideus dapat bertindak sebagai depresor hanya apabila oshyoideum difiksasi oleh kontraksi tonis daripada otot-otot infrahyoideus.
Serabut saraf proprioceptive afferent dari kedua persendian ini berpusat pada nucles mesencephalicus nervi trigemeni, yang merupakan bagian dari suatu arcus reflex yang mencegah daya menggigit yang terlampau kuat yang dapat merusakkan gigi. Jadi mengatup mulut (elevasi mandibula) dengan kuat akan menimbulkan reflex kontraksi m.digastricus dan m.mylohyoideus dengan disertai relaksasi otot-otot elevator.
3. P E M B U L U H D A R A H
3.1. A.temporalis superficialis, adalah salah satu cabang terminal dari a.carotis externa, melayani sisi lateral “kepala” berjalan ascendens menuju vertex dan ber anastomose dengan arteri dari pihak sebelah.
Mempercabangkan ramus anterior dan ramus posterior. Ramus anterior mengadakan komunikasi dengan a.supraorbitalis dan a.supratroclearis, yang merupakan cabang-cabang dari a.ophthalmica (yang adalah cabang dari a.carotis interna). Ramus posterior beranastomose dengan a.auricularis posterior.
3.2. A.occipitalis, berjalan mengikuti tepi caudal venter posterior m.digastricus untuk mencapai bagian medial processus mastoideus. Berjalan bersama-sama dengan n.occipitalis major. Merupakan cabang dari a.carotis ext.
Daerah “kepala” sangat kaya akan pembuluh darah, oleh karena anastomose antara percabangan-percabangan dari a.carotis interna dan a.carotis externa, sehingga pada setiap luka memberi banyak perdarahan, tetapi sebaliknya cepat menjadi sembuh. Pada bagian tengah dari vertex peredaran darah sangat kurang dan disini merupakan awak dari kerontokan rambut (botak).
3.3. A.facialis, berjalan ke arah ventro-cranial pada dinding pharynx, melewati bagian dorsal glandula submandibularis dan keluar dari tepi anteriornya di bagian caudal mandibula, selanjutnya naik menuju ke wajah mengikuti tepi anterior m.masseter. mempercabangkan a.palatina ascendens, ramus tonsillaris, ramus glandularis dan a.submentalis.
4. S E R A B U T S A R A F
4.1. Innervasi sensibel, dari facies tergantung dari perkembangannya. Wajah berkembang dari 3 primordia, yaitu processus frontonasalis, processus maxillaris dan processus mandibularis. Processus frontonasalis membentuk regio frontalis dan regio nasalis. Processus maxillaris dan processus mandibularis (arcus branchialis I) membentuk regio maxillaris dan regio mandibula. Masing-masing processus tersebut mempunyai innervasinya sendiri. Processus frontalis mendapat suplai dari n.ophthalmicus.
N.maxillaris mempersarafi darah maxilla dan n.mandibularis mensuplai regio mandibularis. Ketiga saraf tersebut merupakan cabang dari N.V. dan membagi wajah menjadi tiga daerah innervasi sensibel, kecuali suatu daerah kecil pada angulus mandibulae yang diinnervasi oleh n.auricularis magnus.
4.1.1. Ramus palpebralis adalah cabang dari n.lacrimalis (n.ophthalmicus) yang mempersarafi palpebra superior bagian lateral.
4.1.2. N.infratrochlearis mempersarafi hidung bagian cranialis, saccus lacrimalis dan caruncula lacrimalis.
4.1.3. N.nasalis externus mempersarafi hidung bagian caudalis. Kedua saraf terakhir ini adalah cabang-cabang terminal dari ramus nasociliaris yang dipercabangkan oleh n.ophthalmicus.
4.1.4. N.infraorbitalis sebagai lanjutan dari n.maxillaris, keluar dari tepi caudal palpebra inferior dan melayani kulit palpebra inferior, hidung bagian caudalis, labium superius dan pipi melalui r.palpebralis, r.nasalis dan r.labialis.
4.1.5. N.zygomaticofacialis dan n.zygomaticotemporalis adalah cabang-cabang dari n.zygomaticus yang dipercabangkan oleh n.maxillaris. melayani kulit di daerah zygoma.
4.1.6. N.buccalis melayani kulit dan mucosa dari pipi, gingiva pada gigi premolar dan molar I beserta alveolusnya.
4.1.7. N.mentalis adalah cabang dari n.alveolaris inferior yang melayani kulit pada labium inferius dan dagu serta mucosa dan alveolus bersangkutan. N.buccalis dan n.alveolaris inferior adalah cabang dari nervus mandibularis.
4.1.8. N.auricularis magnus merupakan cabang dari plexus cervicalis.
4.2. Innervasi motoris
N.facialis meninggalkan cranium melalui foramen stylomastoideum, berjalan dilateral proc.styloideus dan mencapai permukaan posterior gld.parotis.
Saraf ini berjalan menembusi kelenjar parotis, membagi kelenjar ini menjadi lobus superficialis dan lobus profundus. Dekat pada terpi anterior kelenjar parotis saraf ini mempercabangkan cabang-cabang terminalnya.
Di dalam kelenjar parotis terdapat suatu plexus saraf yang disebut pes anserius yang dibentuk oleh cabang-cabang dari n.facialis, n.auricularis magnus, n.occipitalis minor dan n.auriculo temporalis. Percabangan dari n.facialis adalah :
4.2.1. R.auricularis posterior dipercabangkan diluar foramen stylomastoideum dan melayani venter occipitalis m.occipitofrontalis.
4.2.2. R.muscularis untuk v.posterior m.digastricus dan m.stylohyoideus
4.2.3. Cabang-cabang terminal yang berupa ramus temporalis, ramus zygomaticus, ramus buccalis, ramus mandibularis dan ramus cervicalis.
4.2.3.1. R.temporalis jalan ascendens melewati arcus zygomaticus, di ventralis dari n.auriculotemporalis, melayani venter frontalis m.occipitofrontalis, m.orbicularis oculi dan m.crrugator supercilii.
4.2.3.2. R.zygomaticus berjalan di caudalis dari zygoma, di cranialis dari ductus parotideus, dan melayani m.orbicularis oculi.
4.2.3.3. R.buccalis berjalan ke ventral di sebelah caudalis dari ductus parotideus, melayani otot-otot pada labium superius, m.levator anguli, m.buccinator dan m.risorius.
4.2.3.4. R.mandibularis setelah meninggalkan kelenjar parotis di bagian caudalis angulus mandibulae, cabang ini berjalan ke ventral melewati ramus mandibulae untuk melayani otot-otot pada labium inferius.
4.2.3.5. R.cervicalis berjalan di sebelah caudalis mandibula dan melayani platysma myoides.
C. TRACTUS RESPIRATORIUS BAGIAN CRANIALIS
1. Cavum nasi
Adalah rongga yang dimulai pada nostrils (apertura nasalis anterior = nares anterior) dan berakhir pada nares posterior (= choanae). Terbagi dua oleh septum nasi yang terletak pada linea mediana.
1.1. Septum nasi
Merupakan dinding medial dari cavum nasi yang dibentuk oleh vomer di bagian posterior-inferior, lamina perpendicularis ossis ethmoidalis di bagian postero-superior dan cartilago septalis yang berada di bagian anterior di antara kedua tulang yang tersebut tadi.
Septum nasi dapat terdorong ke salah satu sisi, dinamakan deviasi septum nasi, sehingga menimbulkan gangguan respirasi.
1.2. Dinding lateral
Permukaan tidak rata dan dibentuk oleh bagian inferior dari lamina cribriformis, yaitu merupakan bagian sentral dari atap cavum nasi, dan dari sini melanjutkan dari ke arah caudo-anterior sampai pada vestibulum nasi dan ke arah caudo-posterior sampai pada naso-pharynx.
Dibentuk oleh processus frontalis ossis maxillae dan os nasale di bagian paling anterior, facies medialis ossis maxillae dan lamina perpendicularis ossis palatini yang berada di bagian dorso-caudal.
Hiatus maxillae terletak pada dinding ini, dan di sebelah cranialisnya dinding lateral cavum nasi berhubungan dengan dinding medial cavum orbita yang dibentuk oleh labyrinthus ethmoidalis dan sebagian dari os lacrimale.
Pada dinding ini terdapat 3 buah penonjolan yang disebut conchae nasales. Concha nasalis superior et media adalah bagian dari os ethmoidale sedangkan concha nasalis inferior adalah suatu tulang tersendiri. Sepertiga bagian cranialis membrana mucosa pada dinding medial dan dinding lateral diperlengkapi oleh membrana mucosa olfactoria, yang berwarna kekuning-kuningan.
Serabut-serabut dari n.olfactorius berjalan naik menembusi lamina cribrosa/cribriformis masuk ke dalam fossa cranii anteior, jalur ini dapat diikuti oleh infeksi sehingga dapat mengakibatkan meningitis atau absces lobus frontalis. (Fractura pada fossa cranii anterior dapat menyebabkan liquar cerebrospinalis mengalir masuk ke dalam cavum nasi, keadaan ini disebut rhinerrhoea cerebrospinalis).
Seluruh permukaan dinding lateral dilapisi oleh jaringan erectil (kaya akan pembuluh darah), yang pada keadaan influenza dapat mengembang/membesar dan menyebabkan hidung terasa tersumbat.
Di sebelah caudal concha nasalis superior terdapat meatus nasi superior, di sebelah caudal concha nasalis media terdapat meatus nasi medius dan meatus nasi inferior berada di sebelah caudalis concha nasalis inferior. Di sebelah cranialis dari concha nasalis superior terdapat recessus sphenoethmoidalis ke dalam mana bermuara sinus sphenoidalis. Cellulae ethmoidalis posteriores bermuara ke dalam meatu nasi superior, dan ductus nasolacrimalis bermuara pada meatus nasi inferior. Sinus paranasalis lainnya brmuara ke dalam meatus nasi medius. Daerah peralihan yang berada diantara vestibulum nasi dan meatus nasi medius disebut atrium meatus medii.
Bilamana concha nasalis diangkat maka akan tampak struktur-struktur lainnya pada dinding lateral; pada daerah meatus nasi medius terdapat bulla ethmoidalis.
Cellulae ethmoidalis medialis bermuara ke dalam meatus nasi medius melalui lobang yang berada di cranialis dari bulla. Di sebelah caudal dari bulla terdapat suatu celah yang berbentuk semi-circular dan dinamakan hiatus semilunaris.
Sebagian cellulae ethmoidalis anterior dan sinus frontalis bermuara ke dalam bagian anterior dari hiatus semilunaris dengan perantaraan ductus frontonasalis.
Saluran utama dari cellulae ethmoidalis anterior bermuara di sebelah dorsalnya dan sinus maxillaris bermuara pada bagian posterior hiatus semilunaris.
Concha nasalis inferior terletak lebih ke dorsal bila dibandingkan dengan kedua concha nasales lainnya, hal mana memberi keuntungan dalam menggunakan tampon untuk mengatasi suatu epistaxis; concha nasalis inerior dapat juga dipakai sebagai patokan ke arah dorsalis untuk menemukan ostium pharyngeum tubae auditivae. Concha nasalis media dapat dipakai sebagai patokan ke arah posterior untuk menemukan foramen sphenopalatinum.
Atap dari cavum nasi dibentuk oleh lamina cribrosa ossis ethmoidalis di bagian anterior dan oleh prmukaan antero-inferior dari corpus ossis sphenoidalis.
Lantai dari cavum nasi dibentuk oleh palatum durum.
Vestibulum nasi adalah lanjutan ke cranialis dari pada nostril, yang bentuknya dapat berubah-ubah sesuai dengan kontraksi otot-otot nasalis.
Dindingnya dilapisi kulit dengan rambut-rambut yang keras dan tegak, yang dinamakan vibrissae. Vibrissae ini bertumbuh ke arah lumen dan berfungsi sebagai saringan udara.
Mucosa pada dinding cavum nasi berfungsi sebagai tempat indera penciuman (n.olfactorius, sepertiga bagian cranialis) dan mucosa di bagian lainnya, yang kaya akan pembuluh darah, berfungsi untuk membasahi udara respirasi (moistening) dan meningkatkan temperatur udara inspirasi (sesuai dengan suhu badan).
1.3. Vascularisasi
1.3.1 Septum Nasi
Mendapat suplai darah dari :
a. ramus sphenopalatinus yang dipercabangkan oleh a.maxillaris
b. ramus ethmoidalis anterior dan ramus ethmoidalis posterior yang dipercabangkan oleh a.ophthalmica.
c. ramus labialis superior yang dipercabangkan oleh a.facialis.
d. ramus ascendens dari a.palatina major
Ke empat arteri tersebut di atas membentuk anastomosis (plexus Kiesselbach), dan terletak di bagian anterior septum nasi, di dalam vestibulum nasi dekat pada atrium dan didekat meatus medius. Pada tempat ini sering terjadi epistaxis (= perdarahan hidung) dan tempat ini disebut area dari Little). Pembuluh-pembuluh vena membentuk jaringan cavernosa, terutama pada concha nasalis inferior dan concha nasalis media, yang berfungsi untuk menghangatkan serta membuat udara inspirasi menjadi lembab. Pembuluh darah vena berjalan mengikuti arterinya.
1.3.1. Dinding lateral cavum nasi
Dinding lateral ini dapat dibagi menjadi 4 kuadran, yaitu :
a. kuadran antero-superior yang mendapat suplai darah dari ramus ethmoidalis anterior ( merupakan cabang dari arteri ophthalmica)
b. kuadran antero-inferior mendapat suplai darah dari a.infraorbitalis; kuadran ini mendapat juga aliran darah dari r.labialis superior (cabang dari a.facialis) dan r.palatinus major (cabang dari a.maxillaris)
c. kuadran postero-superior mendapat suplai darah dari ramus nasalis posterior lateralis (cabang dari a.maxillaris)
d. kuadran postero-inferior yang dilayani oleh cabang-cabang dari a.palatina major dan a.spheno0palatina (cabang dari a.maxillaris).
Aliran darah venous dari bagian anterior dibawa menuju ke vena facialis dan dari bagian posterior dibawa menuju ke plexus venosus pterygoideus dan plexus venosus pharyngeus.
Aliran lymphe dari bagian anterior mengalir menuju ke l.n.submandibularis, sedangkan yang berasal dari bagian posterior mengalir menuju ke l.n.retropharyngealis dan l.n.cervicalis profundus superior.
1.4. Serabut saraf (= innervasi)
Permukaan luar hidung dipersarafi oleh nasociliaris dan n.infraorbitalis. Septum nasi mendapat persarafan dari cabang n.ethmoidalis anterior di bagian antero-superior, dan dari n.sphenopalatinus yang dipercabangkan oleh ganglion pterygopalatinum di bagian postero-inferior.
Dinding lateral dibagi menjadi 4 kuadran, sesuai darah vascularisasinya, dimana kuadran antero-superior dilayani oleh n.ethmoidalis anterior. Kuadran antero-inferior dipersarafi oleh n.dentalis superior anterior, kuadran postero-superior mendapat persarafan dari r.nasalis posterior lateralis yang dipercabangkan oleh ganglion sphenopalatinum, dan kuadran postero-inferior dilayani oleh r.nasalis posterior inferior yang dipercabangkan oleh n.palatinus major.
2. Sinus paranalis
2.1. Sinus frontalis
Berada di dalam os frontale, di sebelah cranialis dari arcus superciliaris dan dipisahkan oleh septum medianus. Kadang-kadang meluas sampai ke dalam atap cavum orbitae. Yang penting disini adalah hubungan antara sinus frontalis dengan lobus frontalis bersama-sama dengan meninx yang meliputinya yang terletak di dalam fossa cranii anterior. Infeksi dari sinus frontalis dapat menyebar dan dapat mengakibatkan cellulitis orbitalis atau absces lobus frontalis.
2.2. Sinus ethmoidalis (= cellulae ethmoidalis)
Terdiri atas rongga-rongga kecil dan dibagi menjadi cellulae ethmoidalis anterior, medialis et posterior.
2.3. Sinus sphenoidalis
Berada di dalam corpus ossis sphenoidalis, dipisahkan satu sama lain oleh septum yang terletak pada linea mediana. Mempunyai hubungan dengan chiasma opticum di sebelah anterior, dengan hypophyse di sebelah posterior dan di sebelah lateral dengan sinus cavernosus (beserta isinya).
2.4. Sinus maxillaris (= antrum of Highmore)
Merupakan sinus yang terbesar dan setiap sinus berada di dalam maxilla, mempunyai bentuk seperti piramid, dan sering meluas sampai ke dalam processus zygomaticus. Basis dari piramid dibentuk oleh sebagian dari dinding lateral cavum nasi. Dinding anterolateral dari piramid dibentuk oleh sebagian dari tulang wajah. Dinding posterior ada;ah permukaan infratemporalis. Atapnya adalah dasar dari cavum orbitae sedangkan lantainya adalah facies alveolaris maxillae dengan akar gigi molar I dan molar II. Dinding medialnya dibentuk oleh dinding lateral cavum nasi dimana padanya terdapat muara sinus maxillaris ke dalam cavum nasi (hiatus semilunaris). Karena letak dari muara ini dekat pada atap sinus maka drainagenya menjadi sulit pada posisi berdiri. Selain itu sinus ini letaknya paling rendah bilamana dibandingkan dengan sinus lainnya, sehingga bahan-bahan infeksi dari sinus-sinus yang lain mudah masuk ke dalam sinus masillaris. Oleh karena itu sinus maxillaris sering mengalami infeksi dan dapat bersifat chronis.
Peranan :
Udara inspirasi dapat melewati sinus paranalis yang membuat udara tersebut menjadi basah dan panas. Selain itu menyebabkan tulang cranium menjadi ringan dan menambah resonansi suara.
Terbentuknya sinus paranalis adalah karena pertumbuhan yang tidak seimbang antara tulang-tulang wajah dan cranium pada usia anak dan dewasa.
2.5. Innervasi
Sinus paranalis dilayani oleh n.opthalmicus dan n.maxillaris. sinus frontalis dipersarafi oleh n.supra-orbitalis, cellulae ethmoidalis anterior diprsarafi oleh n.ethmoidalis anterior, cellulae ethmoidalis posterior dan sinus sphenoidalis mendapat innervasi dari n.ethmoidalis posterior, dan sinus maxillaris dipersarafi oleh nervus alveolaris superior.
3. L A R Y N X
Adalah organ yang dilewati oleh udara respirasi dan mengalami modifikasi untuk dapat menghasilkan suara. Dibentuk oleh cartilago, ligamentum, otot dan membrana mucosa. Terletak di sebelah ventral pharynx, berhadapan dengan vertebra cervicalis 3 – 6.
Berada di sebelah caudalis dari os hyoideum dan lingua dan berhubungan langsung dengan trachea. Di sebelah ventral ditutupi oleh kulit dan fascia, di kiri kanan linea mediana terdapat otot-otot infrahyoideus. Di sebelah posterior terdapat pharynx, yang memisahkannya daripada otot-otot prevertebralis. Posisi larynx dipengaruhi oleh gerakan kepala, deglutitio dan phonasi.
3.1. Cartilago laryngis
Dibentuk oleh 3 buah cartilago yang tunggal, yaitu cartilago thyreoidea, cartilago cricoidea dan cartilago epiglottica, dan 3 pasang cartilago yang terdiri atas cartilago arytenoidea, cartilago corniculata serta cartilago cuneiforme.
3.1.1. Cartilago thyreoidea
Terdiri dari dua lembaran cartilago yang berbentuk segiempat dan bersatu di bagian anterior membentuk suatu sudut, kecuali di bagian cranialis dimana terbentuk celah berbentuk huruf “V” yang dinamakan incisura thyreoidea.
Pada usia dewasa sudut ini bentuknya lebih besar pada wanita dari pada pria (“tanda sex secundair”). Pada pria dewasa tepi incisura thyreoidea sangat menonjol membentuk prominentia laryngealis atau lebih dikenal sebagai “ Adam’s apple ”.
Lembaran cartilago ini tetap terbuka lebar di bagian dorsal dengan tepinya yang membulat dan tebal, membentuk penonjolan ke arah cranialis yang disebut cornu superius dan membentuk cornu inferius yang menonjol ke arah caudalis. Cornu superius panjang dan lancip, cornu inferius pendek dan besar.
Tepi superior lamina thyreoidea sebagian besar berbentuk konveks dan di bagian anterior turun membentuk incisura thyreoidea. Tepi inferior terletak hampir horizontal dan dekat pada titik tengahnya membentuk tuberculum thyreoideum inferius.
Permukaan lateral dari lamina thyreoidea agak datar dan disebelah caudalis dari cornu superius membentuk tuberculum superius; dari tuberculum superius terdapat linea obliqua yang menuju ke tuberculum inferius.
Pada linea obliqua melekat m.sternothyreoideus, m.thyreohyoideus dan m.constrictor pharyngis inferior.
Permukaan medial lamina thyreoidea licin dan agak konkaf, dilapisi oleh membrana mucosa.
3.1.2. Cartilago cricoidea
Berbentuk cincin dan terdiri atas dua bagian, bagian dorsal lebar berbentuk segiempat, disebut lamina cartilaginis cricoidea, dan bagian anterior yang disebut arcus dengan tepi caudalnya letak horizontal dan tepi cranialnya yang terletak oblique.
Lumennya berbentuk bulat. Dihubungkan dengan cincin trachea I oleh ligamentum crico-trachealis. Terletak setinggi vertebra cervicalis ke- 6.
Arcus cartilaginis cricoidea terletak di sbelah caudal dari pars anterior cartilaginis thyreoidea, sedangkan lamina cartilaginis cricoidea berada diantara kedua ujung pars posterior lamina cartilaginis thyreoidea.
3.1.3. Cartilago arytaenoidea
Berbentuk piramid yang terletak pada tepi superior lamina cartilaginis cricoideae. Apex dari cartilago arytaenoidea menghadap ke arah cranio-dorso-medial, disini terletak cartilago corniculata. Basisnya membentuk persendian dengan tepi superior lamina cartilaginis cricoideae. Angulus postero-lateralis dari basis menonjol membentuk processus muscularis. Angulus anterior dari basis menonjol ke arah ventral membentuk processus vocalis.
Facies medialisnya sempit, arahnya vertikal dan mendatar, diliputi membrana mucosa. Facies posterior berbentuk konkaf, tempat melekatnya m.arytaenoideus transversus.
Facies antero-lateral tidak rata dan merupakan tempat melekat dari m.thyreoi-arytaenoideus, otot-otot vocalis dan ligamentum ventriculare.
3.1.4. Cartilago epiglottica
Berbentuk tipis seperti daun, menonjol dan berada di sebelah dorsal dari lingua dan corpus ossis hyoidei. Ujung caudal bentuknya lancip dan dihubungkan oleh ligamentum thyroepiglotticum pada angulus antara lamina cartilaginis thyreoideae di sebelah caudal incisura thyreoidea.
Ujung cranial bentuknya besar, bebas dan menonjol ke cranio-dorsal. Permukaan anterior bagian cranialis bebas dan menghadap ke arah lingua, diliputi oleh membrana mucosa. Seluruh permukaan posterior diliputi oleh membrana mucosa dan sebagian besar permukaan anterior diliputi oleh membrana mucosa dan membentuk sebagian besar permukaan anterior vestibulum laryngis. Pada permukaan posterior ini terdapat tuberculum epiglotticum (kelihatan pada pemeriksaan laryngoscopi).
Epiglottis mendapatkan fiksasi dari :
a. Plica glosso-epiglottica mediana et lateralis; ini adalah suatu membrana mucosa yang menghubungkan radix lingua dengan permukaan anterior epiglottis, yang berada pada linea mediana menonjol membentuk plica glosso-epiglottica mediana dan pada pada kedua sisi lateralnya membentuk plica glosso-epiglottica lateralis yang meluas ke dinding pharynx. Di kiri-kanan plica glosso-epiglottica mediana terdapat cekungan yang disebut vallecula epiglottica.
b. Ligamentum hyo-epiglotticum yang bentuknya pendek dan lebar, melekat di satu pihak pada fascia anterior epiglottis dan dipihak lain melekat pada tepi anterior os hyoideum
c. Ligamentum thyro-epiglotticum yang kuat, elastis dan tebal.
Di antara pars caudalis epiglottis dan ligamentum thyro-hyoideum mediale terbentuk suatu celah berbentuk segitiga yang berisi jaringan lemak (yang lunak) dan di sebelah cranialis ditutupi oleh ligamentum hyo-epiglotticum
Plica ary-epiglottica adalah membrana mucosa yang meluas dari tepi lateral epiglottis menuju ke caudo-dorsal dan melekat pada cartilago arytaenoidea. Plica ini mengandung m.ary-epiglotticus, dan di ujung caudalisnya terdapat cartilago cuneiforme dan cartilago corniculate.
3.1.5. Cartilago corniculata dan cartilago cuneiforme
Cartilago corniculata mempunyai bentuk seperti konus, kecil dan berada pada ujung posterior plica ary-epiglottica, yaitu pada apex cartilago arytaenoidea. Terletak menghadap ke dorso-medial adalah cartilago cuneiforme yang berada pada plica ary-epiglottica, yaitu di sebelah ventral dari cartilago corniculata. Kedua tulang rawan ini membentuk tuberculum corniculatum ( santorini) dan tuberculum cuneiforme (wrisbergi).
Di antara tuberculum coniculatum kiri kanan pada linea mediana terbentuk incisura inter arytaenoidea.
3.2. Persendian
3.2.1. Syndesmosis
Di antara cartilago laryngis dengan os hyoideum dan trachea terdapat ligamentum extrinsic: di antara cartilago laryngis terdapat ligamentum intrinsic.
Ligamentum extrinsic yang dimaksud adalah :
3.2.1.1. Membrana thyrohyoidea
Merupakan lembaran yang besar yang dibagian caudal melekat pada tepi superior lamina cartilaginis thyreoideae, berjalan ke cranial dan berada di sebelah profunda os hyoideum, melekat pada tepi cranialis os hyoideum. Dengan demikian maka cartilago thyreoidea kalau tertarik ke cranialis akan berada di sebelah dorsalis os hyoideum.
Di bagian medial terbentuk suatu penebalan yang disebut ligamentum thyreohyoideum medium. Tepi posterior dari membrana thyreoidea bebas dan menebal membentuk ligamentum hyothyreoideum laterale; sering di dalam ligamentum ini terdapat cartilago triticea.
3.2.1.2. Ligamentum cricotracheale
Menghubungkan tepi inferior cartilago cricoidea dengan cartilago thoracalis I. Yang termasuk ligamentum intrinsic adalah :
3.2.1.3. Conus elasticus
Dahulu disebut membrana cricovocalis, yaitu suatu jaringan fibroelastika yang di sebelah caudal melekat pada tepi atas arcus cartilaginis cricoideae, di sebelah cranial pada linea mediana melekat pada pertemuan kedua lamina cartilaginis thyreoideae (di caudalis incisura thyreoidea) membentuk ligamentum cricothyreoideum (medium); ligamentum ini tebal dan kuat. Tepi superior conus elasticus bebas dan berada di sebelah ventral melekat pada ligamentum cricothyreoideum dan dibagian dorsal melekat pada processus vocalis cartilaginis arytaenoideae membentuk plica vocalis. Plica vocalis terletak menghadap ke arah cranio-medial, diliputi oleh jaringan epitheel, berwarna pucat, dan tampak jelas pada pemeriksaan laryngoscopy. Antara pilca vocalis kiri dan kanan terbentuk suatu celah yang dinamakan rima glottidis, yaitu rima glottidis pars intermembranacea. Antara cartilago arytaenoidea kiri dan kanan terbentuk rima glottidis pars intercartilaginaea.
3.2.1.4. Membrana quadrangularis
Suatu membrana fibro-elastika yang berada di antara cartilago arytaenoidea dan tepi lateral epiglottis. Tepi caudal dari membrana ini bebas dan disebut ligamentum ventriculare yang membentuk plica ventricularis (= false vocal cord), bagian ini melekat pada lamina cartilaginis thyreoidea disebelah anterior dan di sebelah dorsal melekat pada cartilago arytaenoidea, yaitu di antara processus vocalis dan cartilago corniculatum. Tepi cranial dari membrana quadrangularis membentuk plica ary-epiglottica, bentuknya lebih panjang daripada plica ventriculus (= plica vestibularis).
Celah yang berada di antara plica ventricularis disebut rima vestibuli. Kedua plica ary-epoglottica bersama dengan pars cranialis epiglottis yang menonjol bebas ke cranial membentuk aditus laryngis, yang terletak dalam bidang vertikal.
3.2.2. Articulus (synovial joint)
3.2.2.1. Articulus cricothyreoideus
Dibentuk oleh cornu inferius cartilaginis thyreoidea dan facies articularis thyreoidea cartilaginis cricoideae. Gerakan rotasi terjadi terhadap axis transversal, yaitu bilamana cartilago cricoidea yang difiksasi maka yang berputar adalah cartilago thyreoidea dan sebaliknya.
3.2.2.2. Articulatio cricocoarytaenoidea
Dibentuk oleh facies articularis cartilaginis arytaenoideae (berada pada basis) dan facies articularis arytaenoideae cartilaginis cricoideae.
Gerakan rotasi terjadi terhadap axis vertikal, dimana cartilago arytaenoidea berputar ke medial maka processus vocalis bergerak mendekati linea mediana sementara itu processus muscularis bergerak ke ventral ; bilamana cartilago arytaenoidea berputar ke lateral maka processus vpcalis bergerak menjauhi linea mediana (abduksi) dan processus muscularis akan bergerak ke dorsal. Gerakan-gerakan ini mengatur lebarnya rima glottidis.
Posisi cartilago thyreoidea dan cartilago cricoidea serta ketegangan dari ligamentum vocale dipengaruhi oleh kontraksi otot dan keadaan dari membrana hythyreoidea serta canus elasticus.
3.3. Otot-otot larynx
Terdiri atas otot extrinsic dan intrinsic
3.3.1. Otot Extrinsic
Otot-otot ini di salah satu pihak melekat pada larynx dan berfungsi menggerakkan larynx. Karena os hyoideum dihubungkan dengan larynx oleh membrana hyothyreoidea, m.hyothyreoideus dan oleh epiglottis maka otot-otot yang menggerakkan os hyoideum akan menggerakkan juga larynx.
Yang termasuk otot-otot extrinsic adalah m.sternothyreoideus, m.thyrehyoideus, m.stylopharyngeus dan m.constrictor pharyngis inferior. M.sternothyreoideus menarik larynx ke caudal. M.thyreohyoideus mengangkat larynx ke cranial bilamana os hyoideum difiksasi atau menarik os hyoideum turun apabila larynx yang difiksasi.
m.stylopharyngeus mempunyai fungsi utama mengangkat dinding lateral pharynx yang berarti mengangkat pula larynx keatas. Sebaliknya fungsi utama m.palatopharyngeus adalah mengangkat dan memendekkan dinding pharynx sehingga akan menarik larynx ke ventral, yang memungkinkan bolus makanan masuk langsung ke dalam oesophangus selama proses deglutitio berlangsung. M.mylohyoideus, m.geniohyoideus dan m.stylohyoideus berfungsi mengangkat os hyoideus dan secara tidak langsung akan mengangkat larynx dan sebaliknya m.sternohyoideus dan m.omohyoideus secara tidak langsung akan menarik larynx turun.
3.3.2. Otot Intrinsic
Berada di sebelah lateral dan dorsal cartilago laryngis. Di sebelah lateral terdiri dari 5 buah otot, yaitu :
3.3.2.1. M.cricoarytaenoideus lateralis
Mempunyai origo pada tepi superior arcus cartilaginis cricoideae, serabut-serabut otot ini berjalan di sebelah profunda tepi inferior cartilago thyreoidea dan mengadakan insersi pada processus muscularis cartilaginis arytaenoideae. Otot ini berada pada conus elasticus.
3.3.2.2. M.thyreoarytaenoideus
Merupakan lanjutan ke cranialis dari m.cricoarytaenoideus lateralis. Mempunyai origo pada permukaan dalam lamina cartilaginis thyreoidea dan permukaan superficial conus elasticus, mengadakan insersi pada permukaan antero-lateral cartilago arytaenoidea.
3.3.2.3. M.vocalis
Dibentuk oleh serabut-serabut otot yang paling madial dari m.thyreo-arytaenoideus. Berada di sebelah caudal dan lateral ligamentum vocale; pada potongan melintang berbentuk segitiga. Origonya berada pada sudut yang dibentuk oleh lamina cartilaginis thyreoideae kiri kanan dan mengadakan insersi pada processus vocalis cartilaginis artaenoideae.
3.3.2.4. M.thyreopigotticus
Terletak pada membrana quadrangularis di sebelah cranialis m.thyreoarytaenoideus, di satu pihak melekat pada lamina cartilaginis thyreoideae dan pihak lain melekat pada cartilago epiglottica.
3.3.2.5. M.aryepiglotticus
Berada pada tepi superior (tepi bebas) membrana quadrangularis, dan merupakan lanjutan dari m.arytaenoideus obliquus. Susunan otot di bagian terdiri atas :
3.3.2.6. M.arytaenoideus
Terdiri atas serabut-serabut yang berjalan transversal (= m.arytaenoideus transversus), yang mengadakan perlekatan dari facies posterior processus muscularis cartilaginis arytaenoideae yang satu menuju ke pihak lainnya. Otot ini adalah satu-satunya yang tidak berpasangan.
Serabut-serabut yang lainnya berjalan oblique (= m.arytaenoideus obliquus) dari satu facies posterior processus cartilaginis arytaenoideae menuju ke pihak yang lain dengan saling bersilangan, dan sebagian lagi melanjutkan diri menjadi m.aryepiglotticus. m.arytaenoideus obliquus terletak di sebelah superficial dari m.arytaenoideus transversus.
3.3.2.7. M.crico arytaenoideus posterior
Ber origo pada facies posterior lamina cartilaginis cricoideae; serabut-serabut bagian superior arahnya horizontal dan serabut-serabut bagian inferior arahnya vertikal, mengadakan insersi pada apex processus muscularis cartilaginis arytaenoideae.
Ketujuh buah otot tersebut di atas terletak di bagian dalam lamina cartilaginis thyreoideae. Satu-satunya otot yang terletak di bagian luar dari cartilago laryngis adalah m.cricothyreoideus.
3.3.2.8. M.cricothyreoideus
Berbentuk kipas, mengadakan origo pada facies lateralis arcus cartilaginis cricoideae; serabut-serabut otot ini berjalan ke dorsal membentuk pars recta dan pars obliqua. Pars recta mengadakan insersi pada tepi caudal lamina cartilaginis thyreoideae dan pars obliqua berjalan ke dorso-lateral untuk mengadakan insersi pada permukaan anterior cornu inferius cartilaginis thyreoideae. Otot ini adalah bagian dari m.constrictor pharyngis inferior (n.laryngeus externus di dalam perjalanannya menuju ke m.cricothyreoideus akan menembusi m.constrictor pharyngis inferior dan mempersarafi juga otot ini).
3.4. Rongga di dalam larynx
Rongga di dalam larynx dibagi dalam vestibulum laryngis, ventriculus laryngis dan cavum laryngis (= cavum infraglotticum). Vestibulum laryngis berada di bagian cranialis yang dibatasi di sebelah superior oleh aditus laryngis dan di sebelah inferior dibatasi oleh rima vestibuli. Aditus laryngis dibentuk oleh epiglottis di sebelah ventral, plica aryepiglottica di sebelah lateral dan oleh incisura inter-arytaenoidea di sebelah dorsal. Di sebelah lateral plica aryepiglottica terdapat recessus piriformis yang dibatasi di sebelah medial oleh membrana quadrangularis, dan recessus ini merupakan bagian dari “ the lateral foos channel “.
Rongga yang berada di bagian tengah disebut ventriculus laryngis, yang dibatasi oleh rima vestibuli dan rima glottidis. Ventriculus laryngis (Morgagnii), disebut juga sinus laryngis, mengadakan perluasan ke arah cranialis di bagian anterior dan membentuk appendix ventriculi laryngis (= saccule of the larynx); di dalamnya berisi kelenjar mucosa yang membasahi plica vocalis. Plica ventricularis terletak menghadap ke arah caudo-medial sehingga tidak dapat menahan benda-benda asing yang masuk ke dalam larynx, sebaliknya letak dari plica vocalis adalah menghadap ke arah cranio-medial, dan dengan posisi ini maka benda-benda asing yang masuk akan tertahan pada rima glottidis.
Rongga yang ketiga berada di sebelah caudal dari plica vocalis, disebut cavum laryngis (= cavum infraglotticum).
Pada pemeriksaan secara laryngoscopi dapat dilihat aditus laryngis, plica ventricularis, plica vocalis, rima glottidis dan pada inspiratio yang kuat juga dapat dilihat tunica mucosa trachea, malahan bifurcatio trancheae.
3.5. Peranan otot intrinsic laryngis
Ada 3 fungsinya, yaitu :
Membuka rima glottidis sehingga dapat dilalui oleh udara respirasi,
Menutup rima glottidis dan vestibulum laryngis yang akan mencegah makanan masuk ke dalam larynx pada waktu menelan dan
Mengatur ketegangan (tension) dari plica vocalis pada waktu berbicara.
Kedua fungsi yang pertama tersebut berlangsung secara ototmatis dan berada di bawah pengaruh medulla oblongata, sedangkan fungsi yang ketiga adalah voluntary (di bawah pengaruh kemauan) dan diatur oleh cortex cerebri.
3.5.1. Gerakan membuka rima glottidis
(1) gerakan abduksi plica vocalis dikerjakan oleh m.cricoarytaenoideus posterior (satu-satunya abduktor). Serabut-serabut horizontal dari otot ini bekerja terhadap axis vertikalis yang akan memutar cartilago arytaenoidea ke arah lateral, dan serabut-serabut vertikal menarik cartilago arytaenoidea turun ke bawah pada articulus crocoarytaeniodeus.
3.5.2. Gerakan menutup rima glottidis
(2) gerakan adduksi p;ica vocalis dilakukan oleh m.cricoarytaenoideus lateralis, yang memutar cartilago arytaenoideus ke arah medial, dan m.arytaenoideus menarik cartilago arytaenoideus saling mendekati satu sama lain. Gerakan menutup vestibulum laryngis (pada waktu menelan) dilakukan oleh m.thyreoartaenoideus, m.aryepiglotticus dan m.thyreoepiglotticus, yang menarik cartilago arytaenoideus ke arah ventral ; pada saat bersamaan rima glottidis akan menutup.
3.5.3. Ketegangan plica vocalis
(3) adduksi plica vocalis dilakukan oleh m.cricothyreoideus yang memutar cartilago thyreoidea ke arah caudo-ventral menjauhi cartilago arytaenoidea. Pada saat yang sama m.cricoarytaenoideus posterior menahan cartilago arytaenoideus pada cartilago crocoideus (articulus cricoarytaenoideus), sehingga dengan demikian plica vocalis (ligamentum vocale) menjadi tegang. M.cricoarytaenoideus lateralis turut membantu dengan menggerakkan processus vocalis ke medial dorsal. Otot-otot yang mengendorkan plica vocalis (dan ligamentum vocale) adalah m.vocalis dan
(4) m.thyreoarytaenoideus yang menarik cartilago arytaenoideus ke ventral caudal.
3.6. Fungsi larynx
Larynx berperan dalam : 1. Kegiatan sphincter, 2. Phonasi, 3 respirasi dan 4. Aktivitasi reflex.
Yang paling utama adalah kegiatan sphincter dimana sebagian besar otot-otot larynx merupakan adduktor dan satu-satunya abduktor hanyalah m.cricoarytaenoideus posterior. Pada vertebrata tingkat rendah fungsi adduktor pada larynx adalah untuk mencegah benda-benda asing masuk ke dalam pulmo melalui aditus laryngis. Pada vertebrata tingkat tinggi (manusia) kegiatan sphincter ini mengalami evolusi dan berkembang pada 3 tempat, yaitu aditus laryngis, plica ventricularis dan plica vocalis.
Pada aditus laryngis kegiatan sphincter ini dilaksanakan oleh m.aryepiglotticus yang selain menutup aditus laryngis juga membantu epiglottis untuk berada di atas aditus laryngis sebagai suatu penutup.
Pada kegiatan ini otot-otot suprahyoideus mengangkat larynx sedangkan m.palatopharyngeus menarik larynx ke ventral. Kedua gerakan tersebut membuat penutupan aditus laryngis menjadi lebih sempurna (lebih efektif). Dengan diangkatnya aditus laryngis sampai melewati oropharynx maka bolus makanan akan melalui the lateral food channels (“ jalur lateral makanan”).
Tepi plica ventricularis menghadap ke arah caudo-medial dan berfungsi sebagai katup untuk mencegah udara yang keluar dari pulmo sehingga dapat meningkatkan tekanan intra thoracal yang dibutuhkan pada waktu batuk, sneezing atau menyanyi. Plica ventricularis dapat juga menutup bilamana tekanan intra abdominal meningkat pada waktu defeksi, miksi dan partus. Plica vocalis selain berperan dalam menghasilkan suara juga berperan dalam kegiatan sphincter, respirasi dan reflex. Hal ini disebabkan karena hampir seluruh otot intrinsic laryngis turut ambil bagian dalam aktivitas plica vocalis. M.cricothyreoideus adalah tensor bagi plica vocalis, sedangkan m.thyreoarytaenoideus mengendorkan plica vocalis. M.vocalis sangat berperan dalam menghasilkan suara. Dengan mengeluarkan udara secara tiba-tiba dari pulmo dapat menggetarkan (vibrasi) plica vocalis yang menghasilkan suara. Kualitas suara ditentukan terutama oleh cavum oris, lingua, palatum dan otot-otot facial. Volume suara ditentukan oleh jumlah udara yang menggetarkan plica vocalis.
Cavum nasi dan sinus pars nasalis memegang peranan penting dalam menghasilkan konsonan nasalis, seperti huruf “ m “ dan “ n “.
4. TRACHEA PARS CERVICALIS
Mulai dari cartilago cricoidea (setinggi vertebra cervicalis 6) sampai setinggi tepi cranialis manubrium sterni, panjang kurang lebih 7 cm. Berada pada linea mediana dan dapat diraba ; dikelilingi oleh jaringan ikat areolar sehingga bebas bergerak. Permukaan dorsal datar dan pada penampang melintang berbentuk seperti ladam kuda, hal ini disebabkan karena cincin tulang rawan trachea yang tidak menutup dibagian dorsal.
Di bagian anterior dibatasi oleh isthmus glandulae thyreoideae dan lobus pyramidalis kelenjar thyreoidea; ditutupi oleh otot-otot infrahyoideus.
Di sebelah lateral ditutupi oleh lobus lateralis glandula thyreoidea, dan lebih ke lateral lagi terdapat carotid sheath. Di sebelah dorsal terhadap oesophagus.
5. VASCULARISASI
Mendapat suplai darah dari a.layngea superior et inferior. A,laryngea superior merupakan cabang dari a.thyreoidea superior dan berjalan bersama-sama dengan n.laryngeus internus menembusi membrana thyreoidea (arteri berada di caudal dari nervus).
A.laryngea inferior yang dipercabangkan oleh a.thyreoidea inferior berjalan bersama-sama dengan nervus recurrens. Vena laryngea superior et inferior membawa darah venous menuju ke vena thyreoidea superrior et inferior.
6. INNERVASI
Bersumber pada N.vagus dengan melalui n.laryngeus superior dan n.recurrens laryngeus. Kedua cabang ini merupakan saraf gabungan (sensibel dan motoris).
N.laryngeus superior mengandung komponen motoris untuk m.cricothyreoideus dan komponen sensibel dinding larynx di sebelah cranialis plica vocalis.
N.recurrens laryngeus mengandung komponen motoris untuk semua otot-oto intrinsic dan komponen sensibel untuk dinding larynx di sebelah caudal dari plica vocalis.
N.laryngeus superior membentuk n.laryngeus internus dan n.laryngeus externus. N.laryngeus internus berjalan menembusi membrana hyothyreoidea, menembusi dinding anterior fossa piriformis dan mencapai otot-otot lateral serta membawa komponen sensibel untuk dinding larynx di cranialis dari glottis dan pada aditus laryngis.
N.laryngeus externus melayani m.cricothyreoideus.
N.recurrens laryngeus memasuki pharynx dengan melewati bagian profunda tepi inferior m.constrictor pharyngeus inferior dan berada pada bagian dorsal articulus cricothyreoideus. Nervus ini mempercabangkan ramus anterior dan ramus posterior.
D. Tractus Digestivus bagian cranialis
1. Cavum oris
Rongga ini dibagi oleh gigi-geligi bersama dengan processus alveolaris dan gingiva menjadi vestibulum oris dan cavum oris proprius. Kedua ruangan ini satu sama lain dihubungkan oleh suatu celah yang terdapat diantara gigi moler II dengan ramus mandibulae.
1.1. Vestibulum Oris
Di sebelah luar dibatasi oleh bibir dan pipi. Lubang di sebelah ventral disebut apertura oris. LABIUM superius et inferius melekat pada gingva di linea mediana dengan perantaraan suatu lipatab mucosa yang disebut frenulum labii superioris dan frenulum labii inferioris.
Saluran keluar kelenjar parotis bermuara dihadapan gigi Molar II atas. Labium oris dibentuk oleh lapisan cutaneus, otot, kelenjar dan mucosa.
Di antara lapisan otot dan kelenjar terdapat suatu arteri yang berjalan melingkar, yang dibentuk oleh ramus labialis superior et inferior yang dipercabangkan oleh a.facialis (pulsasinya dapat diraba).
Pipi dibentuk juga oleh 4 lapisan yang sama dengan bibir ditambah lagi oleh jaringan lemak buccalis (buccal pad of fat), kelenjar molaris dan fascia bocco-pharyngealis.
Arteria facialis berjalan menyilang rahang bawah menuju ke rahang atas, berada pada m.buccinator kira-kira 3 cm dari angulus oris (pulsasinya dapat diraba).
Innservasi motoris untuk bibir dan pipi diperoleh dari nervus facialis. Sedangkan innervasi sensibel untuk mucosa labium superius, labium inferius dan daerah pipi dekat pada angulus oris dilayani oleh n.infra-orbitalis ( V2 ), n.mentalis ( V3 ) dan n.buccalis ( V3 ).
1.2. Cavum Oris Proprius
Disebut juga cavum buccalis, berada di bagian dalam dari arcus dentalis dan ke arah dorsal melanjutkan diri menjadi oropharynx. Dibatasi di sebelah cranialis (atap) oleh palatum durum dan bagian anterior dari palatum molle. Dinding caudal (lantai) dibentuk oleh 2/3 bagian anterior lingua dan refleksi membranan mucosa dari permukaan inferrior dan lateral lingua yang menuju ke permukaan dalam gingiva.
Pada linea mediana terdapat suatu penonjolan membrana mucosa dengan arah caudo-ventral, mulai dari permukaan inferior lingua menuju ke lantai cavum oris di bagian anterior, penonjolan ini disebut frenulum linguae.
Di sebelah kiri kanan frenulum ini terdapat plica fimbriata. Pada lantai cavum oris terdapat plica sublingualis yang dibentuk oleh glandula sublingualis (kelenjar salivasi).
Di sebelah kiri kanan ujung inferior frenulum linguae terdapat muara dari kelenjar submandibularis (= carancula sublingualis).
1.3. Palatum
Selain membentuk dinding cranialis (atap) dari cavum oris, palatum dibentuk juga dinding caudal (lantai) dari cavum nasi. Terdiri atas palatum durum yang berada pada 2/3 bagian anterior dan palatum molle yang berada pada 1/3 bagian dorsal.
1.3.1. Palatum durum
Dibentuk oleh proc.palatinus ossis maxillae dan pars horizontal ossis palatinii. Dibatasi di bagian anterior dan lateral oleh processus alveolaris. Bentuk dari palatum dapat berbeda secara individual.
1.3.2. Palatum molle
Terdiri atas aponeurose palatini yang dibentik oleh perluasan tendo dari kedua m.tensor veli palatini. Ke empat pasang otot palatum lainnya mengadakan perlekatan pada aponeurose palatini ini.
Pada tepi posterior palatum molle terdapat beberapa buah alat pengecap (taste buds).
Pada palatum molle terdapat kelenjar mucosa dan jaringan lymphoid. Dari sisi dorso-lateral terdapat dua buah plica yang berjalan turun ke caudal, yaitu sebuah di bagian anterior yang berakhir pada sisi lingua, di sebut arcus palato-glossus yang dibentuk oleh m.palato-glossus ; sebuah plica lainnya lagi yang terletak di bagian dorsal akan berakhir pada dinding pharynx, plica ini disebut arcu plato-pharyngeus yang dibentuk oleh m.palato-pharyngeus. Diantara kedua arcus tersebut dan 1/3 bagian dorsal lingua terdapat Tonsillapalatina.
Palatum molle mengadakan perlekatan pada basis cranii dengan paerantaraan m.tensor veli palatini dan m.levator veli palatini. Otot-otot ini berperan pada waktu menelan, bernapas dan bersuara. Di bagian posterior palatum molle berakhir bebas dengan suatu penonjolan ke arah caudo-dorsal pada linea mediana, disebut uvula; uvula ini mempunyai berbagai ukuran.
Perubahan posisi dari palatum molle beserta dengan kontraksi m.constrictor pharyngis superior menentukan hubungan (komunikasi) antara nasopharynx dan oropharynx. Nasopharynx dapat dipisahkan sama sekali dari orpharynx.
1.3.2.1. Otot-otot palatum molle
M.tensor veli palatini
Berbentuk kipas dan berasal dari permukaan lateral pars cartilaginis tuba auditoria, fossa scaphoidea pada basis lamina pterygoidea medialis dan dari spina sphenoidalis. Otot ini berjalan ke caudal di sebelah lateral lamina pterygoideus lateralis, dan berakhir dengan suatu tendo yang berputar ke medial mengelilingi hamulus pterygoideus untuk berinsersi pada tepi posterior palatum durum. Tendo dari bagian kiri dan kanan membentuk aponeurose palatini.
M.levator veli palatini
Otot ini berbentuk bundar, mengadakan origo pada permukaan medial pars cartilaginis tuba auditoria dan berasal dari permukaan inferior apex pars petrosa ossis temporalis. Berjalan ke caudal dan mengadakan insersi pada aponeurose palatini serta melanjutkan diri pada otot pihak sebelah.
M.palatopharyngeus
Otot ini meluas dari palatum durum dan dari aponeurose palatini menuju ke tepi dorsal cartilago thyreoidea dan dinding pharynx. Bersama-sama dengan m.salpingopharyngeus berjalan desendens dari ujung pharynx menuju ke tuba ayditiva.
M.palatoglossus
Otot ini mengadakan perlekatan pada sisi lateral dan dorsal linguae. Berjalan ke cranio-dorsal untuk mengadakan perlekatan pada aponeurose palatini, melanjutkan diri pada otot pada pihak sebelah.
M.uvulae
Berasal dari aponeurose palatini dan dari tepi posterior palatum durum dekat pada linea mediana, bersama-sama dengan otot pada pihak lain berjalan ke dorsal dan mengadakan insersio pada membrana mucosa uvula.
1.3.2.2. Gerakan dari palatum
Turut berperan dalam deglutitio dan dalam berbicara. Selama proses deglutitio berlangsung maka bagian anterior dari palatum molle akan turun yang disebabkan oleh kontraksi dari m.tensor veli palatini, sedangkan bagian dorsal dari palatum molle akan terangkat ke arah postero-lateral dari dinding pharynx yang dikerjakan oleh m.levator veli palatini (otot menarik ke arah cranio-dorsal).
Secara bersamaan m.constrictor pharyngis superior dan m.palato pharyngeus berkontraksi membentuk suatu penonjolan pada dinding posterior pharynx yang bersama-sama dengan tepi posterior palatum molle akan menutup nasopharunx. Setelah bolus makanan masuk ke dalam pharynx maka isthmus oro-pharyngeus mengecil sebagai akibat dari kontraksi m.palatoglossus.
Dalam phonation (bersuara) terjadi perubahan isthmus nasopharyngeus yang dipengaruhi oleh suara yang akan dihasilkan. Isthmus nasopharyngeus akan menutup pada waktu mengucapkan beberapa kata tertentu, misalnya suara “ Ah “, “ K “, dan pada waktu orang meniup atau vomitus.
1.3.2.3. Vascularisasi, innervasi dan sistema lymphatica
A.palatina major sebagai cabang dari a.maxillaris berjalan turun melalui foramen palatinum major dan menuju ke palatum durum dekat pada margo alveolaris. Juga terdapat cabang-cabang kecil yang berasal dari a.sphenopalatina dan a.palatina minor. Pembuluh-pembuluh vena berjalan mengikuti arteri bersangkutan.
Lymphe dari palatum durum dialirkan menuju ke gingva dan dari sini menuju ke nodus submandibularis. Lymphe dari palatum molle mengalir ke posterior menuju ke lymphonodus retropharyngealis atau ke l.n.cervicalis profundus.
Serabut-serabut saraf motoris untuk m.tensor veli palatini diperoleh dari n.mandibularis, sedangkan otot-otot lainnya diperoleh dari plexus pharyngeus. Serabut secreto motoris untuk kelenjar palatum berasal dari ganglion pterygopalatinum (post ganglionic fibers).
Stimulus sensibel dibawa oleh r.palatinus majus, r.palatinus minus dan r.nasopalatinus yang dipercabangkan oleh n.maxillaris selain itu terdapat r.tonsillaris sebagai cabang dari n.glosso pharyngeus.
1.4. Dentes
Bagian-bagian dari gigi adalah :
• Radix dentis adalah bagian yang tertanam dalam rahang
• Corona dentis adalah bagian yang menonjol dari gingva
• Collum dentis yaitu bagian yang berada di antara radix dan corona
Pada ujung 9apex) dari radix dentis terdapat foramen apicis dentis, yang melanjtukan menjadi canalis radicis dentis dan makin membesar membentuk cavum dentis. Lapisan-lapisan gigi dari luar ke dalam adalah sebagai beikut, yaitu substansia adamantinia (warna kekuning-kuningan), subtantia eburnae (enamel, berwarna putih). Lapisan cement yang membungkus radix dan collum membentuk substantia ossea. Pulpa dentis merupakan jaringan ikat yang mengandung serabut-serabut saraf dan pembuluh darah, yabg berada di dalam canalis radicis dentis.
Setiap gigi tertanam di dalam alveolus (pada maxilla dan mandibula). Pada orang dewasa terdapat 32 buah gigi permanen, yaitu 16 buah pada setiap rahang, dan 8 buah pada setiap sisi dengan perincian sebagai berikut 2 incisivus, 1 caninus, 2 premolar dan 3 molar.
Formulanya adalah demikian
3 2 1 2 2 1 2 3
3 2 1 2 2 1 2 3
Gigi decidua (gigi seri = gigi susu = gigi temporer) hanya terdiri atas 2 buah gigi incivus, sebuah gigi caninus dan 2 buah gigi molar yang terdapat pada setiap sisi.
Formula gigi susu
2 1 2 2 1 2
2 1 2 2 1 2
ERUPSI GIGI
Dimulai pada usia 6 – 8 bulan sesudah lahir yang diawali oleh gigi incisivus medial bawah, dan berangsur-angsur diikuti oleh gigi-gigi yang lain sehingga menjadi lengkap pada usia 2 tahun.
Gigi peranan mulai tumbuh pada usia 6 tahun dan dimulai oleh gigi molar I (gigi ini disebut sixth year molar). Selanjutnya pergantian gigi seri menjadi permanen terjadi berturut-turut pada gigi incisivus medialis, incisivus lateralis, premolar I, canius dan premolar II.
Gigi molar II mengadakan erupsi pada usia 12 tahun dan gigi molar III mengalami erupsi kira-kira pada umur 18 tahun (15 – 21 tahun), kadang-kadang gigi molar III tidak tumbuh sama sekali.
Facies anterior dari gigi depan dan facies lateralis dari gigi-gigi samping disebut facies labialis atau fascia buccalis, sisi yang berlawanan disebut facies lingualis ; sisi medial dari gigi-gigi frontal dan sisi anterior dari gigi-gigi lateral disebut facies proximalis sedangkan sisi yang berlawanan dengan itu disebut facies distalis.
Permukaan yang digunakan untuk menggigit disebut facies masticatoria.
Persarafan dari dentes pada rahang atas diperoleh dari n.alveolaris superior anterior et posterior yang dipercabangkanoleh n.maxillaris. dan gigi pada rahang bawah dipersarafi oleh n.alveolaris inferior sebagai cabang dari n.mandibularis.
1.5. LINGUA
1.5.1. Morfologi dan struktur
merupakan suatu organ muscular yang berperan dalam mastikasi, deglutitio, berbicara dan pengecapan. Terdiri atas 2/3 bagian anterior dan 1/3 bagian posterior yang berbeda dalam perkembangan, struktur, fungsi, topografi, innervasi dan permukaannya (= appearance).
Pars anterior atau 2/3 bagian anterior lingua tampak menonjol dari dasar cavum oris, disebut pars oralis atau corpus linguae.
Pars posterior atau 1/3 bagian posterior turut membentuk dinding anterior pharynx, oleh karena itu dinamakan pars pharyngealis atau radix linguae.
Batas antara kedua bagian tersebut adalah sulcus terminalis, yaitu sebuah garis berbentuk huruf V yabg terletak pada dorsum linguae dan membuka ke arah anterior, pada ujung posterior garis ini tepat pada linea mediana terdapat foramen caecum linguae. Dari ujung lidah bagian inferior terdapat frenulum linguae, yang menuju ke lantai cavum oris yang memisahkan kedua muara ductus submandibularis, dan di bagian dorsal masih terdapat plica glosso epiglottica mediana yang menghubungkan dorsum linguae dengan epiglottis dan berada di antara vallecula kiri dan kanan.
Pada pars oralislinguae terdapat 4 macam papillae, yaitu papillae filiformis, fungiformis, vallata dan foliata.
Taste buds (indera pengecapan) terutama terdapat pada papilla fungiformis, selain itu terdapat huga di sama sini pada palatum molle, epiglottis dan pada dinding posterior pharynx. Pada pars pharyngealis linguae tidak terdapat papilla, melainkan terdapat beberapa tubercle yang tidak lain adalah nodus lymphaticus yang dibungkus oleh capsula, dan membentuk tonsilla lingualis.
Dengan demikian maka permukaan doral lingua tampak kasar sedangkan permukaan inferior dari lingua adalah halus. Glandula lingualis anterior ( dari N u h n) adalah kelenjar mucosa dengan ukuran di bagian inferior ; ditutupi oleh ujung terminal a.lingualis dan n.lingualis.
1.5.2. Jaringan otot
Terdiri atas 3 pasang otot extrinsic dan 3 pasang otot intrinsic.
Otot-otot extrinsic meliputi m.genioglossus, m.hyoglossus dan m.styloglossus.
M.genioglossus berorigo pada spina mentalis mandibulae berbentuk seperti kipas dan mengadakan insersi sepanjang lingua. Serabut-serabut di bagian caudo anterior mengadakan insersi pada corpus ossis hyoidei (seharusnya otot ini dinamakan m.genioglossus). serabut-serabut bagian posterior menarik linguae ke depan (= protrude), sementara itu serabut-serabut bagian anterior menarik lingua ke dorsal (= retract, menarik kembali). Di sebelah superficial dari otot ini terdapat m.styloglossus, m.hyoglossus dan glandula sub lingualis.
M.hyoglossus berorigo pada cornu majus ossis hyoidei dan sebagian pada corpus ossis hyoidei, mengadakan insersi pada bagian posterior sisi lingua dan disini serabut-serabutnya mengadakan decussatio dengan serabut-serabut dari m.styloglossus dan juga dengan otot-otot intrinsic otot-otot intrinsic linguae. Sebagian dari otot ini dapat mengadakan perlekatan pada cornu minus ossis hyoidei dan membentuk suatu otot tersendiri yang dinamakan m.chondroglossus.
Fungsi m.hyoglossus adalah menarik lingua ke arah inferior (= depress) dan pada kontraksi m.hyoglossus kiri dan kanan akan menyebabkan dorsum linguae berbentuk convex. Otot ini membantu retraksi lingua.
M.styloglossus berasal dari apex processus styliodeus dan ligamentum stylohyoideus dan mengadakan insersi pada sisi lingua. Berfungsi mengangkat lingua dan menarik lingua ke dalam (retract).
M.palatoglossus sebenarnya termasuk juga otot extrinsic linguae ; otot ini meluas dari palatum molle menuju ke lingua dan melanjutkan diri sebagai m.transversusu linguae.
Otot-otot intrinsic terdiri atas m.longitudinalis, m.verticalis dan m.transversus linguae, nama otot-otot tersebut menujukkan arah serabutnya.
M.longitudinalis superior berada pada seluruh permukaan dorsum linguae, berfungsi membengkokkan ujung lidah, mengangkat dan menariknya ke belakang.
Pada setiap sisi lingua terdapat serabut-serabut otot yang berbentuk silindris dan disebut m.longitudinalis inferior, berfungsi memutar ujung lidah ke bawah dan pada kontraksi synergis dengan m.longitudinalis superior akan membantu retraksi serta membuat lidah menjadi datar dan melebar.
M.transversus linguae berada di bagian profunda m.longitudinalis superior, meluas mulai dari septum linguae menuju ke tepi lingua, pada kontraksi otot ini lidah menjadi sempit (narrow) dan tebal.
M.verticalis linguae mulai dorsum linguae menuju ke bagian inferro-lateral dan bergabung dengan serabut-serabut otot lainnya. Kontraksi bersama pada kedua belah pihak membuat dorsum linguae menjadi datar, mengangkat tepi lingua ke atas serta membuat lidah menjadi lebar.
1.5.3. Arteria lingualis
Merupakan satu-satunya pembuluh darah yang memberi aliran darah kepada lidah. Dipercabangkan oleh a.carotis externa di antara cabang a.thyreoidea superior dan a.facialis, letak pangkal arteri ini adalah setinggi cornu majus ossis hyoidei, berjalan ke arah cranio-ventral dan ditutupi oleh m.hyoglossus serta glandula submandibularis.
Ditinjau dari jalannya maka artei ini dapat menjadi 3 bagian :
Bagian pertama naik sejenak lalu membelok secara tajam dan menurun menuju cornu majus ossis hyoidei, disilangi oleh N.XII. bagian arteri ini berada di sebelah superficialis m.constrictor pharyngis medius, di sebelah profunda fascia cervicalis dan platysma myodes. Meninggalkan trigonum caroticum dengan berjalan di sebelah profunda m.hyoglossus.
Bagian kedua berjalan horizontal sepanjang tepi superior os hyoideum, di sebelah profunda m.hyoglossus, di sebelah superficial m.constrictor pharyngis medius.
Dari bagian ini dipercabangkan :
• ramus suprahyoideus yang dipercabangkan pada tepi posterior m.hyoglossus dan berjalan sepanjang tepi superior os hyoideum, mengadakan anastomose dengan arteri pihak sebelah
• a.dorsalis linguae, biasanya ada 2 buah, dipercabangkan di sebelah profunda dari m.hyoglossus, lalu naik dan masuk pada 1/3 bagian posterior lingua
• a.sublingualis dipercabangkan pada tepi anterior m.hyoglossus, lalu berjalan ke arah anterior berada di antara m.mylohyoideus dan m.genioglossus, memberi vascularisasi kepada glandula sublingualis, mucosa dan otot.
Bagian ketiga berjalan ascendens sepanjang tepi anterior m.hyoglossus, bersandar pada m.genioglossus. bagian arteri ini melanjutkan diri menjadi a.profunda linguae dan berada pada permukaan inferior lingua. Arteri ini menjadi apex linguae, mengadakan anastomose dengan arteri pihak yang sebelah. Bentuknya berkelok-kelok sehingga mudah beradaptasi dengan gerakan lingua.
1.5.4. Innservasi lingua
Serabut sensibel pada 2/3 bagian anterior linguaberada pada n.lingualis sedangkan serabut sensorisnya berada pada chorda tympani. Pada 1/3 bagian posteriorlingua serabut sensibel dan sensoris berada N.IX. serabut-serabut motoris untuk otot-otot lingua dibawa oeh N.XII (Nervus hypoglossus).
N.lingualis merupakan cabang dari n.mandibularis, berjalan ke anterior dan terletak di depan dari n.alveolaris inferior, berada di sebelah profunda m.pterygoideus lateralis di mana di bagian posteriornya akan bergabung chorda tympani. N.lingualis berjalan pada pterygoideus medialis dan ditutpi oleh m.constrictor pharyngis superior, lalu berada di bawah membrana mucosa mulut, di sebelah dorsal radix gigi molar III. Saraf ini ditutupi di sebelah superficial oleh m.mylohyoideus dan berjalan pada permukaan m.hyoglossus. selanjutnya memberi cabang kepada ganglion submandibularis (serabut parasympathis), ganglion ini terletak di sebelah caudal n.lingualis.
Di dalam perjalanannya ke anterior n.lingualis berjalan melingkari ductus submandibularis, yaitu berada di bagian cranial, lateral, caudal, medial dan kembali ke cranialis, mempersarafi 2/3 bagian anterior lidah ; bersifat sensibel dengan membawa stimulus sakit, suhu dan perabaan (touch sensation). Saraf ini mempersarafi juga regio sublingualis, lantai cavum oris dan gingva.
Chorda Tympani bergabung dengan n.lingualis di dalam fossa infra temporalis, mengandung serabut efferent maupun serabut afferent yang bersifat secretoris untuk glandula submandibularis dan glandula sublingualis dan bersifat sensoris (pengecapan) dari 2/3 bagian anterior lingua. Serabut-serabut sensoris tersebut berakhir pada papilla (taste buds) dengan cell body-nya yabg berada pada ganglion geniculi.
Serabut-serabut secretoris yang dimaksud tadi adalah serabut preganglioner parasympathis yang mempunyai relay station pada ganglion submandibulare.
Ganglion Submandibulare (= ganglion submaxillare)
Adalah suatu ganglion parasympathis yang merupakan suatu station perantara dari serabut-serabut efferent chorda tympani. Terletak pada m.hyoglossus, di sebelah medial glandula submandibularis. Membentuk hubungan dengan n.lingualis dengan perantaraan dua buah cabang (radix), yaitu radix posterior yang membawa serabut-serabut secretoris dari chorda tympani menuju ke ganglion submandibulare dan serabut-serabut sensibel dari n.lingualis ; serabut-serabut sympathis yang berasal dari plexus pada a.facialis turut bergabung di sini (vasokonstriksi). Serabut-serabut dari ganglion submandibularis ada yang langsug menuju ke glandula submandibularis dan ada yang tidak langsung (indirect) menuju ke glandula sublingualis dengan melalui radix anterior yang mengikuti percabangan dari n.lingualis,
N.glosspharyngeus setelah mengikuti tepi cranialis m.constrictor pharyngis medius, beraa di sebelah profunda m.hyoglossus, kemudian masuk kedalam pharynx dan memberikan cabang-cabang yabg berjalan submucosa pada 1/3 bagian posterior lingua.
Percabangan dari n.glossopharyngeus adalah sebagai berikut :
• r.muscularis untuk m.stylopharyngeus
• serabut sensibel (general sensation) yang turut membentu plexus pharyngeus ; plexus pharyngeus ini berada pada m.constrictor pharyngeus medius dibentuk oleh cabang-cabang dari N.vagus, N.glossopharyngeus dan n.sympathicus, dan plexus ini melayani sebagian besar dinding pharynx
• sinus nerve yang mengandung serabut afferent dari sinus carotis dan dari carotid body (stimulasi pada struktur tersebut akan menyebabkan penurunan dari tekanan darah)
• serabut-serabut terminal menyebar pada 1/3 bagian posterior lingua, membawa komponen sensibel pada sensoris (pengecapan); selain itu terdapat juga cabang-cabang yang menuju ke tonsilla, arcus palatinus dan palatum molle (sensoris) dan serabut-serabut ini merupakan awal dari reflex menelan.
• Ramus tympanicus yang menuju ke tympanum dan melayani tuba auditiva, tympanum, permukaan medial membrana tympani, antrum mastoideum, cellulae ethmoidales ; ramus ini meninggalkan tympanum dan mendapat suatu cabang dari ganglion geniculi untuk membentuk n.petrosus superficialis minor, yang selanjutnya menuju ke ganglion oticum dan dengan perantaraan n.auriculatemporalis menuju ke glandula parotis (serabut secretoris).
Serabut-serabut motoris untuk lingua dibawa oleh N.hypoglossus. Berjalan di antara v.jugularis interna dan a.carotis interna menuju ke tepi caudal m.digastricus dan m.stylohyoideus dan masuk ke dalam trigonum caroticum. Di sini saraf tesebut membelok (membentuk sudut) mengelilingi a.occipitalis dan sementara itu mempercabangkan r.descendens N.XII.
Selanjutnya masuk ke dalam trigonum submandibulare, berjalan ke ventral dibagian superficial m.hyoglossus dan memisahkan dari a.lingualis, lalu berjalan ke medial pada tepi bebas (tepi posterior) dari m.mylohyoideus.
Tiba pada anterior m.hyoglossus saraf ini membelok ke arah medial dan memberikan cabang-cabang ascendens masuk ke dalam lingua. Melayani m.styloglossus, m.hyoglossus dan m.genioglossus, serta seluruh otot intrinsic lingua.
N.spinalis C 1 memberikan cabang-cabang untuk r.descendens N.XII, ramus untuk m.thyreoideus dan m.geniohyoideus (motoris)
2. Glandula Salivatorius
Terdiri dari 2 kelompok :
1. Sejumlah kelenjar-kelenjar kecil yang berada di dalam lapisan mucosa dan submucosa cavum oris, dan diberi nama sesuai dengan tempatnya, seperti glandula labialis, glandula lingualis, glandula palatina; kelenjar-kelenjar ini memberi sekresinya kurang lebih secara kontinu untuk membuat basah mucosa cavum oris
2. Tiga pasang kelenjar yang besar, yaitu glandula parotis, glandula submandibularis (submaxillaris) dan glandula sublingualis ; saluran keluar dari kelenjar-kelenjar ini bermuara ke dalam cavum oris, memberi sekresinya tidak secara kontinu melainkan apabila ada stimulus sensoris pada lapisan mucosa yang dapat berupa stimulus mekanik (tekanan), kimiawi, temperatur, psychis atau stimulus olfactorius.
Glandula Parotis
Adalah yang terbesar daripada kelenjar salivasi lainnya. Berbentuk lobulus dengan tepinya yang tidak teratur yang menyesuaikan diri dengan tempat dimana kelenjar ini berada. Kelenjar parotis berlokasi di antara ramus mandibulae, processus mastoideus dan processus styloideus. Kelenjar ini dibungkus oleh suatu capsula, disebut parotid sheath, yang merupakan lanjutan dari fascia colli ( the investing fascia of the neck ) ; pembungkus yang superficial sangat kuat dan menfiksir kelenjar parotis dengan kokoh. Dibedakan 3 permukaan, yaitu permukaan superficial, antero-medial dan postero-medial. Permukaan superficial berbentuk segitiga, yang ke arah cranialis mencapai arcus zygomaticus, ke arah dorsal mencapai meatus acustycus externus dan tepi anterior m.sternocleido-mastoideus, dan arah anterior mencapai permukaan superficial dari m.masseter.
Facies antero-medial berbentuk huruf “ U “ yang berhadapan dengan facies posterior ramus mandibulae, m.masseter dan m.pteygoideus medialis.
Facies postero-medial terletak pada processus mastoideus, m.sternocleidomastoideus dan venter posterior m.digastricus.
Bagian dari permukaan ini yang terletak di bagian profunda mempunyai hubungan dengan processus styloideus beserta dengan otot-otot yang melekat padanya, dengan a.carotis interna dan vena jugularis interna. Bagian caudal dari kelenjar parotis meluas sampai masuk ke dalam collum dan berada di antara angulus mandibulae dan m.sternocleidomastoideus. sebagai tambahan masih ada permukaan superior yang terbatas yang mempunyai hubungan (kontak) dengan pars cartilaginis dan pars osseus meatus acusticus externus.
Ductus excretorius parotideus keluar dari bagian yang paling menonjol pada tepi anterior kelenjar parotis, berjalan ke ventral dan berada di sebelah superficial dari m.masseter, dan ketika tiba pada tepi anterior otot tersebut akan membelok dan menembusi m.buccinator. saluran ini masuk ke dalam vestibulum oris dan bermuara setinggi gigi molar 2 atas.
Sewaktu ductus parotideus berjalan pada sisi m.masseter dia dapat menerima saluran dari kelenjar parotis accessorius yang terletak di sebelah cranialis ductus parotideus tersebut. di dalam kelenjar parotis arteria carotis externa bercabang membentuk a.maxillaris, yang berjalan pada facies anteromedial parotis, dan a.temporalis superficialis, yang keluar dari tepi cranialis parotis.
Vena retromandibularis terbentuk di dalam glandula parotis sebagai gabungan dari vena temporalis superficialis dan vena maxillaris.
Nervus facialis berjalan masuk ke dalam kelanjar parotis dengan melewati bagian cranialis permukaan posteromedial dan mempercabangkan cabang-cabang terminalnya di sini. Kelenjar lymphe bisa berada di dalam kapsula dan bisa juga berada di dalam jaringan kelenjar.
GLANDULA SUBMANDIBULARIS
Berbentuk lobulus yang terdiri atas pars superficialis, bentuk oval, berada di dalam trigonum digastricum, sebagian tertutup oleh corpus mandibulae, dan pars profunda yang kecil, berada pada lantai cavum oris, di atas m.mylohyoideus. pars superficialis dan pars profunda melanjutkan diri pada tepi posterior yang bebas dari m.mylohyoideus. pars superficialis meluas ke dorsal sampai sejauh bagian caudalis kelenjar parotis dan dipisahkan satu sama lain oleh ligamentum stylomandibulare (suatu penebalan dari fascia parotis). Bagian ini mempunyai permukaan superficialis dan permukaan profunda. Bagian cranialis dari facies superficialis ini mempunyai hubungan dengan fossa submandibularis mandibulae dan m.pterygoideus medialis. Bagian caudalis dari facies superficilais ditutupi oleh fascia, platysma myoides, jaringan subcutaan dan cutis.
Beberapa kelenjar lymphe submandibularis terletak di bagian superficial dari kelenjar submandibularis atau berada di dalam substansi kelenjar, dan dekat di bagian dorsalnya terdapat vena facialis yang berjalan ke arah dorsa-caudalis. Di sebelah caudal, permukaan medial menutupi venter posterior m.digastricus dan m.stylohyoideus. Di sebelah cranial, kelenjar ini terletak pada m.myolohyoideus di bagian anterior dan pada m.hyoglossus di bagian dorsal. Arteri facialis berjalan menembusi bagian posterior dari kelenjar submandibularis dan meninggalkan kelenjar ini dengan diapit oleh kelenjar tersebut dan mandibula.
Bagian profunda dari kelenjar ini meluas ke arah ventral pada permukaan m.mylohyoideus sampai sejauh pars posterior glandula sublingualis.
Di sebelah cranialis ditutupi oleh membrana mucosa cavum oris. Di bagian medial berhubungan dengan n.hyopoglossus dan n.lingualis ketika kedua struktur ini berada pada m.hyoglossus.
Ductus submandibularis terdapat di dalam pars superficialis, berjalan ke arah profunda, lalu ke arah ventral dan bermuara di dalam cavum oris pada ujung anterior plica sublingualis di kiri kanan frenulum linguae. Ductus ini berjalan di cranialis n.lingualis.
Glandula sublingualis
Merupakan kelenjar yang paling kecil dibandingkan dengan kedua kelenjar salivasi lainnya. Terletak pada lantai cavum oris dan menyebabkan terbentuknya penonjolan yang dinamakan plica sublingualis, dan berada di antara lingua dan mandibula. Kelenjar ini meluas ke arah dorso-lateral dari frenulum linguae, dan di bagian dorsal berhubungan (berkontak) dengan pars profunda glandula submandibularis. Di sebelah caudal kelenjar sublingualis terletak pada m.myolohyoideus. Di sebelah cranial kelenjar ini dipisahkan dari cavum oris oleh membrana mucosa. Di sebelah medial berhubungan dengan m.genioglossus, dan di sebelah lateral berhubungan dengan fossa sublingualis mandibulae. Ductus sublingualis bermuara ke dalam ductus submandibularis (ductus sublingualis major), dan masih ada lagi ductus sublingualis minor yang bermuara pada sisi plica sublingualis.
Glandula parotis menerima peredaran darah dari cabang-cabang a.carotis externa ketika percabangan-percabangan tesebut berjalan melalui kelenjar bersangkutan ; aliran darah vena dibawa menuju ke vena jugularis externa dan vena facialis.
Glandula submandibularis mendapat suplai darah dari percabangan a.facialis dan a.lingualis, aliran darah venous mengikuti arteri yang bersangkutan. Glandula sublingualis di suplai oleh a.sublingualis dan a.submentalis.
Innervasi glandula salivatorius
Menerima serabut-serabut secretomoris (parasympathis) dari ganglion oticum. Ganglion oticum terletak di sebelah caudal foramen ovale dan berada di sebelah medial n.mandibularis. serabut preganglioner parasympathis mencapai ganglion ini melalui r.tympanicus nervi glossopharyngeus dan n.petrosus superficialis minor. Serabut post ganglioner dari ganglion oticum berjalan dalam n.auriculo temporalis menuju ke kelnjar parotis (serabut seretorius). Serabut-serabut saraf tersebut disertai oleh serabut post ganglioner sympathus (dari ganglion cervicale superius) yang masuk ke dalam ganglion oticum dan melayani pembuluh darah dalam kelenjar parotis.
Serabut-serabut secretomotoris yang menuju ke kelenjar submandibularis dan kelenjar sublingualis di bawa oleh chorda tympani yang berjalan bersama-sama dengan n.lingualis menuju ke ganglion submandibulare.
Ganglion submandibulare berada pada permukaan m.hyoglossus, serabut-serabut post ganglionernya langsung menuju ke glandula submandibularis dan dengan melalui n.lingualis menuju ke kelanjar sublingualis serta kel;enjar-kelenjar pada bagian anterior lingua dan cavum oris. Serabut postganglioner sympathis (setelah membentuk plexus pada arteri facialis) berjalan melalui ganglion submandibulare untuk melayani pembuluh-pembuluh darah pada kelenjar submandibularis dan sublingualis.
3. Pharynx
Adalah suatu tabung fibro-muscular yang meluas mulai dari basis cranii sampai pada tepi caudal cartilago cricoidea, yaitu setinggi vertebra cervicalis ke 6, dan melanjutkan diri menjadi oesophagus. Tabung ini mempunyai ukuran panjang kira-kira 12,5 cm dengan diameter pada ujung cranialis kurang lebih 5 cm dan ujung caudalis kira-kira 2,5 cm (berbentuk kerucut). Pharynx berfungsi meneruskan aliran udara dari cavum nasi menuju ke larynx dan makanan dari cavum oris menuju ke oesophagus. Bagian cranialis selalu berada dalam keadaan terbuka yang emmungkinkan udara dengan bebas masuk kedalam larynx, yang berada pada dinding anterior pharynx. Bagian caudalis berbentuk flat anterior-posterior yang hanya membuka bilamana dilalui oleh bolus makanan.
Dinding lateral pharynx mengadakan perlekatan berturut-turut dari cranial ke caudal pada lamina pterygoideus medialis, sisi lingua, permukaan dalam mandibula, os hyoideum, cartilago thyreoidea dan cartilago cricoidea. Tuba auditiva bermuara ke dalam cavum pharyngis dan berada pada bagian cranilais dinding lateral pharynx. Ke arah lateral pharynx mempunyai hubungan dengan pembuluh-pembuluh darah besar dan nervus pada regio colli, dan juga pada processus styloideus bersama dengan otot yang melekat padanya.
Dinding posterior pharynx mengadakan perlekatan pada basiocciput dan terletak di sebelah ventral ke enam corpus vertebrae cervicalis bagian atas (V.C. 1 – 6 ) dan dipisahkan dari corpus vertebrae tersebut oleh ligamentum longitudinale anterius, otot-otot prevertebralis dan fascia prevertebralis. Antara dinding posterior pharynx dan fascia prevertebralis terdapat spatium retropharyngealis yang berisi jaringan ikat dan lymphonodus retropharyngealis sehingga pharynx bebas bergerak terhadap columna vertebralis.
3.1. Struktur pharynx
Dinding pharynx mempunyai 4 lapisan dari luar ke dalam sebagai berikut :
1. lamina areolaris
2. lamina muscularis
3. lamina fibrosa
4. lamina mucosa
lamina areolaris merupakan lanjutan dari lamina areolaris pada pipi, dan disebut fascia buccopharyngealis, yang berisikan plexus pharyngealis (vena dan nervus). Plexus venosus ini menerima aliran darah selain dari pharynx juga dari palatum mlloe dan daro tonsil, mempunyai hubungan dengan plexus pterygoideus dan bermuara ke dalam vena jugularis interna di dekat angulus mandibulae. Plexus nervosus dibentuk oleh ramus pharyngealis yang dipercabangkan oleh n.vagus, n.glossopharyngeus dan nervus sympathicus (bersifat motoris, sensibel dan vaso motoris.
Lamina muscularis, yang sebenarnya incomplete, membentuk lapisan longitudinalis (3 pasang) dan lapisan circular (3 pasang). Otot yang circular terdiri atas m.constrictor pharyngis superior, m.costrictor pharyngis medius dan m.constrictor pharyngis inferior. Otot-otot constrictor ini berbentuk kipas dan tidak lengkap di bagian ventral, dimana akan bermuara cavum nasi, cavum oris dan pangkal dari larynx (aditus laryngis).
Bagian yang menyempit dari otot-otot tersebut mengadakan perlekatan pada mandibula, os hyoideum dan pada cartilago laryngis. Bentuk otot-otot ini di bagian dorsal melebar dan berhubungan dengan otot pada pihak yang sebelah, letak otot-otot tersebut ini saling tumpah tindih ; yang inferior melapisi otot bagian medius dan yang medius akan melapisi m.constrictor pharyngis superior. Tepi cranialis dan tepi caudalis dari otot-otot tersebut berbentuk konkaf, sehingga terbentuk suatu celah antara tepi cranialis m.constrictor pharyngis superior dengan basis cranii. Melalui celah ini berjalan struktur-struktur yang menuju ke dinding pharynx dan ke lingua. Bilamana bolus telah mencapai pharynx maka otot-otot longitudinal akan mengalami relaksasi yang memungkinkan bolus berpindah ke caudalis oleh kontraksi m.constrictores.
Lamina fibrosa atau fascia pharyngobasilaris
Lapisan ini terletak di antara lamina muscularis dan membrana mucosa, mengadakan perlekatan pada basis cranii dan menebal di bagian cranialis tepi superior yang bebas dari m.constrictor pharyngis superior, yaitu pada recessus pharyngealis. Di bagian caudalis fascia menjadi lebih tipis. Fascia ini mempunyai hubungan dengan lamina submucosa dari tractus digestivus lainnya. Di sebelah atas dari m.constrictor pharyngis superior fascia ini ditembusi oleh tuba auditiva, m.levator veli palatini dan vasa pharyngea ascendens.
Lamina mucosa
Di dalam lapisan ini terdapat kumpulan lymphonodus yang membentuk tonsilla palatina, tonsilla lingualis, tonsilla pharyngea dan tonsilla tubaria (adenoid) yang terdapat di dalam naso-pharynx.
3.2. Otot pharynx
M.constrictor pharyngis superior berasal dari pars caudalis posterior lamina pterygoideus medialis, raphe pterygomandibulare, bagian dari mandibula di belakang gigi molar 3 dan dari sisi lingua. Serabut-serabut otot ini berjalan ke dorsal untuk berinsersi pada tuberculum pharyngeum ossis occipitalis dan pada raphe medianum pharyngis.
Di antara tepi cranialis otot ini dan basis cranii terdapat suatu celah yang ditutupi oleh fascia buccopharyngealis. Tuba auditiva dengan m.tensor veli palatini di sebelah lateralnya dan m.levator veli palatini di sebelah medialnya menempati sebagian besar dari celah tersebut tadi. Pada sisi medial dari tepi cranialis otot ini terdapat m.sphincter palatopharyngeus yang berjalan dari m.constrictor pharyngis superior menuju ke ventral mencapai aponeurose palatini.
M.constrictor pharyngis medius mempunyai origo pada cornu majus et minus ossis hyoidei dan pada bagian caudalis ligamentum stylohyoideum, mengadakan insersi pada sepanjang raphe medianum. Serabut-serabut otot yang paling cranial terletak melapisi pars caudalis m.constrictor pharyngis superior di sebelah superficial, dan di bagian caudalis dari m.constrictor pharyngis medius sendiri dan akan ditutupi oleh pars cranialis m.constrictor pharyngis inferior.
N.XII berjalan di sebelah superficialnya dan n.lingualis berada dibagian profundanya. Di antara m.constrictor pharyngis superior dan m.constrictor pharyngis medius terdapat m.stylopharyngeus dan n.glossopharyngeus berjalan melewatinya untuk mencapai dinding pharynx.
M.constrictor pharyngis inferior berasal dari linea obliqua cartilaginis thyreoidei, berada di sebelah dorsal perrlekatan m.sternothyreoideus dan m.thyreohyoideus. membentuk suatu arcus yang meluas dari tuberculum thyreoideum inferius menuju ke tepi caudal cartilago cricoidea. Serabut-serabut yang terletak paling caudal membentuk m.cricopharyngeus yang selalu berada dalam keadaan kontraksi dan berfungsi sebagai sphincter bagi oesophagus serta mencegah tertelannya udara pada waktu inspirasi. M.constrictor pharyngis inferior mengadakan insersi pada raphe medianum. Diantara origo m.constrictor pharyngis medius, m.constrictor pharyngis inferior dan m.thyreohyoideus di sebelahh anterior terbentuk suatu celah berbentuk segitiga yang akan dilewati oleh n.laryngeus internus dan vasa laryngea superior dan vasa laryngea inferior berjalan ascendens di antara tepi caudal m.constrictor pharyngis inferior dan pangkal oesophagus.
M.stylopharyngeus mengadakan origo pada processus styloideus (pada sisi medial), berjalan oblique ke arah caudo-anterior dengan melewati celah diantara m.contrictor pharyngis superior dan m.constrictor pharyngis medius, bergabung dengan m.palatopharyngeus dan bersama-sama mengadakan insersi pada tepi posterior cartilago thyreoidea dan pada dinding pharynx.
M.palatopharyngeus berasal dari tepi posterior palatum durum dan aponeurose palatini, berjalan turun ke caudal di sebelah profunda m.constrictor pharyngis superior dan mencapai tepi posterior cartilago thyreoidea.
M.salpingopharyngeus berasal dari pars cartilaginis tuba auditiva dan berjalan turun untuk bergabung dengan m.palatopharyngeus. otot ini berada di sebelah dalam dari plicasalpingopharyngea.
3.3. Cavum pharyngis
Cavum pharyngis dibagi oleh palatum molle menjadi bagian cranial, disebut nasopharynx, dan bagian caudal yang terdiri atas cropharynx (dibelakang cavum oris) dan laryngopharynx (dibelakang larynx).
Nasopharynx
Merupakan bagian yang paling luas dari cavum pharyngis. Terletak di belakang cavum nasi dan cranialis dari palatum molle (palatum molle dapat dianggap membentuk lantai nasopharynx). Ruangan ini dapat dipisahkan sama sekali dari oropharynx dengan mengangkat palatum molle ke arah dinding posterior pharynx. kE arah anterior berhubungan dengan cavum nasi dengan melalui choanae. Bagian ini semata-mata dilalui oleh udara respirasi. Pada setiap dinding lateral nasopharynx terdapat muara dari tuba auditiva (tuba pharyngotympanica). Lubang ini terletak ssetinggi concha nasalis inferior dan dibatasi di sebelah postero-superior oleh torus tubarius, yaitu suatu penonjolan yang disebabkan oleh pars medialis dari tuba auditiva. Di sebelah dorsal dari tonjolan ini terdapat recessus pharyngeus (rosenmuelleri) yang berjalan vertikal. Pada ostium pharyngeum tubae auditivae terbentuk labium anterius dan labium posterior, dan labium posterius melanjutkan diri ke caudal pada plica salpingopharyngealis, yaitu suatu plica yang dibentuk oleh membrana mucosa yang membungkus m.salpingo pharyngeus.
Di bagian cranialis dinding posterior nasopharynx terdapat tonsilla pharyngea, yang bertumbuh sampai usia anak 6 tahun, lalu mengalami retrogresi. Bilamana terjadi hypetrophi maka nasopharynx dapat tertutup dan memberi gangguan respirasi. Di sebelah dorsal tuba auditiva terdapat kumpulan jaringan lymphoid yang membentuk tonsilla tubaria. Pembesaran dari tonsilla ini dapat menekan tuba auditiva dan menghalangi aliran udara yang menuju ketelinga bagian tengah. Pembesaran dari tonsilla pharyngea dan tonsilla tubaria akan membentuk adenoid.
Oropharynx
Terletak di sebelah dorsal cavum oris, di sebelah caudal dari palatum molle dan di sebelah cranialis aditus laryngis. Mempunyai hubungan dengan cavum oris melalui isthmus oropharyngeum (= isthmus faucium).
Batas lateral isthmus faucium dibentuk oleh arcus palatoglossus, yang melekat dari palatum molle menuju ke sisi lidah (kira-kira di bagian posterior pertengahan lidah). Di sebelah posteriornya lagi terdapat arcus palatopharyngeus yang berasal dari tepi posterior palatum molle menuju ke caudo-dorsal mencapai dinding lateral pharynx. Arcus palatopharyngeus, arcus palatopharyngeus dan bagian posterior sisi lingua membentuk fossa tonsillaris yang ditempati oleh tonsilla palatina.
Laryngopharynx
Bagian ini berada di sebelah dorsal larynx. Ke arah cranialis berhubungan dengan oropharynx (hubngan bebas) dan ke arah caudalis melanjutkan diri menjadi oesophagus. Aditus laryngis terletak pada dinding anterior laryngopharynx. Facies posterior dari cartilago arytaenoidea dan cartilago cricoidea membentuk dinding anterior laryngopharynx.
3.4. Vascularisasi, innervasi dan lymphonodus
Dinding pharynx mendapat suplai darah dari a.pharyngea ascendens (sebagai cabang dari a.carotis externa), a.palatina ascendens (cabang dari a.facialis) dan a.palatina major (cabang dari a.maxillaris).
Pembuluh vena membentuk plexus pharyngeus pada dinding posterior dan dinding lateral pharynx dan memberi aliran darahnya kepada v.jugularis interna.
Innervasi motoris untuk otot-otot pharynx diperoleh dari plexus pharyngeus terkecuali m.stylopharyngeus yang mendapatkan innervasi dari r.muscularis n.glossopharyngeus. kelenjar pharyngealis (terutama pada nasopharynx) mendapatkan serabut secretomotoris dari r.pharyngealis yang dikeluarkan oleh ganglion pterygopalatinum.
Innervasi sensibel untuk membrana mucosa diperoleh dari plexus pharyngeus.
4. Tonsilla Palatina
Adalah jaringan lymphatica yang terdapat di antara plica palatoglossus dan plica palatopharyngeus. Jaringan lympatica ini tidak menempati seluruh rongga yang ada sehingga di antara tonsilla palatina dengan arcus palatoglossus terdapat suatu celah yang dinamakan fossa supratonsillaris (di bagian cranialis tonsilla palatina). Lapisan mucosa yang menutupi tonsilla akan menyilang fossa supratonsillaris membentuk plica semilunaris dan melanjutkan diri ke caudal membentuk plica triangularis. Di antara plica triangularis dengan permukaan tonsilla terdapat celah yang dinamakan sinus tonsillaris. Pada anak-anak bentuk tonsilla palatina secara relatif lebih besar daripada usia dewasa. Permukaan medialnya bebas, kecuali bagian anterior yang ditutupi oleh plica triangularis. Permukaan lateral atau facies profunda melekat pada suatu kapsula yang melanjutkan diri menjadi plica triangularis. Dipisahkan oleh suatu jaringan ikat dari permukaan m.constrictor phatyngis superior, dan otot ini sendiri berada di antara tonsilla dengan an,facialis beserta cabang-cabangnya (r.tonsillaris dan r.palatinus ascendens). Arteri carotis interna terletak di bagian postero-lateral tonsilla palatina pada jarak 20 – 25 mm.
Tonsilla palatina merupakan bagian dari lingkaran/cincin waldeyer, yakni suatu cincin yang dibentuk oleh tonsilla lingualis (dibagian posterior dari lingua), tonsilla palatina dan tonsilla tuberia (dibagain lateral) dan tonsilla pharyngea (dibagian dorsal pada dinding dorsal pharynx).
Vascularisasi pada tonsilla palatina diperoleh dari ramus tonsillaris, sebagai cabang dari a.facialis, yang berjalan dengan menembusi m.constrictor pharyngis superior dan masuk melalui facies lateralis tonsilla. Tonsilla mendapat juga aliran darah dari cabang-cabang a.lingualis, a.palatina ascendens dan a.pharyngea ascendens.
Aliran darah venous mengalir dalam satu atau beberapa buah vena tonsillaris, termasuk v.palatina externa (v.paratonsillaris). pembuluh-pembuluh vena ini terletak pada permukaan lateral dan menembusi m.constrictor pharyngis superior dan bermuara ke dalam vena facialis. Pada tindakan tonsillaectomi pembuluh-pemnuluh menuju ke lymphonodus cervicalis profundus, terutama pada gugusan superior termasuk disini l.n.jugulodigastricus (setinggi cornu majus ossis hyoidei).
Innervasinya diperoleh dari n.glossopharyngeus dan dari n.palatinus minor.
5. N. trigeminius ( NV )
Merupakan nervus cranialis yang terbesar. Mempunyai radix motoris (yang kecil) dan radix sensibel (yang besar). Radix sensibel masuk ke dalam ganglion semilunare gasseri dari sisi posterior, dan dari sisi anterior ganglion ini keluar n.ophthalmicus, n.maxillaris dan n.mandibularis. Ganglion semilunare Gasseri (= ganglion trigemini) adalah homolog dengan ganglion spinale serta dibentuk oleh sel-sel pseudo-unipolar.
Radix motoris berjalan di sebelah profunda dari ganglion semilunare dan bergabung dengan n.mandibularis, meninggalkan cavum cranii melalui foramen ovale.
N.Ophthalmicus merupakan cabang pertama dari N.Trigeminus, berjalan melalui fissura orbitalis superior masuk ke dalam orbita; berada pada dinding lateral sinus cavernosus, di sebelah inferior N.III dan N.IV. bersifat sensibel untuk bulbus oculi, conjunctiva, glandula lacrimalis, sebagian dari membrana mucosa cavum nasi dan sinus paranasalis, kulit pada dahi, palpebra dan hidung. Pada saraf ini akan bergabung serabut saraf sympathis dari plexus cavernosus.
Percabangan dari n.ophthalmicus antara lain :
1. n.lacrimalis yang mempunyai bentuk paling kecil dari antara percabangan lainnya, masuk ke dalam orbita dengan melewati fissura orbitalis superior, melayani glandula lacrimalis dan conjunctiva. Menerima serabut parasympathis postganglioner dari ganglion pterygopalatina yang diperruntukkan kepada glandula lacrimalis (serabut preganglioner dibawa oleh n.petrosus major dan nervus vidianus yang dipercabangkan oleh N.facialis).
2. n.frontalis yang merupakan cabang yang terbesar berjalan melalui fissura orbitalis superior untuk ke dalam orbita, selanjutnya bercabang dua membentuk n.supratrochlearis dan n.supraorbitalis.
3. n.nasociliaris masuk ke dalam orbita bersama-sama dengan N.Oculomotorius
N.maxillaris adalah cabang ke dua dari N.Trigeminus, bersifat sensibel dan melayani kulit bagian medial wajah, palpebra inferior, sisi hidung dan labium superius; juga melayani mucosa nasopharynx, palatum molle, tonsilla, atap cavum oris, gingvasuperior dan gigi. Serabut saraf berjalan horizontal ke arah rostral dan berada pada dinding lateral sinus cavernosus, selanjutnya berjalan melalui foramen rotundum meninggalkan cavum cranii. Dari sini saraf tersebut berjalan menyilang fossa pterygoidea dan masuk ke dalam orbita dengan melalui orbitalis inferior. Berada di dalam sulcus infraorbitalis sebagai n.infraorbitalis, keluar melalui foramen infra orbitalie, dan melayani kulit pada wajah seperti yang telah diuraikan di atas tadi.
Percabangan dari n.maxillaris dapat dibagi kedalam 4 kelompok, yaitu di dalam cranium, di dalam fossa pterygopalatina, di dalam canalis infraorbitalis dan pada wajah. Cabang-cabang yang dimaksud adalah n.meningeus medius di dalam cavum cranii; di dalam fossa pterygopalatina adalah cabang n.zygomaticus (= n.orbitalis) yang akan berjalan melalui fissura orbitalis inferior masuk ke dalam orbita, bercabang dua membentuk r.zygomaticotemporalis dan r.zygomaticofacialis.
Cabang yang lain adalah nn.pterygopalatini yaitu dua buah saraf pendek yang bergabung dengan ganglion pterygopalatinum, dan kemudian bercabang-cabang lagi membentuk beberapa cabang, percabangan ini dapat dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing (a) orbitalis, (b) palatinum, (c) kuadran postero-superior nasi dan (d) pharynx.
Rr.orbitalies yang menuju ke orbita dengan melewati fissura orbitalis inferior, melayani periosteum.
N.palatinus major (= n.palatinus anterior) brjalan melalui canalis pterygopalatinus menembusi palatum durum dengan melewati foramen palatinum majus dan membentuk beberapa percabangan, salah satu yang terpanjang berjalan ke anterior sampai sejauh gigi incisivus. Melayani gingva dan mucosa pada paltum durum serta bagian dari paltum molle yang berdekatan.
Rr.nasales posteriores superiores berjalan melalui foramen sphenopalatinum masuk ke dalam pars posterior cavum nasi, melayani mucosa concha nasalis superior et medius dan pars posterior septum nasi.
R.pharyngeus (= n.pterygopalatinus) meninggalkan ganglion pterygopalatinum (= ganglion sphenopalatinum) dari bagian posterior menuju ke nasopharynx.
Rr.alveolares superiores posteriores yang dipercabangkan sebelum saraf induk masuk ke dalam fissura infraorbitalis, melayani mucosa pada sinus maxillaris dan gigi molar atas.
Percabangan di dalam canalis infraorbitalis adalah sebagai berikut :
R.alveolaris superior medius dipercabangkan di bagian posterior canalis infraorbitalis, berjalan hee arah caudo-anterior pada dinding lateral sinus maxillaris dan melayani ke dua gigi premolar.
Membentuk plexus dentalis superior bersama dengan r.alveolaris superior posterior dan r.alveolaris superior anterior.
R.alveolaris superior anterior yang dipercabangkan sebelum saraf induk meninggalkan foramen infraorbitalis, menuju ke dinding anterior sinus maxillaris, melayani gigi caninus dan incisivus.
N.infraorbitalis keluar melalui foramen infraorbitalis dan memberi percabangan untuk wajah, seperti rr.palpebrales inferiores, rr.nasales externi dan rr.labiales superior (membentuk plexus infraorbitalis bersama-sama dengan cabang dari n.facialis).
N.mandibularis (= n.maxillaris inferior) sebagai cabang ketiga dari nervus trigeminus dan merrupakan cabang yang terbesar. Cabang ini yang disebut mixednerve karena mempunyai radix sensibel (portio major) dan radix motoris (portio minor).
Komponen sensibel melayani kuulit pada regio temporalis, auricula, meatus externus, pipi, labium inferius dan bagian inferior wajah, membrana mucosa dari pipi, lidah, cellulae ethmoidales; gingva dan gigi pada rahang bawah ; mandibula dan articulatio temporomandibularis; sebagian dari dura mater dan cranium. Komponen motoris melayani otot-otot mastikasi, m.myolohyoideus, m.digastricus venter anterior, m.tensor velipalatini dan m.tensor tympani.
Saraf ini (radix sensibel dan radix motoris) meninggalkan foramen ovale. Ganglion oticum berada dekat pada permukaan medial n.mandibularis. percabangan dari n.mandibularis adalah sebagai berikut :
1. R.meningeus (= n.spinosus) berjalan melalui foramen spinosum masuk kembali ke dalam cavum cranii, melayani dura mater dan cellulae mastoideae
2. N.pterygoideus medialis berjalan menembusi ganglion oticum, berada pada permukaan profunda otot bersangkutan, dan memberi percabangannya untuk tensor tympani.
3. N.massetericus yang berjalan ke lateral di atas m.pterygoideus lateralis, menyilang m.masseter dan memasukinya dekat pada origonya.
4. Nn.temporales profundi biasanya berjumlah dua buah, anterior dan posterior.
5. N.pterygoideus lateralis yang memasuki otot bersangkutan dari sebelah profundanya.
6. N.buccalis berjalan di antara kedua caput m.pterygoideus lateralis sampai pada permukaannya, mengikuti atau menembusi pars inferior m.temporalis. mengadakan suatu anastomose dengan r.buccalis nervi facialis, melayani kulit pipi pada daerah tersebut.
7. N.auriculotemporalis biasanya ada dua cabang yang akan berrsatu setelah melingkari m.meningea media dekat pada foramen spinosum. Berjalan ke arah posterior pada permukaan dalam dari m.pterygoideus lateralis, mengikuti sisi medialis collum mandibulae, lalu mengikuti a.tempoalis superficialis berada di antara auricula dan proc.condyloideus mandibulae dan ditutupi oleh glandula parotis. Membentuk beberapa percabangan dan mengadakan anastomose dengan :
N.Facialis
• Cabang tersebut berjalan ke anterior mulai dari bagian dorsal collum mandibulae, dan bergabung dengan N.Faciadi dalam glandula parotis pada tepi posterior m.masseter. mengandung komponen sensibel dan berjalan bersama dengan r.zygomaticus, r.buccalis dan r.mandibularis nervi facialis untuk melyani kulit di daerah bersangkutan.
Ganglion Oticum
• Serabut dari ganglion ini bergabung dengan a.auriculo tempoalis dekat pada pangkalnya. Mengandung serabut post ganglioner parasympathis, yang mana serabut preganglioner untuk ganglion tersebut berasal dari N.Glossopharyngeus ; melayani glandula parotis sebagai serabut secretomotoris.
8. N.lingualis pada mulanya berada di sebelah profunda m.pterygoideus lateralis, lalu berjalan paralel di sebelah anterior n.alveolaris inferior. Menerima chorda tympani, berjalan di antara m.pterygoideus medialis dan mandibula, selanjutnya menyilang m.constrictor pharyngis superior dan m.styglossus dan mencapai sisi lidah. Berada di antara m.hyoglossus dan permukaan dalam glandula submandibularis, melingkari ductus submandibularis menuju ke apex linguae. Chorda tympani sebagai cabang dari N.Facialis bergabung dengan n.lingualis dengan membentuk sudut yang lancip, kira-kira 1 – 2 cm di sebelah caudal foramen ovale, mengandung serabut sensoris bagi 2/3 bagian anterior lidah dan serabut sectoris (preganglioner parasympathhis) bagi ganglion submandibulare.
9. N.alveolaris inferior berjalan bersama-sama dengan a.alveolaris inferior, pada mulanya berada di sebelah profunda m.pterygoideus lateralis, lalu berjalan di antara ligamentum sphenomandibulare dan ramus mandibulae, menuju ke foramen mandibulare, berjalan di dalam canalis mandibularis sampai pada foramen mentale dan memberi dua buah cabang terminal, yaitu ramus incisivus dan n.mentalis.
6. SISTEMA LYMPATHICA COLLI FACIALIS
Gugusan superficialis berjalan mengikuti vena superficialis dan gugusan profunda berjalan mengikuti arteria atau seringkali mengikuti vena profunda.
Gugusan superficialis membentuk suatu lingkaran pada perbatasan leher dan kepala yang dinamakan lingkaran pericervicalis atau cervical Collar, meliputi l.n.occipitalis, l.n.mastoideus (l.n.retro auricularis), l.n.preauricularis (l.n.parotideus superficialis), l.n.parotideus profundus, l.n.submandibularis dan l.n.submentalis.
L.n.occipitalis terletak pada serabut-serabut cranialis m.trapezius, ditembusi oleh v.occipitalis, kira-kira 2,5 cm di sebelah infero-lateralis inion. Menerima aliran lymphe dari bagian belakang kepala dan mengirimkannya kepada lymphonodi cervicales profundi dengan melewati bagian profunda m.sternocleidomastoideus.
L.n.pre-auricularis terletak pada glandula parotis sepanjang vena temporalis superficialis dan vena facialis transversa. Menerima pembuluh afferen dan kepala (scalp), auricula, palpebra dan pipi. Dan mengirim pembuluh afferen menuju ke l.n.cervicalis superficialis.
L.n.submentalis berada di antara kedua venter anterior m.digasticus, pada permukaan inferior dari m.mylohyoideus, membawa lymphe dari lidah bagian tengah (juga apex lingua) dan dari labium inferius.
L.n.submandibularis biasanya dikelompokkan pada gugusan superficialis, meskipun membawa drainage dari lidah dan glandula submandibulare. Lymphonodus ini terletak pada vena facialis di sebelah caudal dari mandibula, dimana vena ini menerima v.retromandibularis. pembuluh efferen membawa aliran lymphe menuju ke l.n.cervicalis profundus pars cranialis.
Masih ada lymphonodus lainnya, yaitu l.n.facialis yang merupakan perluasan ke cranialis dari l.n.submandibularis dengan mengikuti vena facialis, berada pada facies.
L.n.cervicalis anterior berada sepanjang v.jugularis anterior, menerima lymphe dari bagian tengah (linea mediana) leher dan mengalirkan lymphenya menuju ke l.n.cervicalis profundus; gugusan ini dapat dianggap menerima afferen dari l.n.submentalis.
L.n.cervicalis superficialis berada sepanjang v.jugularis externa. Menerima aliran lymphe dari kulit pada angulus mandibulae, regio parotis bagian caudal dan telinga, dan membawa aliran lymphenya menuju ke l.n.cervicalis profundus. Semua lymphonodi akan memberi aliran lymphenya kepada l.n.cervicalis profundus. Diantara gugusan superficial dan gugusan profunda terdapat gugusan intermedis, yang terdiri atas :
• L.n.infrahyoideus yang berada pada membrana thyreo-hyoidea, menerima afferen yang berjalan bersama-sama dengan a.laryngea superior dan berasal dari larynx di bagian cranialis plica vocalis.
• L.n.prelaryngealis yang berada pada ligamentum cricothyreoideum, menerima lymphe dari larynx di bagian cranialis plica vocalis, berada pada vasa thyreoidea superior.
• L.n.paratrachealis yang berada pada celah di antara trachea dan oesophagus, menerima lymphe dari glandula thyreoidea dan struktur di sekitarnya, pembuluh efferennya mengikuti vasa thyreoidea inferior menuju ke l.n.cervicalis profundus (dan l.n.mediastinalis superior).
L.n.cervicalis profundus terletak di sebelah profunda m.sternocleidomastoideus sepanjang carotid sheath. Terdiri atas banyak lymphonodus, berada pada vena jugularis interna, mulai dari basis cranii sampai di sebelah cranialis clavicula dan dibagi oleh venter inferior m.omohyoideus menjadi gugusan superior dan gugusan infeior.
Gugsan superior atau l.n.cervicalis profundus pars superiro tereltak di sebelah cranialis cartilago thyreoidea, menerima afferen dari cavum cranii, regio pterygoidea, l.n.parotideus dan l.n.submandibularis, radix linguae, pars cranio-lateralis glandula thyreoidea, larynx dan pharynx bagian caudal. Mengirimkan efferennya menuju ke l.n.cervicalis profundus pars inferior. Terdapat perluasan dari l.n.cervicalis profundus pars superior yang menuju ke arah medial dan membentuk l.n.retropaharyngealis (berada di dalam spatium retropharyngeum), menerima lymphe dari nasopharynx, tuba auditoria dan dari vertebra cervicalis, mengirimkan lymphenya menuju kepada l.n.cervicalis profundus pars superior dengan mengikuti vena pharyngealis. L.n.cervicalis profundus pars superior dan juga dari l.n.cervicalis superficialis, pars caudalis glandula thyreoidea, larynx bagian cudal, trachea pars cervicalis dan oesophagus. Pembuluh-pembuluh efferen membentuk sebuah pembuluh besar (jugular trunk) dan bermuara ke dalam ductus thoracicus (dibagian kiri) serta ductus lymphaticus dexter (bagian kanan).
Pada tempat persilangan antara m.digastricus dan vena jugularis interna trdapat l.n.juguladigastricus.
Gugusan lymphonodus yang terletak di sebelah cranialis venter inferior m.omhyoideus pada saat otot ini menyilang v.jugularis interna membentuk l.n.jugulo-omohyoideus.
7. Oesophagus
Oesophagus pars cervicalis merupakan lanjutan dari pharynx yang dimulai setinggi vertebra Cervicalis 6 atau cartilago cricoidea sampai pada tepi superior manubrium sterni. Pada mulanya berada pada linea mediana, selanjutnya berjalan turun dan terletak agak ke kiri. Di sebelah anteriornya terdapat trachea, permukaan posterior lobus lateralis glandula thyreoidea, n.recurrens, ujung terminal a.thyreoidea inferior dan ductus thoracicus.
Di sebelah lateral terdapat carotid sheath. Di sebelah dorsal dibatasi oleh fascia prevertebralis, dan fascia ini memungkinkan oesophagus serta trachea bergerak dengan bebas pada waktu menelan dan pada waktu phonasi (bersuara). Mendapat suplai darah dari a.thyreoidea inferior; aliran darah nevous dibawa oleh vena thyreoidea inferior. Cairan lymphe dibawa ke l.n.paratrachealis dan selanjutnya menuju ke l.n.cervicalis profundus.
8. PROSES DEGLUTITIO
Terdiri atas dua fase, yaitu fase voluntary (dipengaruhi kemauan) dan fase involuntary (reflex). Selama fase volunter bolus makanan didorong ke dorsal oleh lingua menuju ke isthmus faucium. Selanjutnya diikuti oleh fase involunter dengan tanda-tandanya sebagai berikut :
• isthnus faucium menutup
• palatum molle terangkat dan memisahkan (menutup) nasopharynx dari oropharynx
• larynx terangkat dan aditus laryngis menutup
• kontraksi otot-otot constrictor pharyngis serta relaksasi m.cricopharyngeus
• kontraksi oesophagus yang mendorong bolus makanan menuju ke gaster.
Selama fase volunter makanan dirubah bentuknya menjadi bolus oleh proses mastikasi dengan bantuan saliva, kemudian dengan perantaraan kontraksi m.styloglossus dan otot-otot intrinsic linguae bolus makanan didorong ke dorsal.
Kegiatan ini dibantu oleh otot-otot yang mengangkat os hyoideum, seperti m.nyolohyoideus, m.digastricus dan m.styloideus. di sini terjadi peralihan peranan saraf dan serabut somato efferen nervi hypoglossi kepada serabut special visceral afferen (serabut efferen branchialis) dari nervus mandibularis dan nervus facialis.
Selama fase involunter terjadi penutupan dari isthmus oropharyngeus yang dilakukan oleh kontraksi m.palatoglossis dan m.palatopharyngeus, yang berada di bawah pengaruh nervus vagus dan nervus accessorius (serabut branchio efferen dari nucleus ambiguus).
Pentutpan isthmus oropharyngeus disempurnakan oleh diangkatnya dorsum linguae dan ini merupakan akhir dari fase pertama tadi. Selanjutnya palatum molle terangkat oleh kontraksi m.levator veli palatini yang dibantu oleh m.tensor veli palatini, dan penutupan/pemisahan nasopharynx dari oropharynx disempurnakan oleh kontraksi m.palatopharyngeus dan m.contrictor pharyngis superior, kedua otot ini membentuk “Passavent’s bar”.
Bersamaan dengan pemisahan nasopharynx dari oropharynx maka larynx terangkat ke cranialis yang terutama dilakukan oleh kontraksi m.palatopharyngeus dan m.stylopharyngeus. dengan terangkatnya larynx maka epiglottis terdorong ke dorsal menutupi aditus laryngis, yang dikerjakan oleh kontraksi m.aryepiglotticus. aditus laryngis dipersempit oleh kontraksi otot-otot intrinsic laryngis. Perbahan posisi dari epiglottis dan terangkatnta larynx membentuk suatu “lateral food channel”. Gerakan larynx ke cranialis diikuti oleh kontraksi m.constrictor pharyngis yang akan mendorong bolus masuk ke dalam oesophagus.
M.cricopharyngeus yang selalu berada dalam keadaan kontraksi dan menutup pangkal oesophagus dengan tujuan mencegah udara masuk ke dalam gaster akan segera mengalami relaksasi sehingga bolus makanan dapat masuk ke dalam oesophagus. Lalu diikuti dengan kontraksi otot-otot oesophagus, dan ini menandakan akhir dari fase deglutitio atau dapat dianggap sebagai fase ketiga dari proses deglutitio (merupakan bagian terakhir dari fase involuntary).
Dengan gerakan peristaltik oesophagus maka bolus makanan akan turun dan masuk ke dalam gaster.
Pada bayi letak epiglottis masih tinggi dan mencapai nasopharynx sehingga sambil minum ( A S I / mengisap susu) dia dapat menarik napas tanpa gangguan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar