SURVEI KEBIASAAN MEROKOK PADA MAHASISWA FASE PROFESI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2008
VHIAT-ACCUNK---FK.UNHAS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan hal yang sangat merugikan bagi kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. Angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh merokok ini cenderung meningkat di seluruh dunia, terutama di negara-negara yang sedang berkembang.1
Pada tahun 1996, Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) bersama-sama dengan International Olympic Committee (IOC) dan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) telah mengeluarkan deklarasi bersama yang antara lain menyatakan bahwa lingkungan bebas asap rokok merupakan faktor yang penting dalam perkembangan olahraga, kebudayaan dan setiap tanggal 31 Mei telah ditetapkan sebagai hari tidak merokok sedunia.1
WHO memperkiraan bahwa dewasa ini terdapat sekitar 1,1 milyar perokok di seluruh dunia, dimana 300 juta diantaranya ada di negara maju, yang terdiri dari 200 juta perokok pria dan 100 juta perokok wanita. Jadi, di negara berkembang jumlahnya hampir 3 kali lipat daripada di negara maju, yaitu sekitar 800 juta orang, yang terdiri dari 700 juta perokok pria dan 100 juta perokok wanita. Hampir setengah (48%) penduduk berjenis kelamin laki-laki di dunia ini adalah perokok, dan sekitar 12% wanita mempunyai kebiasaan merokok.1
Sekitar 4,9 juta orang di negara berkembang meninggal dunia karena rokok pada tahun 2003. Bahkan di seluruh dunia, tingkat kematian akibat rokok justru lebih besar ketimbang kematian karena malaria, kematian maternal, penyakit-penyakit yang sering menyerang anak-anak dan tuberkulosis. Maka dari itu, para ahli kesehatan dunia memperkirakan tahun 2030 sekitar 10 juta orang mati akibat rokok dan 70 persen terjadi di negara berkembang. Selain itu, rokok sangat dekat dengan narkoba yang akan menghancurkan masa depan generasi penerus bangsa.2
Di Amerika Serikat, kurang lebih 10% dari penduduk mulai terbiasa merokok pada saat mereka berumur sekitar 10 tahun. 65% perokok mulai kecanduan merokok pada saat mereka berada di sekolah menengah. Sedangkan di Inggris separuh perokok yang mulai merokok sejak remaja meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok dan di Amerika angka kematian penduduk akibat merokok adalah 701 per 100.000.1
The ASEAN Tobacco Control Report Card dalam laporannya tahun 2007 menyebutkan, jumlah perokok di Asean mencapai 124,69 juta orang dan Indonesia penyumbang perokok terbesar dengan jumlah 57,56 juta (46,16%) perokok. Negara Asean tercatat sebagai penyumbang kematian hampir 20%, dan Indonesia merupakan yang terbesar. Sementara itu survei WHO tentang prevalensi merokok di Asia juga menunjukkan bahwa perokok di Indonesia khususnya pria, paling tinggi mencapai 69%, melebihi Tiongkok (53,4%), India (29,4%), dan Thailand (39,3%).2
Di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, 22,9% dari penduduk berumur 10 tahun ke atas berstatus sebagai perokok yang merokok setiap hari. Kebiasaan merokok penduduk sudah dimulai pada umur remaja dimana 53,2% dari mereka yang merokok memulai kebiasaan merokok pada umur 15-19 tahun. Bahkan, sebanyak 0,55% dari mereka telah mulai merokok pada umur 5-9 tahun, suatu umur yang masih sangat muda.1
Di sejumlah negara, baik di negara maju maupun kawasan ASEAN, konsumsi rokok mengalami penurunan, kecuali di Indonesia. Pertumbuhan perokok di Indonesia malah meningkat tajam. WHO memperkirakan bahwa 59% pria berumur di atas 10 tahun di Indonesia telah menjadi perokok harian. Diperkirakan, konsumsi rokok Indonesia setiap tahun mencapai 199 miliar batang rokok atau urutan ke-5 setelah RRC (1.679 milyar batang), AS (480 milyar batang), Jepang (230 milyar batang), dan Rusia (230 milyar batang). Dalam sepuluh tahun terakhir, konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 44,1% dan jumlah perokok mencapai 70% penduduk Indonesia. Yang lebih menyedihkan lagi, 60% di antara perokok adalah kelompok berpenghasilan rendah. Tingginya konsumsi merokok dipercaya bakal menimbulkan implikasi negatif yang sangat luas, tidak saja terhadap kualitas kesehatan, tetapi juga menyangkut kehidupan sosial dan ekonomi.3
Sekitar 60% penduduk Indonesia berada di pedesaan dan sisanya di perkotaan. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) 1995 dan 2001 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang merokok di pedesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Propinsi dengan persentase penduduk pedesaan yang merokok paling tinggi berturut-turut adalah Lampung (32%), Jawa Barat (31%), Kalimantan Barat (31%), dan Bengkulu (30%). Propinsi dengan persentase penduduk perkotaan yang merokok paling tinggi adalah Jawa Barat, NTB, dan Lampung. Lampung dan Jawa Barat juga menjadi propinsi dengan persentase penduduk yang merokok paling tinggi secara nasional, sedangkan paling rendah adalah Bali. Dalam kaitan dengan penyuluhan anti rokok, kedua propinsi itu perlu mendapat perhatian.4
Tingkat pendidikan penduduk Indonesia sangat beragam. Ada yang tidak sekolah/tidak tamat Sekolah Dasar (SD), ada yang tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, dan ada pula yang berijazah Akademi/Universitas. Perilaku merokok akan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap seseorang terhadap rokok, dan pendidikan menjadi latar belakangnya.4
Survei secara nasional tersebut juga menunjukkan bahwa pria yang tidak sekolah/tidak tamat SD merupakan perokok terbanyak. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin sedikit yang jadi perokok. Sedangkan wanita hanya sedikit yang jadi perokok. Survei yang sama juga menemukan bahwa laki-laki remaja lebih banyak menjadi perokok dan hampir dua pertiga dari kelompok umur produktif adalah perokok. Selama 5 tahun, telah terjadi peningkatan kebiasaan merokok pada semua kelompok umur pria, sedangkan pada wanita terjadi penurunan.5
Pada pria, prevalensi perokok tertinggi adalah kelompok umur 25-29 tahun. Hal ini terjadi karena jumlah perokok pemula jauh lebih banyak dari perokok yang berhasil berhenti merokok dalam satu rentang populasi penduduk. Sebagian besar perokok mulai merokok pada umur kurang dari 20 tahun dan separuh dari laki-laki umur 40 tahun ke atas telah merokok selama 30 tahun atau lebih. Lebih dari separuh perokok mengkonsumsi minimal 10 batang rokok per hari.5
Hasil penelitian menunjukkan hampir 70% perokok Indonesia mulai merokok sebelum mereka berumur 19 tahun. Banyaknya perokok pemula di kalangan anak-anak dan remaja mungkin karena mereka belum mampu menimbang bahaya merokok bagi kesehatan dan dampak adiktif yang ditimbulkan nikotin. Perokok mungkin beranggapan bahwa mereka sendirilah yang menanggung semua bahaya dan risiko akibat kebiasaannya, tanpa menyadari bahwa sebenarnya mereka juga memberikan beban fisik dan ekonomi pada orang lain di sekitarnya sebagai perokok pasif.4
Pada penelitian Quit Tobacco Indonesia 6, menunjukkan hasil yang sangat memprihatinkan untuk para dokter. Dalam penelitian terungkap 19,9% dokter laki-laki masih merokok. Adapun dokter laki-laki yang pernah merokok sebesar 68,7%, sementara dokter perempuan jumlahnya lebih sedikit, yakni 7,1%. Untuk dokter laki-laki hanya 31,3% yang tidak pernah merokok. Selain itu, Quit Tobacco Indonesia juga meneliti perilaku merokok di kalangan mahasiswa kedokteran. Penelitian dilakukan terhadap 1.790 mahasiswa kedokteran (617 mahasiswa laki-laki dan 1.173 mahasiswa perempuan) di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan Universitas Islam Indonesia. Hasilnya, mahasiswa kedokteran yang saat ini merokok sebanyak 18,8% dari 617 mahasiswa laki-laki dan 0,01% dari 1.173 mahasiswa perempuan. Kemudian 46% mahasiswa laki-laki tidak pernah merokok dan 54% menyatakan pernah merokok. Dari beberapa aspek di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kebiasaan merokok mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2008.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah ini adalah bagaimana kebiasaan merokok mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2008.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran kebiasaan merokok mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2008.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk memperoleh informasi mengenai prevalensi perokok dan bukan perokok pada mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin tahun 2008.
2. Untuk memperoleh informasi mengenai distribusi dan frekuensi berdasarkan karakteristik demografi pada mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang merokok.
3. Untuk memperoleh informasi mengenai distribusi dan frekuensi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok seperti umur mulai merokok, alasan pertama kali merokok, jenis rokok yang dikonsumsi, intensitas merokok, waktu merokok dan lingkungan keluarga pada mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang merokok.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi atau menjadi bahan masukan bagi instansi-instansi terkait untuk perencanaan program kesehatan dan pembuat keputusan dalam usaha mengurangi kebiasaan merokok dalam masyarakat pada umumnya dan pada mahasiswa kedokteran pada khususnya.
2. Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi kepada mahasiswa kedokteran pada umumnya dan mahasiswa fase profesi pada khususnya bahwa kebiasaan merokok dapat menurunkan derajat kesehatan bagi individu itu sendiri maupun bagi orang lain.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi pada institusi pendidikan bidang kesehatan dalam mengkaji lebih jauh kebiasaan merokok dalam kaitannya dengan kesehatan.
4. Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan menjadi salah satu masukan bagi peneliti selanjutnya.
5. Bagi peneliti sendiri merupakan pengalaman yang paling berharga dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang rokok yang sangat merugikan bagi kesehatan serta pengembangan diri melalui penelitian lapangan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rokok
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok.7
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok.8
a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus :
• Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
• Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
• Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
• Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
b. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi :
• Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
• Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
• Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan menyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
c. Rokok berdasarkan proses pembuatannya :
• Sigaret Kretek Tangan (SKT) : rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.
• Sigaret Kretek Mesin (SKM) : rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya, dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.
d. Rokok berdasarkan penggunaan filter :
• Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
• Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.
2.2 Kebiasaan Merokok
Ada banyak alasan dan faktor yang mempengaruhi sehingga kebiasaan merokok dapat bertahan, yaitu : 9
1. Pengaruh Orang tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif dengan penekanan pada falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri", dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu sebagai perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak di dapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok bila ibu mereka merokok daripada ayah yang merokok, hal ini lebih terlihat pada remaja putri.
2. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok.
3. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah.
4. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.
Didalam kamus Psikologi disebutkan bahwa perilaku mempunyai empat arti yaitu : 10
a. Beberapa respon yang dilakukan organisme
b. Sebagai salah satu respon spesifik dari seluruh pola respon
c. Suatu kegiatan atau aktifitas
d. Suatu gerakan atau beberapa gerakan yang kompleks
Dari definisi diatas, perilaku merokok merupakan beberapa dilakukan oleh organisme, termasuk perilaku membeli, menghisap, dan menghembuskan asap rokok. Dapat pula sebagai salah satu respon spesifik dari seluruh respon, misalnya seorang dewasa merokok karena percaya bahwa dengan merokok akan membantu mengurangi kadar stres yang dialaminya.10
Daniel Horn, Direktur The National Clearing House for Smoking and Health melakukan survei atas 5000 perokok untuk mengetahui alasan-alasan mereka merokok. Daniel Horn menemukan bahwa 10% perilaku merokok dilakukan untuk obat perangsang (stimultant) sedangkan 8% hanya sekedar untuk iseng-iseng mengepulkan asap, 30- 40% merokok untuk bisa merasa santai, dan 40–50% merokok untuk meringankan kecemasan dan ketegangan. Banyak dari golongan ini yang menjadi pecandu dan perokok berat. Surjorahardjo mengatakan bahwa 40% dari perokok-perokok adalah perokok berat.10
Mu’tadin membagi tipe perokok berdasarkan jumlah rokok yang dihisapnya setiap hari, yaitu : 9.10
1. Perokok sangat berat adalah perokok yang menghabiskan lebih dari 30 batang rokok tiap harinya dengan selang merokok lima menit setelah bangun tidur pagi hari.
2. Perokok berat adalah perokok yang menghabiskan 21-30 batang rokok setiap hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur pagi hari.
3. Perokok sedang menghabiskan 11-20 batang rokok dengan selang waktu merokok 31-60 menit setelah bangun tidur pagi hari.
4. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.
Menurut Silvan Tomkins ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, ke empat tipe tersebut adalah :9,11
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green menambahkan ada 3 sub stipe ini, yaitu :
a. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.
b. Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
c. Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.
3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut sebagai psychological Addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.
Indikator perilaku merokok yang biasanya muncul pada perokok, yaitu aktivitas fisik, aktivitas psikologis, dan intensitas merokok cukup tinggi, yaitu : 10
1. Aktivitas Fisik, merupakan perilaku yang ditampakkan individu saat merokok. Perilaku ini berupa keadaan individu berada pada kondisi memegang rokok, menghisap rokok, dan menghembuskan asap rokok.
2. Aktivitas Psikologis, merupakan aktivitas yang muncul bersamaan dengan aktivitas fisik. Aktivitas psikologis berupa asosiasi individu terhadap rokok yang dihisap yang dianggap mampu meningkatkan :
a. Daya konsentrasi
b. Memperlancar kemampuan pemecahan masalah
c. Meredakan ketegangan
d. Meningkatkan kepercayaan diri
e. Penghalau kesepian
3. Intensitas merokok cukup tinggi, yaitu seberapa sering atau seberapa banyak rokok yang dihisap dalam sehari. Tiga aktivitas tersebut cenderung muncul secara bersamaan walaupun hanya satu atau dua aktivitas psikologis yang menyertainya.
2.3 Dampak dari Kebiasaan Merokok
Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat rokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih ditolerir oleh masyarakat. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8-20 mg nikotin dan setelah dibakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25%. Walau demikian jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manUmur.7,11,12
Nikotin diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian terbagi ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan serotonin. Meningkatnya serotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin.11
Efek dari rokok/tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat.11
Beberapa risiko kesehatan bagi perokok berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004 antara lain :11
• Di Indonesia rokok menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit paru kronik dan emfisema pada tahun 2001.
• Rokok merupakan penyebab dari sekitar 5 % stroke di Indonesia.
• Wanita yang merokok mungkin mengalami penurunan atau penundaan kemampuan hamil, pada pria meningkatkan risiko impotensi sebesar 50%.
• Ibu hamil yang merokok selama masa kehamilan ataupun terkena asap rokok dirumah atau di lingkungannya berisiko mengalami proses kelahiran yang bermasalah.
• Seorang bukan perokok yang menikah dengan perokok mempunyai risiko kanker paru sebesar 20-30% lebih tinggi daripada mereka yang pasangannya bukan perokok dan juga risiko mendapatkan penyakit jantung.
• Lebih dari 43 juta anak Indonesia berUmur 0-14 tahun tinggal dengan perokok di lingkungannya mengalami pertumbuhan paru yang lambat, dan lebih mudah terkena infeksi saluran pernafasan, infeksi telinga dan asma.
Disamping itu beberapa penyakit akibat merokok menurut Badan POM RI antara lain: 11
• Penyakit jantung dan stroke.
Satu dari tiga kematian di dunia berhubungan dengan penyakit jantung dan stroke. Kedua penyakit tersebut dapat menyebabkan “sudden death” (kematian mendadak).
• Kanker paru.
Satu dari sepuluh perokok berat akan menderita penyakit kanker paru. Pada beberapa kasus dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian, karena sulit dideteksi secara dini. Penyebaran dapat terjadi dengan cepat ke hepar, tulang dan otak.
• Kanker mulut.
Merokok dapat menyebabkan kanker mulut, kerusakan gigi dan penyakit gusi.
• Osteoporosis.
Karbonmonoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut oksigen darah perokok sebesar 15%, mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80% lebih lama untuk penyembuhan. Perokok juga lebih mudah menderita sakit tulang belakang.
• Katarak.
Merokok dapat menyebabkan gangguan pada mata. Perokok mempunyai risiko 50% lebih tinggi terkena katarak, bahkan bisa menyebabkan kebutaan.
• Psoriasis.
Perokok 2-3 kali lebih sering terkena psoriasis yaitu proses inflamasi kulit tidak menular yang terasa gatal, dan meninggalkan guratan merah pada seluruh tubuh.
• Kerontokan rambut.
Merokok menurunkan sistem kekebalan, tubuh lebih mudah terserang penyakit seperti lupus erimatosus yang menyebabkan kerontokan rambut, ulserasi pada mulut, kemerahan pada wajah, kulit kepala dan tangan.
• Dampak merokok pada kehamilan.
Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat dan dapat meningkatkan risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Risiko keguguran pada wanita perokok 2-3 kali lebih sering karena Karbonmonoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen.
• Impotensi.
Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran darah ke penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi.
2.4 Cara Berhenti Merokok 13
• Analisis Kebiasaan
Lakukan analisis atas kebiasaan-kebiasaan merokok yang telah dilakukan selama ini. Misalnya:
- Kapan waktu tersering Anda untuk merokok
- Kapan Anda secara otomatis ingin merokok
Hasil analisis ini akan membantu dalam mengerem keinginan merokok.
• Susun Daftar Alasan
Lakukan segala hal yang membuat Anda tidak kembali merokok. Selalu ingat alasan-alasan yang mendasari Anda untuk tidak merokok. Jika perlu susun daftar alasan itu.
- Menghindari kanker, gagal jantung, gangguan pencernaan
- Kehidupan sosial yang lebih baik
- Ingat kesehatan dan kepentingan anak / keluarga
- Makan lebih enak
• Langsung Berhenti
Pilihlah sebuah hari di mana Anda akan berhenti. Dan pada hari itu, langsung berhenti total tanpa melakukan tahapan-tahapan. Umumkan rencana Anda kepada orang-orang dekat Anda agar mereka bisa membantu.
• Waspada Pada Hari-Hari Awal
Hari-hari awal akan terasa sangat berat. Cobalah mengalihkan perhatian dengan mengonsumsi permen atau permen karet tanpa gula. Sementara waktu, kurangilah kegiatan yang berkaitan dengan rokok, seperti pergi ke bar.
• Nikmati Hidup
Uang yang seharusnya dipakai untuk membeli rokok dapat dipakai untuk membeli hadiah bagi diri sendiri, seperti membeli buku, membeli kaset, nonton bioskop, dan hal-hal menyenangkan lainnya.
• Konsumsi Rendah Kalori
Selama minggu-minggu pertama (sampai kira-kira empat minggu), makanlah makanan yang mengandung kalori rendah. Juga minumlah banyak air.
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1 Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Kerugian yang ditimbulkan oleh rokok sangat banyak bagi kesehatan, meski demikian masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya baik orang tua, remaja maupun anak-anak, begitu halnya dengan mahasiswa terutama mahasiswa pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang diharapkan menjadi pilar terdepan dalam pelayanan kesehatan. Realitasnya masih banyak mahasiswa Fakultas Kesehatan dewasa ini yang masih mempertahankan kebiasaan merokok, padahal seharusnya merekalah yang menjadi motor dalam upaya membiasakan hidup sehat. Fenomena inilah yang menjadi dasar untuk mengetahui gambaran tentang kebiasaan merokok pada mahasiswa kedokteran. Dari penelitian ini, ingin diketahui informasi tentang beberapa hal yang berhubungan dengan kebiasaan merokok, diantaranya umur mulai merokok, alasan pertama kali merokok, jenis rokok yang dikonsumsi, jumlah rokok yang dihisap setiap hari (intensitas merokok), waktu merokok, dan hubungan antara lingkungan keluarga terhadap kebiasaan merokok. Tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok tidak menjadi variabel yang diteliti karena dianggap bahwa mahasiswa kedokteran memiliki pengetahuan yang cukup tentang hal itu.
3.2 Pola Pikir Variabel Yang Diteliti
Skema Pola Pikir Variabel Penelitian
Keterangan : : Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
3.3 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Perokok
Definisi : orang yang suka menghisap rokok minimal 1 batang dalam sehari dengan batasan waktu > 6 bulan terakhir.
Alat ukur: kuesioner
Cara ukur: dengan mencatat jawaban dari kuesioner yang diajukan
Hasil ukur:
1. Ya : jika responden seorang perokok
2. Tidak : jika responden bukan seorang perokok
2. Jenis kelamin
Definisi : pembagian responden sesuai dengan sifat biologis atau anatomi tubuhnya.
Alat ukur: kuesioner
Cara ukur: dengan mencatat jawaban dari kuesioner yang diajukan
Hasil ukur :
1. Laki-laki
2. Perempuan
3. Umur
Definisi : usia responden pada saat mengisi kuesioner.
Alat ukur: kuesioner
Cara ukur: dengan mencatat jawaban dari kuesioner yang diajukan
Hasil ukur :
1. 20-23 tahun
2. 23-27 tahun
4. Angkatan
Definisi : tahun responden diterima di Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin.
Alat ukur: kuesioner
Cara ukur: dengan mencatat jawaban dari kuesioner yang diajukan
Hasil ukur :
1. 1999-2001
2. 2001-2004
5. Umur Mulai Merokok
Definisi : Umur responden pada saat mulai mencoba merokok pertama kali.
Alat ukur: kuesioner
Cara ukur: dengan mencatat jawaban dari kuesioner yang diajukan
Hasil ukur :
1. 5-9 tahun
2. 10-14 tahun
3. 15-19 tahun
4. 20-24 tahun
5. 25-29 tahun
6. Alasan Pertama Kali Merokok
Definisi : Alasan pertama kali merokok adalah penyebab awal yang mendorong seseorang untuk merokok pertama kali.
Alat ukur: kuesioner
Cara ukur: dengan mencatat jawaban dari kuesioner yang diajukan
Hasil ukur :
1. Ingin tahu/coba-coba
2. Ikut-ikutan
3. Meningkatkan kepercayaan diri
4. Penghalau kesepian
5. Meningkatkan daya konsentrasi
6. Menghilangkan stress/ketegangan
7. Jenis Rokok
Definisi : bentuk rokok yang dihisap.
Alat ukur: kuesioner
Cara ukur: dengan mencatat jawaban dari kuesioner yang diajukan
Hasil ukur :
1. Filter
2. Non filter (kretek)
8. Intensitas Merokok
Definisi : jumlah rokok yang biasanya dihisap dalam sehari.
Alat ukur: kuesioner
Cara ukur: dengan mencatat jawaban dari kuesioner yang diajukan
Hasil ukur :
1. > 30 batang
2. 21-30 batang
3. 11-20 batang
4. < 11 batang
9. Waktu Merokok
Definisi : kondisi dimana responden merasa perlu atau berkeinginan untuk merokok.
Alat ukur: kuesioner
Cara ukur: dengan mencatat jawaban dari kuesioner yang diajukan
Hasil ukur :
1. Saat musim ujian
2. Saat santai dengan teman-teman
3. Saat minum alkohol
4. Setelah makan
5. Pagi-pagi setelah bangun
6. Sebelum tidur
7. Saat sedang stress
10. Lingkungan Keluarga
Definisi : identifikasi anggota keluarga yang serumah dengan responden yang merokok
Alat ukur: kuesioner
Cara ukur: dengan mencatat jawaban dari kuesioner yang diajukan
Hasil ukur :
1. Ya : jika ada anggota keluarga yang serumah yang merokok
2. Tidak : jika tidak ada anggota keluarga yang serumah yang merokok
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif yaitu untuk mendapatkan gambaran kebiasaan merokok pada mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2008.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1 Tempat
Penelitian ini akan dilakukan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
4.2.2 Waktu Penelitian
Pengambilan sampel penelitian akan dimulai dari tanggal 4 agustus-16 agustus 2008.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang melaksanakan kepaniteraan klinik di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang memenuhi kriteria seleksi.
4.3.3 Besar Sampel
Perkiraan besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus :
n = N
1 + N (d2)
Keterangan :
N = Besar populasi ( 671 orang)
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
Besar sampel :
n = N
1 + N (d2)
n = 671
1 + 671 (0,1)2
n = 671
1 + 671 (0,01)
n = 671
7,71
n = 87
4.3.4 Kriteria Seleksi
4.3.4.1 Kriteria Inklusi
Semua mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang bersedia dan berada di bagian pada saat dilakukan penelitian.
4.3.4.2 Kriteria eksklusi
Mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang tidak mengisi lengkap kuesioner.
4.3.5 Teknik sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria seleksi dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diinginkan terpenuhi.
4.4 Pengumpulan dan Analisis Data
4.4.1 Pengumpulan Data
a. Data primer
Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan.
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari bagian akademik untuk memperoleh data mengenai jumlah mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
4.4.2 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menganalisis variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensinya.
4.5 Pengolahan dan Penyajian Data
4.5.1 Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan diolah menggunakan komputer dengan memakai program Microsoft Office Excel 2007.
4.5.2 Penyajian Data
Data yang telah diolah dan dianalisis akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi disertai narasi.
4.6 Etika Penelitian
1. Sebelum melakukan penelitian, maka sebelumnya akan meminta izin kepada instansi yang terkait dalam hal ini Sub Bagian Kesatuan Bangsa Pemerintah Daerah Tk.I Sulsel, Kepala RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
2. Setiap subjek penelitian akan mendapatkan penjelasan secara lisan, setelah subjek bersedia secara lisan, maka diberikan kuesioner untuk selanjutnya di isi.
3. Setiap informasi yang diberikan subjek yang bersifat pribadi akan dirahasiakan.
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Penelitian dilakukan pada mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang melaksanakan kepaniteraan klinik di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Pengambilan data dimulai pada tanggal 4 agustus-16 agustus 2008. Dalam penelitian ini diberikan kuesioner kepada 87 orang responden. Seluruh sampel penelitian ini diperoleh dengan cara non random sampling yaitu mahasiswa yang hadir dan memenuhi kriteria seleksi pada saat pengumpulan data dilakukan (accidental sampling). Data yang diperoleh kemudian diolah sesuai dengan tujuan penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi disertai narasi. Adapun hasil pengolahan data disajikan sebagai berikut
Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Karakteristik Demografi
Variabel n (87) %
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Umur
21-23 tahun
24-26 tahun
Angkatan
Tahun 1999-2001
Tahun 2002-2004
46
41
64
23
7
80
52,9
47,1
73,6
26,4
8,0
92,0
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa yang menjadi sampel penelitian ini menurut jenis kelamin memiliki perbandingan jumlah yang hampir sama. Menurut umur, didapatkan sebagian besar sampel penelitian ini berada di kelompok umur 20-23 tahun dan sebagian besar berada pada angkatan 2002-2004.
Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Prevalensi Perokok dan Bukan Perokok
Variabel n (87) %
Status Merokok
Perokok
Bukan perokok
24
63
27,6
72,4
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 5.2 maka prevalensi perokok pada mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin sebesar 27,6% sedangkan bukan perokok sebesar 72,4%.
Tabel 5.3 Distribusi Perokok Berdasarkan Karakteristik Demografi
Variabel n (24) %
Jenis Kelamin
Laki-laki
Umur
21-23 tahun
24-26 tahun
Angkatan
Tahun 2002
Tahun 2003
Tahun 2004
24
17
7
6
11
7
100
70,8
29,2
25,0
45,8
29,2
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh hasil bahwa seluruh perokok adalah berjenis kelamin laki-laki yang berada pada kelompok umur 21-23 tahun dan sebagian besar berada pada angkatan 2003.
Tabel 5.4 Distribusi Perokok Berdasarkan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok
Variabel n (24) %
Umur Mulai Merokok
5-9 tahun
10-14 tahun
15-19 tahun
20-24 tahun
Alasan Pertama Kali Merokok
Ingin tahu / coba-coba
Ikut-ikutan
Menghilangkan stress/ketegangan
Jenis rokok
Filter
Kretek
Intensitas Merokok
11-20 batang
2-11 batang
1
7
14
2
15
6
3
22
2
3
21
4,2
29,2
58,3
8,3
62,5
25,0
12,5
91,7
8,3
12,5
87,5
Waktu merokok
Saat musim ujian
Saat santai dengan teman-teman
Setelah makan
Saat sedang stress
Lingkungan keluarga
Ya
Tidak
1
7
4
12
15
9
4,2
29,2
16,6
50,0
62,5
37,5
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 5.4 maka umur pertama kali merokok lebih banyak didapatkan pada kelompok umur 15-19 tahun dan pada umur >24 tahun tidak ditemukan data, sebagian besar penyebab awal yang mendorong responden untuk pertama kali merokok yaitu rasa ingin tahu atau coba-coba sedangkan untuk alasan meningkatkan kepercayaan diri, penghalau kesepian serta meningkatkan daya konsentrasi tidak ditemukan data. Jenis rokok filter yang paling banyak dikonsumsi responden, jumlah rokok yang paling banyak dikonsumsi dalam sehari (intensitas merokok) yaitu 2-11 batang perhari sehingga dapat digolongkan sebagai perokok ringan, sebagian besar menganggap perlu atau berkeinginan untuk merokok yang paling sering ketika saat sedang stress dan sebagian besar perokok berada di lingkungan keluarga yang juga merokok.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Perokok dan Bukan Perokok
Dari hasil penelitian terhadap 87 responden, diperoleh bahwa prevalensi perokok pada mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin sebesar 27,6%. Hasil ini menunjukkan bahwa mahasiswa perokok jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak merokok yaitu 72,4%. Dari penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM, UMY, dan UII didapatkan hasil yang kurang lebih sama yaitu 18,8% laki-laki dan 0,01% wanita.6 Hal ini disebabkan karena mengingat latar belakang pendidikan mahasiswa Kedokteran yang tentunya mereka jauh lebih mengetahui dampak dari kebiasaan merokok.8 Selain itu, rendahnya prevalensi perokok pada mahasiswa kedokteran mungkin juga disebabkan karena sebagian besar dari jumlah mahasiswa kedokteran saat ini yaitu wanita. Dimana pada saat pengambilan data dilakukan sebagian besar mahasiswi kedokteran menganggap merokok pada wanita merupakan hal yang tabu dan perokok wanita dalam masyarakat memiliki citra yang buruk . Namun di lain pihak, hasil survei tersebut menunjukkan bahwa prevalensi perokok di kalangan mahasiswa kedokteran juga tidak sedikit karena mengingat bahwa perilaku merokok di kalangan mahasiswa kedokteran berpengaruh terhadap efektifitas mereka di masa depan sebagai calon dokter yang bakal dipertanggung jawabkan dalam menangani masalah merokok di masyarakat. Selain itu juga, mahasiswa kedokteran yang nantinya akan menjadi motor dan pilar terdepan dalam upaya membiasakan hidup sehat pada masyarakat. Jadi sudah seharusnya mahasiswa kedokteran untuk tidak merokok. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kebiasaan merokok masih bertahan di kalangan mahasiswa yaitu tidak diberlakukannya area bebas rokok di lingkungan kampus dan sangat mudah untuk mendapatkan rokok di lingkungan kampus.
5.2.2 Jenis Kelamin
Prevalensi perokok berdasarkan jenis kelamin didapatkan hasil sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi merokok lebih tinggi pada laki-laki. Berdasarkan survei WHO tentang prevalensi perokok di Asia juga menunjukkan perokok di Indonesia khususnya pria, paling tinggi mencapai 69%, melebihi Tiongkok (53,4%), India (29,4%), dan Thailand (39,3%).2
5.2.3 Umur
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah perokok yang terbanyak berada pada kelompok umur 21-23 tahun (70.8%). Data dari WHO dan DEPKES RI, prevalensi merokok di kalangan orang dewasa meningkat menjadi 31,5% pada tahun 2001 dari 26,9% pada tahun 1995.14 Hasil dari SUSENAS-SKRT 1995, juga menunjukkan bahwa prevalensi perokok pada kelompok umur 10-14 tahun (7%), 15-19 tahun (15,6%), 20-24 tahun (43,2%), 25-29 tahun (57,5%), dan 30-34 tahun (64,5%). Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya umur maka prevalensi merokok akan semakin tinggi.15
5.2.4 Angkatan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa jumlah perokok menurut angkatan tertinggi pada angkatan 2003 (45,8%). Tetapi dengan jumlah sampel yang perokok hanya sedikit dan proporsi sampel pada tiap angkatan tidak seimbang maka dianggap hasil ini belum cukup representatif untuk prevalensi perokok berdasarkan angkatan.
5.2.5 Umur dan Alasan Mulai Merokok
Umur mulai merokok yang paling banyak yaitu 15-19 tahun (58,3%). Hasil ini sesuai hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995 yaitu 53,2%.1 Dimana umur tersebut merupakan kelompok umur remaja. Kenyataan ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara masa remaja dengan kecenderungan untuk mencoba hal-hal yang baru.9 Hal ini berhubungan dengan hasil penelitian mengenai alasan pertama kali merokok adalah karena rasa ingin tahu atau coba-coba (62,5%).1 Masa remaja merupakan fase transisi dimana remaja memandang dirinya sebagai makhluk yang cukup bebas, remaja menganggap dirinya cukup berhak untuk beradaptasi dan mengenal lingkungannya. Bergaul dan membina keakraban dengan orang lain, bersosialisasi dengan hal baru di luar lingkungan tempat tinggalnya sehingga cenderung mendorong para remaja untuk ikut dalam kegiatan dan rutinitas yang telah diciptakan sebelumnya. Banyaknya perokok pemula di kalangan anak-anak dan remaja mungkin juga disebabkan karena mereka belum mampu menimbang bahaya merokok bagi kesehatan dan dampak adiktif yang ditimbulkan dari nikotin. Biasanya perokok beranggapan bahwa mereka sendirilah yang akan menanggung semua bahaya dan risiko akibat kebiasaannya, tanpa menyadari bahwa sebenarnya mereka juga memberikan beban fisik dan ekonomi pada orang lain disekitarnya sebagai perokok pasif. Dari hasil penelitian pada siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Medan didapatkan bahwa motivasi yang mendorong mereka untuk merokok yaitu ikut mencontoh orang tua, rasa ingin tahu atau coba-coba, ikut-ikutan, keinginan dianggap dewasa dan lebih jantan, rasa kesepian, dan memberi kesan seksi untuk wanita.1
5.2.6 Jenis Rokok
Jenis rokok filter merupakan jenis rokok yang paling banyak dikonsumsi oleh mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran (91,7%). Dari hasil survei, sebagian besar mahasiswa memilih rokok filter karena menurut mereka rokok filter mempunyai gabus pada bagian pangkalnya yang mampu menyaring zat-zat yang terkandung pada rokok walaupun tidak berpengaruh terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh rokok. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa filter pada rokok tidak berefek untuk mengurangi zat-zat yang berbahaya tersebut jadi efek racunnya sama saja dengan rokok jenis kretek. Dengan kata lain, tidak ada batas aman bagi orang yang terpapar oleh asap rokok.3
5.2.7 Intensitas Merokok
Jumlah rokok yang biasanya dikonsumsi mahasiswa dalam sehari (intensitas merokok) yaitu < 11 batang dalam sehari (87,5%). Berdasarkan pembagian tipe-tipe perokok maka sebagian besar mahasiswa digolongkan sebagai perokok ringan karena menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.9,10 Hal ini kemungkinan disebabkan karena kesibukan mahasiswa fase profesi dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga waktu untuk merokok berkurang.
5.2.8 Waktu Merokok
Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa merasa perlu atau berkeinginan untuk merokok yaitu pada saat sedang stress (50%). Dimana mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran memiliki tingkat stress yang cukup tinggi yang disebabkan oleh banyaknya tugas yang harus mereka selesaikan tepat waktu. Menurut pembagian tipe-tipe perilaku merokok berdasarkan management of affect theory maka sebagian besar mahasiswa termasuk perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, seperti perasaan marah, cemas ataupun gelisah, untuk mengurangi stress atau ketegangan, situasi tersebut rokok dianggap sebagai penyelamat.11
5.2.9 Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga cukup mempengaruhi terhadap kebiasaan merokok mahasiswa. Dari hasil survei diperoleh bahwa sebagian besar mahasiswa yang merokok adalah mereka yang berada pada lingkungan keluarga yang juga merokok (62,5%). Salah satu alasan remaja mulai merokok yaitu ikut mencontoh orang tua yang juga perokok atau orang-orang disekelilingnya. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif dengan penekanan pada falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri", dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu sebagai perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak di dapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok bila ibu mereka merokok daripada ayah yang merokok, hal ini lebih terlihat pada remaja putri.9
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Prevalensi perokok pada mahasiswa fase profesi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin sebesar 27,6% dan prevalensi bukan perokok sebesar 72,4%
2. Seluruh perokok adalah laki-laki
3. Kelompok umur terbanyak yang merokok adalah 21-23 tahun
4. Angkatan yang paling banyak merokok adalah angkatan 2003
5. Umur mulai merokok yang paling banyak yaitu 15-19 tahun
6. Alasan pertama kali merokok yang paling sering yaitu ingin tahu atau coba-coba
7. Jenis rokok yang paling banyak dikonsumsi yaitu jenis rokok filter
8. Jumlah rokok yang paling sering dikonsumsi dalam sehari (intensitas merokok) yaitu 2-11 batang perhari
9. Kondisi yang paling sering dianggap perlu atau berkeinginan untuk merokok yaitu saat sedang stress
10. Lingkungan keluarga cukup berpengaruh terhadap kebiasaan merokok di kalangan mahasiswa
6.2 Saran
1. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut tentang prevalensi perokok dan karakteristik perokok dikalangan mahasiswa kedokteran agar dapat memberikan masukan dalam mengambil langkah-langkah dalam menanggulanginya.
2. Diharapkan akan adanya peran aktif pihak Universitas atau Fakultas dalam hal pengawasan terhadap perilaku merokok pada mahasiswa.
3. Adanya peraturan yang melarang mahasiswa untuk merokok di lingkungan kampus dan rumah sakit beserta sangsi yang dijatuhkan jika terdapat mahasiswa yang melanggar aturan
4. Perlu adanya peraturan yang mengatur tentang jual beli rokok pada masyarakat.
5. Digunakannya kampus dan rumah sakit sebagai kawasan bebas rokok
DAFTAR PUSTAKA
1. Astoni MA, Zulkarnain M. Pengetahuan, sikap dan perilaku merokok serta prevalensi perokok pada remaja di kelurahan Mariana kecamatan Banyuasin I kabupaten Musi Banyuasin. Palembang : majalah kedokteran sriwijaya ;1999 ; 27-36.
2. Zakiyah, Listyorini. Remaja tereksploitasi industri rokok. [on line]. 2008 [cited 2008, january] : [3/screens]. Available from : URL: http://www.investorindonesia.com.
3. Suku dinas pelayanan kesehatan walikotamadya Jakarta Utara. [on line]. 2008 [cited 2006, june] : [3/screens]. Available from : URL: http://www.yankes-utara.jakarta.go.id.com.
4. Jamal S. Pria desa berpendidikan rendah, perokok terbanyak. [on line]. 2008 [cited 2006, march] : [3/screens]. Available from : URL: http://www.pdpersi.co.id.com.
5. Kodim, N. pria desa berpendidikan rendah menanggung petaka rokok paling berat. Jakarta : Medika Jurnal Kedokteran Indonesia ; 2006; 181.
6. Pranoto T, Sulastri M. Pola perilaku merokok pada instansi-instansi yang telah dan belum memberlakukan aturan bebas asap rokok. Makassar ; 2005.
7. Efek Bahaya Asap Rokok Bagi Kesehatan Tubuh Manusia - Akibat Sebatang Rokok Racun, Ketagihan, Candu, Buang Uang Dan Dosa. [on line]. 2008 [cited 2007, may] : [2/screens]. Available from : URL: http://www.organisasi.org.com
8. Hon BW. Pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa kedokteran laki-laki UNHAS asal Malaysia angkatan 2005-2007. Makassar. 2008
9. Mu’tadin Z. Remaja dan rokok. [on line]. 2008 [cited 2002, june] : [4/screens]. Available from : URL: http://www.e-psikologi.com.
10. Statistik dan psikologi untuk Indonesia. Perilaku merokok. [on line]. 2008 [cited 2005, september] : [4/screens]. Available from : URL: http://www.berbagi.net.com.
11. Djmanshiro. Dampak merokok bagi kesehatan. [on line]. 2008 [cited 2008, february] : [6/screens]. Available from : URL: http://www.one.indoskripsi.com.
12. Sukendro, S. Filosofi Merokok, Sehat Tanpa Harus Berhenti Merokok. Yogyakarta: Pinus Book Publisher. 2007. 31-2; 79-88; 93-7; 117-40.
13. Wastuwibowo K. Cara berhenti merokok. [on line]. 2008 [cited 2004, february] : [6/screens]. Available from : URL: http://www.rokok.komunikasi.org.com
14. WHO Indonesia, Depkes RI. 2003. Konsumsi Tembakau dan Prevalensi Merokok di Indonesia. Jakarta : DEPKES RI
15. Suhardi. Perilaku Merokok di Indonesia Menurut Susenas dan SKRT 1995. Pusat Penelitiaan Penyakit Tidak Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 1999. Jakarta
mas-mas mbak-mbak..ijin save as ya bwat salah satu referens KTI saya...
BalasHapuskalo boleh saya minta jurnal-jurnal nya....
karena KTI saya juga berkaitan dengan rokok dan kebetulan sampel nya mahasiswa kedokteran...
terima kasih sebelumnya..
nb :
kalo berkenan jurnal2 nya di kirim ke e-mail saya iis_maya_feb@yahoo.com
mksh ya.....
saya tertolong bgt...